Eps. 2. DIGERAYANGI MAHASISWA PPL

46.7K 586 184
                                    

Kejadian malam itu di Salatiga telah mengubah hidupku. Fantasiku tentang laki-laki semakin liar dan berani. Bahkan saat perjalanan pulang ke Jakarta aku masih membayangkan Yudhi, remaja yang sudah aku nikmati. Ada rasa menyesal pada diriku, bukan sesal karena telah melakukan perbuatan itu, melainkan sesal karena aku tidak mampu bertindak lebih berani. Coba seandainya aku menyelipkan tanganku ke dalam celana Yudhi mungkin aku sudah dapat menikmati sentuhan kemaluannya yang malam itu benar-benar sudah mengeras.

Aku juga sempat berpikir, mungkin saja Yudhi sadar dan hanya pura-pura tertidur agar aku melanjutkan aksiku. Soalnya aku menindih tubuhnya dengan tubuhku yang sudah lumayan berat, masa dia tidak merasakan ada beban di atas tubuhnya? Apalagi kemaluannya terus mengeras dan membesar, bahkan ketika kemaluanku menindih kemaluannya yang hanya terbungkus celana tipis tanpa CD, aku merasakan ada denyutan beberapa kali. Apa mungkin dia sengaja membiarkan aksiku? Kalau dia hanya pura-pura tertidur artinya Yudhi juga menikmati aksiku malam itu. Apa mungkin dia juga menyukai laki-laki? Sesalku kembali bertambah dengan kesimpulan sementara ini. Coba aku lebih berani, seperti membangunkan Yudhi dari tidurnya dan mengajak melakukan hubungan seksual secara vulgar, mungkin saja kami bisa berpelukan sambil telanjang bulat.

Bus antar kota antar provinsi yang berpapasan dengan mobil kami membunyikan klaksonnya cukup keras membuat aku tersadar dari lamunan dan hayalanku tentang Yudhi. Perjalanan kami masih cukup jauh, karena kami menggunakan transportasi darat. Papa sendiri yang menyetir mobil sementara mama duduk di sampingnya menemani ngobrol supaya tidak mengantuk.

Aku kembali masuk ke dunia fantasiku dan berhayal sembari mengingat potongan-potongan peristiwa di rumah Pak Darmin. Aku membayangkan kalau seandainya ada waktu untuk kembali ke sana akan kucoba hal-hal yang belum aku lakukan malam itu. Sebenarnya bila papa tidak mendadak ada tugas kantor seharusnya kami masih menginap satu malam lagi. Aku bisa tidur di samping Yudhi lagi dan melakukan aksiku lebih jauh lagi. Bayangan Yudhi hanya menggunakan CD melayang-layang di atas kepalaku, menambah ramai imajinasiku tentang keindahan tubuhnya. Bayangan itu muncul bergantian dengan ingatan tentang tubuh Yudhi yang hanya tertutup singlet dan menampakkan perut serta pusarnya. Aku bisa menebak bagaimana bentuk kemaluan dan selangkangannya meski tertutup celana tipis. Kedua tangannya yang terangkat ke atas menampakkan bulu ketiak hitam nan lebat dengan aroma khas remaja laki-laki ikut timbul seperti potongan-potongan video pendek. Aduhai betapa indah imajinasiku memvisualisasikan ingatan dan keinginan dalam dunia penuh hayal yang telah aku bangun dan pada akhirnya berlabuh ke dunia mimpi. Lalu aku tertidur pulas.

*************

Peristiwa Salatiga (begitu aku mengingat adegan seks pertamaku) suda dua tahun berlalu. Aku sudah duduk di kelas X. Umurku telah bertambah, aku tumbuh menjadi remaja yang cukup menarik. Fantasiku tentang laki-laki sudah semakin berkembang jauh. Menurutku laki-laki itu harus macho dan mempunyai tubuh yang ideal agar terlihat seksi. Setelah peristiwa Salatiga suaraku mulai berubah, begitu juga bentuk tubuhku, semakin tinggi dan berotot. Aroma tubuhku juga mulai berbeda seiring bertambahnya hormon kelaki-lakian seperti aroma teman-teman sebayaku di sekolah.

Aku terobsesi dengan bentuk tubuh yang indah dan wajah yang menarik. Aku bersyukur dikaruniai wajah yang cukup tampan, berkulit putih dan halus tanpa jerawat serta hidung yang mancung. Mataku gelap dengan alis tebal yang simetris. Selain itu bentuk bibirku juga menggoda (menurut teman-teman sekolahku) selain warnanya yang sudah merah. Jadi untuk melengkapinya aku mulai rajin berolahraga terutama basket, badminton dan kadang aku cukup rutin ke tempat fitnes.

Hasilnya cukup menggembirakan, di kelas X aku sudah cukup menonjol di sekolahku, tentu tidak terkait prestasi akademik. Teman-temanku mengatakan aku ganteng, ada juga yang lebih suka memuji bentuk tubuhku yang atletis, bahkan segerombolan kakak kelasku yang kelihatannya cukup nakal beberapa kali menebak ukuran kemaluanku yang tergambar jelas di celana abu-abuku yang cukup sempit (atau mungkin itu hanya tebakanku saja).

Gairah OM OM MudaWhere stories live. Discover now