FIL : 10

41 8 0
                                    

Semakin hari, Petra dan Oline semakin dekat. Mereka sudah banyak tahu tentang masing-masing. Dan entah bagaimana bisa, Oline mulai menampakkan sisi manjanya pada Petra. Semuanya terbawa alur dan mereka saling menikmati.

Malam ini, dengan ditemani oleh kertas, pensil, dan pulpen, Oline mulai menarik garis demi garis dan menyatukannya dengan sisi lain. Ia berusaha membuat suatu hal yang menarik. Walau itu bukan kemampuannya, tapi ia terus mencobanya. Gadis yang suka membaca dan menulis itu dengan kaku memegang pensil. Ia ragu setelah menarik garis pada sisi lain. Kesalahan terus berulang saat menambah garisan baru di lapak lain. Entah berapa kertas telah ia remas, ia pun tak menghiraukannya.

Oline terus berfokus menarik setiap garis. Sampai terdengar sebuah notifikasi masuk begitu banyak, ia terpaksa mengalihkan perhatiannya. Langsung ia raih ponsel itu dan melihat siapa yang mengirim pesan sebanyak itu seperti orang yang sedang marah.

PetraAs. : Selamat malam, Cantik.

Oline melihat dengan lekat nama icon kontak itu. Ia tersenyum saat tahu Petra sudah mengganti icon kontaknya dengan nama aslinya. Dengan cepat, ia membalas pesan itu. Petra menemari Oline malam itu yang sedang mencoba mengukir sebuah gambar yang bagus. Sesekali ia melepaskan pensilnya dari tangannya dan beralih pada ponsel yang berdering.

Kurang lebih 1 jam, Oline menyelesaikan ukiran yang tidak bisa disebut gambaran itu. Ia bernapas lega walaupun tidak sebagus bayangannya. Namun, itu sungguh memuaskan baginya. Langsung saja Oline memotret gambaran itu. Ia tersenyum saat melihat gambar yang ia tangkap itu.

"Makan dulu, Lin," tegur mamanya mengingatkan jam makan malam pada Oline yang sibuk menyendiri dengan peralatan gambar dan ponsel kesayangannya. Oline menganggukkan kepalanya. Meletakkan gambaran itu di balik buku tebalnya dan langsung makan dengan membawa ponsel bersamanya.

💐

Tidak seperti biasanya, jika tepat pukul 10 Oline sudah terlelap dan masuk ke alam mimpinya, tapi tidak untuk malam ini. Ia masih membuka matanya lebar-lebar di depan layar ponsel miliknya. Tak nampak sedikit pun kantuk di sana. Untunglah Petra berbaik hati terus menemaninya. Mereka menghabiskan malam itu dengan banyak percakapan yang membuat hati berbunga-bunga.


Tepat pukul 11, tiba-tiba kantuk menghampiri. Oline mulai gelisah, ia memiliki sebuah misi yang ingin dicapai. Visinya hanya satu, cukup terjaga sampai waktu misi 10 menit terlewatkan. Namun kantuk tiba, ia sedikit takut kalau-kalau misinya tak terwujud.

Ia membuat alarm pada pukul 00.00 WIB. Ia berharap tepat pada jam itu dirinya terjaga. Tanpa meminta izin dan berpamitan pada Petra, akhirnya ia masuk ke dalam mimpinya. Ia berusaha tidak terlelap. Namun, tanpa diduga dirinye terlelap.

Satu detik ...

Satu menit ...

Sepuluh menit ...

Dua puluh menit ...

Tiga puluh menit ...

Lima puluh lima menit ...

Sampai ...

Alarm di ponsel milik Oline membunyikan diri tepat pukul 00.00 WIB. Namun Oline mematikan kembali alarm tersebut. Ia merasa sangat terganggu dengan suara nyaring itu. Ia berusaha masuk kembali ke alam mimpinya.

Sampai ...

"Astagfirullah ...." Oline mengucap dengan pelan saat teringat suatu hal. Ia membuka matanya lebar-lebar dan langsung meraih ponselnya. Oline langsung mengobrak-abrik isi ponselnya dengan terburu-buru. Dengan cepat ia membuka aplikasi chat hitam polkadot putih dan membuka profil miliknya.

Fall In Love : Awal Pertemuan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang