2

27 5 4
                                    


Bugh..

Bughh
Krekkk

Bugh
Prangg

Itu suara yang selalu terdengar di kuping Deanda sebelum matanya tertutup, menumpahkan bendungan air mata yang tertahan.

"BODOH! BEGO! Kamu maunya apasih?! Gak tau diri!! Pergi sana!"

Teriak kan sang Ayah membuat air matanya semakin deras.

"Ayah udah.Tenangin diri kamu dulu"
Peringat mama kepada ayah.

Rai dan Al hanya bisa diam dengan wajah datar serta tatapan tak berarti.

"Anak gak tau diri kaya dia tuh gak pantes di baikkin! Pantesnya di kasarin" Dukk.
Ujarnya di akhiri dengan tendangan pada pundak Dean.

'Apa salah aku? Kenapa hanya karna sebuah es kalian memarahi ku?'-DCR.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Dean, jangan menatap mama seperti itu. Angkat kepala mu,"

Dean menuruti perintah sang mama.
Tatapan keduanya terkunci, mama dapat melihat sorotan terluka di dalamnya.

"Mam, ayah pergi kemana? "
Al datang dengan tangan yang di penuhi es krim.

Dean yang melihatnya hanya bisa mencibir, es krim di pegangan Al adalah alasan Ayah  memukuli tubuhnya hingga meninggalkan lebam.

"Bacot!"

Dean berlari memasukj kamarnya, meninggalkan mama dan Al dengan kerutan di dahi.

"Kak dean kenapa mam?"

Mama hanya mengedikkan bahu, melanjutkan tugasnya yang tertunda.

Raihan turun menemui mama, meminta izin pergi ke acara ulang tahun temannya.

"Ma, rai ke rumah annya ya"

"Hati hati, jangan ngebut naik sepedanya."

"Dadah mama!"

Al melirik sekilas, sebelum kembali lagi memperhatikan ps nya.

"Mam aku mau makan, perut aku sakittt," ujarnya sambil memasang muka melas. Aneh, teriak lapar tapi Ps masih di mainkan.

"Minta ambilin Dean, mama mau pergi dulu."

Al menghentikan Psnya,
"Mau pergi kemana? Al ikut!"

"Kamu di rumah aja sama kak Dean, nanti kalo ayah telphon bilang mama ke rumah tante Heni,"

"Tapi Al mau ikutt,"

"Manja! Lu disini aja sama gue, jangan kerjaannya ngintilin mom. Udah kelas 4 masih aja manja."

Al menatap kesal Dean, kakaknya itu selalu bisa membuat mama pergi tanpa dirinya.

"Denger tuh, kamu di rumah aja Al"

Al hanya bisa mengangguk, dan kembali memainkan Ps.

Setelah di pastikan mama pergi, Dean mematikan Ps Al. Ia menarik Al ke dapur.

"Gara gara lo! Ayah gebukin gue?! Lo gak mikir apa? Seberapa beruntungnya lo? Gue benci iri sama lo bangsat!"

Bruk

Dean mendorong Al ke tembok, tidak keras tapi dapat membuat punggungnya sakit.

"Kak! Lo apa apaan sih? Kaya anak kecil tau gak!"
Rai datang dengan nafas tersegal segal.

"Dia yang bikin badan gue biru, gara gara es krim dia yang cair di helm Ayah. Kenapa gue yang kena? Lo gak tau sakitnya pukulan Ayah? Ha!"

"Karna hal sepele lo marah sama Al? Tolol! Lu kaka apa bukan?"

"Kok lo nyolot anjink! Gue kaka lo?! Turunin nada lo bangsat!"
Dean menatap benci Rai, tangannya mengepal.

"Lo aja ngegas, gimana gue gak nyolot! AL! Kekamar sekarang?!"

"Ngatur, siapa lo? Sultan?!"

"Bacot bangsat! Sini anjink kalo mau ribut sama gue jangan sama Al."

"Ikut campur aja lo bangsat!"

Bugh
Durkk
Brukk

Keduanya bergelut, Dean yang menguasai ilmu karate bertarung dengan Rai yang menguasai ilmu silat.

Selang 3 menit, keduanya meringis.
Dean memegangi perutnya, sementara Rai menyeka luka di sudut bibirnya.

"Lo gak pantes ngalahin gue bangsat!"

Dukk
Brukk

Tendangan Dean cukup keras membuat tubuh Rai menyentuh lantai.

Dean meninggalkan Rai ke kamar Al, dengan piring berisi nasi serta lauk di tangannya.

"Al? Buka pintunya!"

Di dalam kamar Al memeluk tubuhnya, merasa bersalah dan takut.

"Gue bilang buka anj-"

Ternyata pintu itu tak terkunci, Dean berdecak. Menghampiri Al di pinggir ranjang.

"Nih makan, apa perlu gue jejelin?"

Al mengambil piring itu cepat, dan mulai memakannya dengan suapan kecil namun lahap.

"Minum ambil sendiri, punya tangan kan?"

"Iya iya, kak mama kemana? Kok lama?"

"Gak tau" Dean bangkit dari duduknya, berjalan menuju kamar.

Bersambung~




Hi 👋
Ini kisah yang sebenernya agak aneh, satu keluarga dengan sikap masing masing. Dan ini juga ada sebagian kisah real life aku.

Ok next!

My LifeWhere stories live. Discover now