Untitled Part 1

20 0 0
                                    

Kurasa sudah cukup penulis menceritakan pengenalan tentang aku dan melki, sekarang saatnya aku menceritakan tentang hari ospek pertamaku dimana saat sebelum aku mengenal melki.

"kringgggggg" "kringgggggg" "kringggggg"

Aku terbangun mendengar suara jam bekerku berbunyi yang sudah ku atur tadi malam untuk membangunkanku karena aku tak mau terlambat dihari ospek pertamaku untuk masuk universitas.

Sekarang jam 04:00WIB pagi dan langit diluar masih gelap kurasa matahari pun tak akan muncul karena kebetulan sedang hujan diluar kubisa mendengar rintik hujan yg seakan meninabobokanku agar tertidur lagi. Udara dingin pagi ini menusuk langsung ketulang selimut biru yang kupakai ini seakan menjadi pelindung, nyaman sekali enggan rasanya membuka selimut ini dan kasurku seakan  menjadi medan magnet terkuat yang tak membiarkan ku untuk bangun.

Tapi sialnya aku harus bangun dan bergegas untuk mandi dan siap-siap karena aku harus sudah datang ke kampusku jam 05:00 WIB pagi untuk melaksanakan ospek, keluhku "gila kali ya kakak-kakak seniornya mereka nyuruh kumpul sepagi ini dan dicuaca sedingin ini!" sambil kubuka selimut dan berjalan menuju kamar mandi,

Sesampainya dikamar mandi dan kupegang air dingin sekali rasanya seperti air es didalam kulkas, hal itu mengurungkan niatku untuk mandi kurasa cuci muka dan gosok gigi saja sudah cukup dicuaca yang sedingin ini, tak apa-apa lah pikirku untuk hari ini saja aku tidak mandi.

Setelah itu lalu aku bergegas memakai seragam SMA dan mengecek ulang perlengkapan untuk ospek takutnya ada yang tertinggal.

Ya, kurasa sudah lengkap sekarang saatnya aku sarapan karena saat ospek butuh energi lebih karena ini ajang kita akan disiksa oleh kaka tingkat pikirku.

Sekarang waktu menunjukan pukul 04:30 aku berdiri disamping motor gigi hitam ayahku menunggu ayahku menyalakan motornya, motornya memang sudah agak tua sehingga sedikit memakan waktu untuk menyalakannya, walupun motornya suka  sedikit membuat kesal tapi motor ini yang selalu setia mengantarkan ayahku kerja dan mengantarkanku sekolah dari  sejak aku duduk dibangku SMP.

10 menit berlalu akhirnya motornya nyala juga, aku langsung bergegas naik ke kursi belakang motor karena ini sudah menjukan pukul 04:40 sementara membutuhkan waktu 30 menit dari rumahku untuk sampai ke kampus, aku pasrah saja karena sudah pasti akan telat.

Di kampusku hujan memang sudah berhenti tapi awan masih mendung dan ramai dengan orang-orang yang memakai baju SMA sedang berbaris sesuai regu kelompok masing-masing dan kakak-kakak tingkat yang memakai baju biru pada saat hari pertama ospek kala itu, dan udaranya pun dingin sekali tapi aku harus menahan rasa dingin itu sambil dihukum karena telat bersama ketiga orang lainnya mungkin mereka juga dihukum karena telat.

Aku dan ketiga orang lainnya berdiri di depan orang-orang yang sedang berbaris sebagian besar dari mereka melihat ke arah kami yang sedang dimarahi oleh kakak tingkat,

"kalian pikir ini kampus nenek moyang kalian, seenaknya datang telat!" ucap salah satu perempuan yang memakai baju biru dengan nada yang membentak dan memasang muka juteknya sambil menumpangkan tangan dipinggangnya,

"ya gini nih kalo mental-mental anak SMA, gimana nanti kalo kalian udah kuliah masih mau telat kayak gini!" lanjut laki-laki dengan rambut gondrongnya yang berada disebelah perempuan itu sementara kami berempat hanya diam dan menunduk karena itu memang salah kami,

"sebagai hukumannya kalian harus ngambilin sampah terus udah gitu kalian sit-up masing-masing 10 kali lalu sesudah itu baru kalian boleh ke regu kelompok masing-masing!" ucap perempuan tadi,

"kamu arunika sama melki ambil sampah diujung deket pohon itu!" ucap laki-laki gondrong itu sambil menunjuk ke arah kanan , "terus kalian rama sama egi kalian ambil sampah di area parkiran sana!" lanjutnya sambil menunjuk ke arah kiri,

"siapp laksanakan kak." Jawab kami berempat sambil bergegas menuju tempat yang di tunjuk oleh kakak-kakak tingkat tadi.

Saat sedang berjalan ke tempat yang ditunjuk kakak tingkat tadi tiba-tiba laki-laki disebelahku mulai mengajakku bicara,

"gilak kali ya sepagi ini udah disuruh ngambil sampah dirumah aja gua ga pernah disuruh buang sampah, mana disuruh sit-up lagi udah ini." Sambil menoleh kearah ku,

"ya, biarain lah kan sehat sit-up pagi-pagi gini." Jawab ku sambil menoleh juga ke arahnya dan sambil melihat papan namanya 'oh namanya melki.' gumanku dalam hati,

"sehat sih sehat tapi cuacanya dingin gini, berani-beraninya mereka nyuruh-nyuruh gua!" jawabnya sambil menunduk mengambil sampah yang ada dibawahnya,

"yaudah sih kan ini salah kita sendiri karena kita telat." Jawabku sambil mengambil sampah yang ada dibawah, 'songong bgt sih ini orang siapa suruh telat padahal salah dia sendiri.' Gumanku dalam hati dengan kesan pertama padanya agak sedikit tidak suka karena orangnya songong .

Setelah sampahnya sudah terkumpul dan membuangnya ke tempat sampah lalu kami kembali ke tempat tadi saat kami dihukum,

"udah kak." Ucap kami berempat,

"yaudah sekarang kalian sit-up udah itu langsung baris ke regu kelompok kalian masing-masing!" jawab perempuan tadi,

"siap laksanakan kak." Jawab aku sambil memulai melakukan sit up,

"kamu arunika sit-upnya 5 kali aja soalnya kan kamu cewe sendiri, yang lain tetep 10 kali ya kalian kan cowo jangan lemah!" ucap laki-laki gondrong tadi,

"iya siap kak" jawabku,

Saat kami ber-empat memulai sit-up tiba-tiba ada kakak tingkat lain yang menghampiri perempuan baju biru itu dan berbisik, lalu tiba-tiba

"heh kamu melki, udah kamu langsung ke regu kelompok kamu aja" ucap perempuan baju biru itu sambil menoleh ke arah melki,

"oke siap ka." Jawab melki dengan muka yang sedikit agak songong,

"ga bisa gitu dong dia harus tetep dihukum dia kan telat." Kata laki-laki gondrong itu sambil melihat ke arah si perempuan baju biru itu,

Tanpa menjawab pertanyaannya si perempuan baju biru itu berbisik pada si laki-laki gondrong itu yang ntah berbisik apa seketika membuat si laki-laki menyetujui omongan dia tadi.

Aku dan orang di sebelahku yang sedang dihukum bersamaku saling bertatapan heran, dan aku refleks berkata

"kok bisa gitu licik bgt sih!" kataku dengan nada yang agak pelan,

"ya bisa gitu dia kan anak rektor jadi bisa bebas dari hukuman." Jawab orang satu lagi diujung yang sedang dihukum bersamaku seolah dia telah mengetahui melki sebelumnya,

"pantes aja, gak adil bgt!" Jawab orang disebelahku,

"kok kamu tau sih?" tanyaku sedikit agak heran,

"iyalah tau kan melki sahabatnya sodaraku." Jawab orang tadi yang ada diujung.

Begitulah kira-kira awal aku bertemu melki dan kesan pertama padanya, sial bayangkan diudara sedingin itu dan sepagi tu aku harus menghadapi ketidak adilan seperti itu, merusak moodku seharian. 


Untitled StoryyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang