Chapter 15

1.9K 126 5
                                    

Kau hebat, Skylar!

Aku menghela nafas melihat pesan dari Harry saat ini aku sedang sibuk mendengarkan penjelasan dari Mr. Scott tapi Harry begitu mengganggu untuk saat ini. Jariku menekan tombol mode pesawat agar dia tidak menganggu konsentrasi ku lagi. Sebenarnya itu tidak terlalu membantu lantaran otakku lebih memikirkan tentang kegiatan satu jam yang lalu. Bagaimana tidak? Itu adalah pengalaman tergila dalam hidupku.

Aku tersentak saat suara Mr. Scott yang lantang menggema di ruangan ini. Ia berpamitan untuk keluar karena pekerjaannya telah selesai. Mahasiswa lainnya membereskan barang-barang mereka dan beberapa keluar bersama-sama dengan gerombolan mereka.

Saat aku ingin beranjak dari dudukku, seorang pria berkacamata mencolek bahuku. Dia tidak berbicara sama sekali dan hanya memberiku sepucuk surat. Aku membukanya dengan cepat dan yang kulihat adalah pesan lagi dari Alex. Dia mengatakan sudah berada di sekitar sini untuk menjemputku. Sial, aku tidak mau pulang dengannya. Lagipula darimana dia tahu kalau aku akan pulang sebentar lagi?

Aku tak berpikir panjang untuk segera mencari Harry. Hanya dia yang bisa menolongku. Sembari mencari keberadaannya aku mengirimkan pesan pada Lottie agar ia tak perlu menjemputku dan mengatakan padanya bahwa Harry yang akan mengantarku.

" Skylar? ". Suara Harry memanggilku. Aku berhenti melangkah dan menoleh kebelakang mendapatinya yang kebetulan sekali sedang berjalan bersama Niall. Matanya memperhatikan rok ku dan ia menjilati bibirnya. Ugh... kesempatan!

" Aku mencarimu ". Ucapku di depan mereka dan Niall menaikkan alisnya sembari memicingkan matanya.
" Um, maksudku mencari kalian berdua ". Ralat ku sambil menyengir. Mereka berdua tersenyum.

" Ada apa? Kau butuh tumpangan? ". Tanya Niall lalu aku menjentikkan jariku membenarkan tuduhannya. Ia terkekeh lalu dengan santai melenggang mendahului kami. Aku menarik tangannya agar ia kembali ke tempatnya.

" Alex ada disini ". Bisikku.

" Apa?! ". Mereka berdua membentak secara bersamaan dan otomatis membuat kami menjadi pusat perhatian. Aku memutar bola mataku kesal lalu dengan sigap memaksa mereka untuk ikut denganku. Kita butuh tempat tersembunyi.

" Jadi begini si bajingan itu kabur dari penjara, bahkan dia tidur di kamarku semalam ". Jelasku. Harry menampilkan mimik wajah tak sukanya tapi aku mengabaikannya.
" Dan dia mengirimi ku surat bahwa dia menjemputku sekarang. Aku tidak mau pergi dengannya "

" Tenang saja aku dan Harry akan memastikan bahwa kau aman-aman saja sampai dirumah ". Niall menyakinkanku dengan wajahnya dan ia mengajak kami untuk segera pergi ke parkiran. Aku berjalan di tengah-tengah mereka berdua sedikit menyembunyikan diri. Begitu masuk ke mobil aku mengintip ke segala arah memastikan bahwa tidak ada Alex di sekitar sini atau setidaknya ia tidak melihatku pulang dengan orang lain.

Mobil Harry mulai berjalan meninggalkan area universitas kami. Aku masih fokus memandang ke sekitar dan

" Lihat? Si bajingan itu menunggumu di pinggir jalan ". Ujar Niall bersamaan dengan mobil ini melewati Alex yang duduk di atas motor besarnya. Ia melihat ke mobil ini. Untungnya kacanya gelap pasti dia tidak tahu.

" Dia tidak melihat kita, 'kan? ". Tanyaku memastikan.

" Tentu saja "

***

Begitu sampai di rumah aku langsung mencari keberadaan Lottie di kamarnya. Tanganku hampir mengetuk daun pintu dan ternyata aku mendengar suara lenguhan di dalam jadi aku mengurungkan niatku. Aku akan mengintip jika kamar ini tidak dikunci. Aku menyentuh gagang pintunya dan menekannya ke bawah, ternyata tidak terkunci. Tanganku memberi dorongan sedikit dan mataku mengintip ke dalam. Oh sialan. Lottie sedang berada di dalam selimut dengan seorang pria. Baiklah, ini pertama kalinya aku mengintip pasangan yang sedang bercinta dan parahnya itu kakakku sendiri.

Aku kembali menutup pintunya dengan baik dan berlari ke kamarku sendiri.

" Dasar nakal! "

" Alex? ". Tanyaku tak percaya melihat Alex yang muncul dari balik pintu kamarku yang baru saja akan kubuka. Mataku menjereng lebar saat ia menggendong ku seperti karung goni. Tak berani berteriak, aku hanya mengulum bibirku rapat-rapat. Aku tahu ini bisa diselesaikan tanpa di ketahui oleh siapapun. Aku tidak ingin membuat masalah meskipun aku tahu ini bahaya.

Alex membanting ku ke ranjang dengan kasar lalu mengeluarkan tali tambang dari dalam kantung celananya.

" Kau mau apa? ". Aku mencoba untuk duduk tapi Alex dengan sigap menahan posisiku dan menyatukan tanganku di atas kepala. Ia mengikat tanganku ke kepala ranjang dengan tali yang ia bawa. Oh tidak! Jangan-jangan dia mau membunuhku.

" Beraninya kau kabur dariku! "

PLAK!

Satu tamparan mulus mendarat di pipiku. Aku meringis merasakan pedih. Alex menatapku dengan wajahnya yang memerah, dia sangat marah. Tak ku sangka karena hal sepele itu membuatku begini.

" I'm sorry ". Lirihku pelan dan menangis. Alex terkekeh merendahkan dan ia duduk di tepian ranjang. Ia membelakangiku dan merunduk, menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Apa yang begitu mengganggunya? Dia sangat kacau. Aku tahu seharusnya tak lagi peduli padanya tapi entahlah.

Setelah beberapa menit berdiam diri Alex menoleh padaku dan membawa tangannya ke pipiku yang ia tampar tadi. Matanya menusuk ke dalam mataku. Ada kesedihan disana. Oh, aku benci diriku yang mengasihaninya sekarang.

" Dear, i'm sorry ". Ujarnya lalu membuka talinya dan membebaskan tanganku. Aku terlalu terkejut untuk sekarang dan yang kulakukan hanyalah mengikuti semua gerak-geriknya.
" Aku tahu aku tidak pantas untukmu, aku seorang yang sesat. Tapi aku tidak bisa hidup seperti ini aku membutuhkanmu. Kembalilah padaku! "

Mengerjapkan mataku, aku pun memberanikan diri untuk menyentuh tangannya.

" Alex, kau tahu kita tidak bisa. Apa kau mau melihatku di singkirkan dari keluargaku sendiri hanya karena hubungan diantara kita? "

" Aku tahu maksudmu tapi kita bisa menjalin hubungan diam-diam. Ky, bahkan aku bisa datang kemari dengan santainya tidak diketahui oleh siapapun hanya kau. Aku yakin hubungan kita tak akan tercium oleh siapapun selama kita menutup mulut dan bersembunyi ". Aku menunduk, memikirkan semua ucapannya. Ini terlalu rumit. Bukan hanya sekedar menutupi rahasia yang akan dijalani tapi sayangnya rasaku padanya sudah pudar dan sulit untuk kembali. Belakangan ini aku sendiri sedang menggali apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatiku sendiri.

" Alex aku tak bisa. Kumohon pergilah! Lupakan saja diriku! Kau tahu kita tak bisa "

" Kau mempersilahkan orang lain untuk mengisi hatimu, bukan? ". Tanyanya kembali marah dan ia berdiri sembari berkacak pinggang di hadapanku. Tapi tunggu dulu kenapa pertanyaannya ku benarkan di dalam hati?
" Itulah alasan utamanya kau menolak ku. Baiklah, kau bebas sekarang. Tapi jangan pernah menyesal saat aku kembali! ". Dengan begitu ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan dengan cepat melumat bibirku kasar ia mengakhiri dengan tamparan kecil di pipiku lagi. Aku memperhatikannya yang melompat dari balkon kamarku.

Aku berlari untuk melihatnya yang naik ke motornya dan ia melaju dengan kasar dan dalam kecepatan tinggi. Perasaanku tak karuan. Ini semua karena ancaman yang ia berikan. Aku tak lagi berpikir tentang yang lain-lain selain menghubungi Harry.

" Harry? Bisa kau datang kemari? "



































Hai gaesss...
Gimana-gimana?
Menurut kalian cerita ini aneh gak sih? Soalnya kalo aneh bakalan w hapus lohh
Kalo gitu komen ya di bawah ini cerita jelek atau enggak

Jangan jadi silent readers 😁

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang