3.2K 740 87
                                    

" dari mana saja? kenapa baru pulang?" tanya ayah yang sibuk membaca koran.

pertanyaan itu menyambut jeongin yang baru saja menutup pintu. tanpa mengindahkan ucapan ayahnya, jeongin berlalu menuju kamar.

bukan hal yang aneh, jeongin selalu bersikap dingin kepada keluarganya sejak ayahnya menikah lagi.

walaupun ucapan sebelumnya tidak di jawab, sang ayah tidak menyerah,
" sejak kapan kau memakai masker ke sekolah?"

jeongin berhenti melangkah. dalam hatinya dia mengumpat. memakai masker adalah salah satu cara agar dirinya tidak ketahuan jika wajahnya sedang terluka gara-gara para berandalan.

mau tidak mau jeongin menjawab, agar tidak terlalu mencurigakan.

" aku agak flu, apa itu masalah?" ucap jeongin seadanya tanpa menatap sang ayah.

dari arah dapur, ibu tiri jeongin berjalan ke ruang tamu, ditemani kedua adik tirinya yang saling menganggu dan mengejar.

kedua adiknya itu kembar lelaki-perempuan dan sekarang berusia 11 tahun. mereka 6 tahun lebih muda dari jeongin. itu membuat adik tirinya lebih di perhatikan di bandingkan dirinya.

" jeongin, dari mana saja? maaf ya, makan malam sudah habis, kau bisa masak sendiri 'kan? ibu sibuk mengurus kedua adikmu- hei jangan mengacau lagi, hati-hati dengan vas bunganya anak-anakku sayang!" ucap ibu yang tiba-tiba menginterupsi adik kembarnya.

ibu melanjutkan sambil memijat kedua pelipisnya, " ah, mereka membuat masalah terus, ibu sedang kesulitan. ibu harap kau mengerti karena kau sudah cukup besar," ucap ibu tirinya terdengar lembut.

persetan. siapa yang akan tahan dengan situasi begini? walaupun sudah besar sekalipun tidak ada satupun anak yang mau di perlakukan pilih kasih.

tidak di buatkan makan malam gara-gara adik tirinya yang jelas-jelas sudah cukup besar itu membuat masalah? bukan sekali-dua kali saja hal ini terjadi, tidak masuk akal.

semua itu bukan hal sepele bagi jeongin.

" ya, tidak apa-apa. aku sudah makan di luar," ucap jeongin dingin lalu melanjutkan langkahnya ke kamar.

sebelum benar-benar masuk kamar, ayahnya kembali bicara.

" hari minggu, kami akan pergi ke taman hiburan. kau jaga rumah ya, jeongin,"

tidak ada respon, jeongin langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya keras. lalu, dia memilih membaringkan tubuhnya di lantai yang tidak beralaskan apapun dibanding kasur.

jeongin memejamkan mata, salah satu tanganya dia jadikan bantalan kepala.

hari minggu itu lusa, jeongin ingin merencanakan sesuatu saat keluarganya itu sedang bersenang-senang.

" aku ingin menyusul bunda secepatnya," ucap jeongin lirih.

sturmfrei。hyunjeongHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin