十二

2.8K 658 41
                                    

delapan jam berlalu setelah berhasil melarikan diri dari kota kecil tadi menggunakan taksi. hyunjin dan jeongin membeli pakaian baru, berpikir untuk sedikit mengubah penampilan agar tidak dikenali polisi.

hoodie, topi, masker, kacamata adalah barang-barang yang di pakai hyunjin. sedangkan jeongin memilih berpenampilan biasa dengan tambahan masker; karena baginya berpenampilan seperti hyunjin justru terlalu mencolok.

setelahnya, mereka pergi ke restoran kecil untuk sarapan dan menyusun rencana sebelum melanjutkan perjalanan.

jika kalian tanya apakah jeongin dan hyunjin membawa ponselnya atau tidak tentu saja jawabannya, tidak.

mereka tidak bodoh untuk membiarkan polisi atau pihak tertentu menyelidiki keberadaan mereka lewat gps.

"aku tidak tahu akan begini jadinya," ucap hyunjin sambil mengaduk-ngaduk ice americano-nya.

hyunjin merasa sangat menyesal membuat adik kelasnya itu ikut menjadi buronan polisi. jika kemarin dirinya lebih bisa mengendalikan diri mungkin saja, ah tidak, yang pasti akhirnya akan sama saja menjadi buronan.

jeongin yang daritadi hanya fokus pada makanannya mencoba mengalihkan perhatiannya pada sang senior, "sudahlah, tidak apa-apa. menurutku ini seru," ungkapnya tanpa emosi apapun.

"tapi wajahmu tidak mengatakan itu," ucap hyunjin. matanya memicing, meneliti.

mendengar itu jeongin tiba-tiba menghembuskan nafasnya kasar. terlihat jengkel dengan segalanya. matanya menatap tajam hyunjin.

"hah.. ayolah. kabulkan satu permintaanku. sepertinya rencanaku untuk bahagia sebelum mati itu terlalu lama. aku sudah lebih dulu lelah dengan semuanya,"

iya, tiba-tiba jeongin bicara seperti itu. padahal sebelumnya dia terlihat baik-baik saja dengan keadaan sebelumnya.


"oh ya, memangnya apa permintaanmu?" tanya hyunjin tenang.



"aku ingin senior membunuhku," jawab jeongin tanpa ragu sedikit pun.

"bu.nuh.a.ku." ucapnya penuh penekanan di setiap suku katanya.




reaksi hyunjin memang terlihat biasa saja. tapi dalam hatinya, hyunjin sangat terkejut bukan main.

sejak awal, hyunjin mengira jika adik kelasnya itu berbeda dari yang lainnya. menganggapnya sebagai seorang teman normal, bukan sebagai pembunuh.

perasaan untuk melindungi jeongin pun terasa sia-sia jika yang diinginkan adik kelasnya itu hanyalah sebuah kematian.


setelah mendengar permintaan jeongin, hyunjin mencoba tetap bersikap tenang.

mungkin dengan mudah hyunjin bisa mengabulkan permintaan adik kelasnya itu. dan karena sedang kesal bisa saja secepatnya dia kabulkan.

"jangan bercanda denganku," ucap hyunjin dingin seperti biasa.

jeongin menatap sinis sang senior yang duduk di hadapannya. "apa wajahku terlihat penuh canda menurutmu, hah?"

cara bicara jeongin terdengar menantang. tetapi hyunjin hanya bisa menyeringai mendengarnya.

"baiklah. akan aku kabulkan dengan senang hati, tapi.." hyunjin menggantung ucapannya.

jeongin hanya diam, menunggu kelanjutan ucapan dari sang senior.

"sebelum mati, kau harus lebih berguna lagi untukku."

sturmfrei。hyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang