pluto

15 5 7
                                    

   Udara panas sudah sedikit mereda sejak 5 menit lalu, aku dan kubu ku beranjak menuju bangku penonton dan berganti posisi dengan tim lain yang sudah bersiap untuk memanaskan kembali suasana gedung siang hari ini.

"Ca,, kamar mandi yuk panggilan alam nih."

"Alam yang nyanyi lagu mbah dukun itu?"

"apa sih Ca garing tahu nggak"

   Rani menarik pergelangan tangan kananku membawaku menyusuri koridor kampus yang menjadi tempat kami berlomba beberapa menit yang lalu.
"Ran,, haus nih beli minum yuk di situ bentar doang kok."

   Aku mencekal bahu Rani yang berjalan selangkah di depanku.

"Ntar aja lah Ca, udah kebelet nih, buruu jalan lagi."

   Rani bertitah bak seorang penguasa dunia dan tidak ingin mendengar penolakan serta usulan dari ajudan-ajudannya.

"Kamu duluan deh Ran, tenggorokan aku bener-bener kering nih kaya gurun sahara."

    Rani mengibaskan tangan ke udara sambil terus melaju cepat meninggalkan aku yang berjalan menuju area kantin.

    Aku membeli 2 botol minuman dingin untuk ku dan sahabat terbaik se galaksi bima sakti, siapa lagi kalau bukan Rani.

"Sudah berapa kali aku ingatkan jangan minum air dingin di siang seterik ini."

    Suara itu, sepertinya aku mengenali suara bas itu?. Ku tolehkah kepala beserta anggota tubuhku yang lain menghadap sumber suara di belakang punggungku.

"Udah nggak usah sok peduli kenapa?, tadi kamu hina saya di depan umum sekarang mau apa ha?, mau buat saya malu lagi iya?"

   Emosiku terpancing saat aku mendapati wajah sok cool milik laki-laki itu.

"Saya tidak merasa pernah mempermalukan ataupun menjelekkan kamu di depan siapa pun. Kenapa kamu marah tanpa alasan kepada saya?"

    Apa tadi dia bilang?, apa dia tidak sadar argumen yang dia lontarkan dalam perlombaan debat adalah satu fakta menohok yang coba dia beritahu padaku. Amnesia apa nih cowok.

"Jangan halangi jalan saya."

    Langkahku terhenti karena laki-laki itu mencekal pergelangan tanganku. Aku tak habis pikir, apa ini hari mencekal pergelangan tangan sedari tadi banyak sekali orang yang mencekal pergelangan tanganku.

"Kita perlu bicara, kita sudah jarang membagi kabar, dan juga jarang bertemu tapi kita memulai ini dengan cara yang buruk."

    Dia menariku menuju sebuah masjid yang berdiri kokoh di lingkungan kampus.Tunggu mau apa dia mengajakku ke tempat itu? Mau shalat bersama dan menjadi imam ku?. Ini bahkan belum jam 11 siang.

"Apa kabar."

  Haha..lelucon macam apa ini, dia mengajakku ke masjid ini hanya untuk menanyakan hal tidak penting seperti itu. Rasanya aku ingin menendangnya ke segitiga bermuda.

"Oca..apa kabar?."

    Dia mengulang pertanyaanya karena tidak kunjung mendengar sepatah katapun ke luar dari mulutku.

"Kenapa?"

    Katakanlah aku gila karena jawaban yang aku keluarkan tidak selaras sedangan apa yang dia lontarkan.

"Tak ada. Bukankah selama ini itu yang selalu kamu lakukan?, mencari tahu kabar saya."

    Aku merasa menjadi gadis paling dungu di muka bumi ini

"Jangan sok tahu."

 
"Bagaimana dengan perasaan yang selama ini coba kamu beritahu pada saya?, apa masih ada?"

pelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang