Anna, gadis itupun terbata-bata dan memilih keluar ruangan meninggalkan Sean saat Sean memaksanya untuk mengatakan tentang mereka lagi. Saat Sean, meminta Anna paling tidak menyebutkan ciri-ciri orang-orang tersebut. Orang-orang yang dilihatnya saat itu. Setidaknya, mungkin, ya.. mungkin saja, ada sesuatu yang dapat membantu Sean mengingat apapun sebelum kejadian ini. Sebelum ia tiba-tiba, terdampar? Di tempat ini, di Hatteras. Mungkin ada sesuatu yang berhubungan mengenai cerita-cerita ini. Mengingat Hatteras juga berada tak jauh dari lautan Sargasso. Lautan di mana ibunya, dikatakan tewas.

Mata Sean tertuju ke laut saat senja semakin menelan suasana saat itu. Ia melayangkan pandang ke hamparan air bergelombang tersebut dan mencoba lebih tenang mengendalikan apapun yang ada dalam tempurung kepalanya. Desiran ombak terdengar semakin riuh ketika ia tak henti memeras otaknya. Ketika mata Sean, mendadak menangkap sesuatu dari sana.

Sesuatu, yang tiba-tiba muncul dari antara ombak. Tak jelas apa itu, bentuknya bulat seperti bola voli pantai yang tak sengaja terlempar ke laut dan mengapung di sana. Namun, bukan! Itu bukan bola. Sama sekali bukan.

Sean bangkit berdiri, mengangkat tubuhnya meski kakinya masih terasa aneh untuk ia gunakan menopang badan tegapnya. Ia lalu menyipitkan mata, mencoba melihat lebih seksama benda apa itu. Benda yang mengapung, yang mendadak terlihat pula, sepasang mata tajam?!

Pemuda itu mundur beberapa langkah saat sesuatu itu perlahan terangkat naik juga. Saat, kepala?! Saat kepala itu semakin terlihat jelas seperti seseorang yang baru saja menyelam ke air dan muncul ke permukaan. Namun, Fu*k! Itu juga bukan manusia!

Sean mendapati sepasang mata besar nan tajam di sana, sementara hidungnya seperti pola hidung tengkorak yang biasa ia lihat di film-film horor, lalu mulutnya, pemuda itu melihat puluhan taring menghias di bagian mulut. Besar dan kecil, bertambah mengerikan ketika berpadu dengan kulit kasar berwarna kelabu yang setengah bersisik. Sean tak tahu mahkluk apa itu, namun ia dapat mendengar samar-samar, sapaan ramah yang tiba-tiba, menyentil telinganya oleh sosok menyeramkan tersebut.

'...Putra William...'

Mahkluk itu seakan mulai berbicara. Suaranya cukup jelas terdengar. Suara, wanita?! Suara yang, tak asing.

'...Meree, aku Meree. Kenapa kau terkejut melihatku?...'

Ia tak henti menatap Sean. Sementara Sean benar-benar tak tahu siapa dan, apa dia sebenarnya. Meree? Siapa Meree? Dan, kenapa ia mendatanginya.

'... Aku Meree, aku yang menyelamatkanmu beberapa hari lalu. Ingat?..'

Wanita bersisik tersebut mengangkat tubuhnya sedikit lebih tinggi. Namun permukaan air masih menutupinya dari dada hingga ke bawah, Sean dapat melihatnya semakin jelas, kulit-kulit berlendir itu, dan juga sirip-sirip yang terlihat sedikit-sedikit itu, tubuh itu, tubuh yang seperti, monster? Entahlah.

'...Tak apa kalau kau benar-benar tak ingat padaku. Semua Nutricula itu juga begitu ketika mereka baru memasuki tahap larva...'

Sambung wanita tersebut yang kemudian tertawa, mengerikan.

Sean melangkah mundur sekali lagi. Rasa takut semakin menguasainya ketika Meree mendadak mengulurkan tangannya juga, mengulurkan tangan kanannya seperti seseorang yang menawarkan diri untuk berdansa.

'...Ikut aku!...' Ujarnya. '...Kau bilang agar aku membawamu ke daratan, membawamu kembali ke tempatmu. Tapi ternyata, kau tampak sedih setelah berada di sini, di daratan. Aku sudah menduga kalau DARATAN, bukan tempat yang baik untukmu...'

'...Kau..-'

'...Aku Meree. Kau akan mengingatku setelah kau ikut denganku...'

Meree terus mengulurkan tangannya. Sementara Sean, pemuda itu sekali lagi mencoba berpikir lebih jernih. Ia tahu ini sama sekali di luar kenyataan. Bermimpi? Halusinasi? Entahlah.

'...Ayolah, jangan membuatku menunggu terlalu lama. Kau tahu? aku selalu memikirkanmu sejak aku mengantarmu pada gadis itu, gadis manusia itu. Aku tidak bisa tenang melepaskanmu, putra Wiliam, sendirian di tempat ini, di DARATAN. Aku selalu bertanya-tanya bagaimana keadaanmu, bagaimana kau akan hidup dengan mereka setelah melalui banyak hal. Dan rupanya, benar seperti yang kuduga, sekarang aku menemukanmu, BERMURUNG di sini. Aromamu tercium kalau kau tidak dalam keadaan baik...'

Mahkluk itu seakan mendekat, tangannya terus terulur.

'...Ayo, ayo ikut denganku.. Aku akan membuatmu lebih baik. Aku akan merawatmu lagi layaknya, INDUKMU...'

Meree, kemudian menyenandungkan sebuah lagu. Suaranya sangat merdu di mana membuat Sean kehilangan akal sehatnya dan, tak dapat menolak permintaan itu...





THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now