2.9K 724 67
                                    

jam makan siang mau tidak mau harus jeongin relakan untuk menemui para berandalan sekolah di rooftop.

ya itu memang lebih baik daripada harus mendapatkan luka lagi.

sejak tadi jeongin di paksa untuk bicara perihal dirinya yang kemarin berani mendekati hyunjin.

" kau mendekatinya untuk mencari perlindungan 'kan?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama changbin, " jawablah, jika tidak mau aku akan menjahit mulutmu itu!"

karena sudah biasa di perlakukan seenaknya, jeongin sudah tidak merasa takut lagi dengan gertakan mereka.

perut jeongin sedari tadi bersuara minta di isi, dia tidak sempat sarapan dan harus merelakan jam makan siang.

dengan terpaksa jeongin menjawab mereka agar pembicaraan tidak penting ini cepat berakhir. dan mungkin saja dirinya akan berakhir di hajar lagi.

" bagaimana jika aku bilang tidak? apa kalian akan percaya?" jawab jeongin terdengar sangat berani. " lagi pula itu bukan urusan kalian!"

mendengar ucapan jeongin, mereka semua terlihat terkejut lalu bertepuk tangan seakan-akan jeongin telah melakukan hal yang membanggakan. untuk pertama kalinya jeongin melawan.

" wah wah, sudah berani ya bocah ini."

changbin dan anak buahnya itu bersiap menghajar jeongin tetapi terhenti saat mendengar suara seseorang dari arah belakang.

" jika ingin berkelahi, cari tempat lain. ini tempatku. pergilah."

melihat sosok yang bicara itu, jeongin terkejut sesaat. hyunjin datang di saat yang tepat.

para berandalan sekolah kaget melihat keberadaan lelaki yang di sebut-sebut pembunuh itu. walaupun mereka menang jumlah, terlihat wajah ketakutan yang mereka pasang saat melihat hyunjin.

mereka kabur dengan terburu-buru sesaat setelah terdiam beberapa detik.

hyunjin menatap jeongin yang hanya diam menatap balik dirinya.

" aku menyuruh kalian pergi, termasuk dirimu," ungkap hyunjin lalu mendudukan dirinya di sofa bekas.

yang di suruh pergi malah ikut duduk di sampingnya, " sebentar lagi aku akan pergi, tapi sebelumnya aku ingin bilang terimakasih karena senior telah menyelamatkanku."

" terserah," jawab hyunjin seadanya.

jeongin ingin pergi tapi akan sayang sekali jika tidak bicara lebih lama dengan seniornya itu. setelah penolakan kemarin rasanya lebih sulit untuk bertemu.

tangan hyunjin mengambil sesuatu dari balik kaos kakinya, menampakan sebatang rokok yang masih utuh. dia menjepit rokoknya diantara sela-sela jarinya.

baru jeongin akan berdiri, berniat untuk pergi, hyunjin menahan tangannya.

" sebelum kau pergi, aku ingin tanyakan sesuatu," ucap hyunjin tanpa menatap jeongin.

jeongin duduk kembali, tangannya di lepaskan hyunjin.

" ya tanya saja," ucap jeongin agak ketakutan, dia bersiap menjawab apapun pertanyaan.

hyunjin mematahkan rokok miliknya lalu membuangnya ke lantai. dia menatap mata jeongin dengan penuh rasa penasaran.

" tidak seperti yang lainnya, kenapa kau tidak takut padaku?"

sturmfrei。hyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang