Chapter 8

2.5K 143 6
                                    



Aku tak berpikir panjang untuk menghubungi Alex. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya, melukai Harry seenaknya. Tapi aku terlalu bodoh, tentu saja si brengsek itu sudah menonaktifkan nomor ponselnya. Dengan frustasi aku mencampakkan ponselku ke lantai tak peduli membuatnya rusak. Aku sudah terlalu marah untuk ini semua.

Tiba-tiba Zayn datang dan memungut ponselku. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menyerahkan benda itu padaku. Layarnya retak tapi aku tak peduli.

" Tak ada gunanya. Kita semua marah dan jalan satu-satunya adalah berharap agar polisi segera menangkapnya ". Ucap Zayn yang jelas ada benarnya. Aku mengusap wajahku gusar sebelum menanyakan keadaan Harry padanya.
" Dia masih belum sadar "

" Baiklah, aku akan melihatnya ". Balasku lalu berjalan menuju ke kamar Harry. Mataku menangkapnya yang masih terbaring dengan perban yang melilit di kepalanya. Tanganku beralih untuk menyentuh tangannya.
" Harry maafkan aku. Ini semua karena aku ". Tangisku.

" Diamlah cengeng! ". Jawabnya yang mana membuatku langsung berteriak. Harry membuka matanya lalu tertawa melihatku. Astaga, memalukan sekali!

" Kau sudah sadar? ". Tanyaku seperti orang bodoh.

" Tentu saja. Aku hanya sedang menutup mata tadi. Dimana Zayn? ". Tanyanya yang dibarengi dengan kemunculan Zayn di kamar ini. Zayn menertawakan ku.

" Hmm...kau sangat mengkhawatirkannya ". Ledeknya. Aku mencubit tangannya dan dia langsung meringis merasakan perih di kulitnya yang penuh tinta.

" Tentu saja, ini semua karena aku "

" Bukan salahmu. Zayn kita harus pergi sekarang sebelum mereka datang lagi kemari ". Ujar Harry. Aku menatapnya dengan tatapan bertanya dan Zayn langsung mengatakan iya dan keluar dari kamar ini.

" Kita mau kemana, Harry? "

Harry bangun dari baringnya sambil memegangi kepalanya. Ia meraih ponselnya di atas meja lalu menghubungi seseorang tanpa menjawab ku terlebih dahulu. Aku menunggunya berbicara selama kurang lebih 2 menit lalu ia membuka lemarinya dan memasukkan pakaiannya ke dalam koper besar.

" Kau akan pindah? "

" Ya ". Jawabnya tanpa melihatku. Zayn muncul dengan beberapa koper lainnya. Aku pun membantu mereka berdua untuk mempersiapkan kepindahan Harry.

***

Kami tiba di sebuah rumah minimalis di dekat sebuah pemukiman. Tempat ini sangat asri dan cukup ramai. Banyak tetangga-tetangga yang aktif beraktivitas seperti merapikan tanaman, dan menemani anak mereka yang sedang berenang di kolam renang.

Begitu pintu rumahnya terbuka, aku masuk bersama Zayn dan Harry. Rumah ini sangat berdebu dan aku bersin sampai beberapa kali. Merasa tak tahan aku pun langsung ke belakang untuk membersihkan rumah ini. Untungnya Zayn mau membantuku. Aku kagum dibuatnya.

Sekitar setengah jam kami membersihkan rumah ini dan kami berdua menolong Harry untuk menyusun kembali barang-barangnya.

Tiba-tiba ponselku berdering dan aku mengeluarkannya dari kantung celanaku. Ini Mom. Dengan cepat aku langsung mengangkatnya.

" Halo? "

" Halo, sayang? Apa kalian sudah sampai di rumah baru Harry? "

" Umm...ya. Kami sedang beres-beres sekarang ". Ku dengar Mom mendesah lega disana dan suara berisik Louis dan Lottie terdengar di telingaku. Sepertinya mereka sedang bergurau.

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang