(2) Syarat

66 12 35
                                    

Mampus! Ini rumah apa istana?

Seketika mata Dewi membulat melihat pemandangan di depannya. Sebuah rumah dengan tiga lantai, terdapat taman tidak terlalu luas di sisi kanan bagian depan rumah tersebut. Sisi kiri terdapat garasi yang cukup luas, mungkin bisa untuk lima mobil.

Dewi tak henti-hentinya mengagumi gedung bercat putih itu sejak mobil yang ia tumpangi masuk ke halaman rumah itu.

Aku kudu bersih-bersih rumah segede ini?

Bermacam-macam pikiran berkecamuk dalam otaknya.

Dewi turun dari mobil dengan mulut masih menganga, keheranan. Wajar saja, ini baru pertama kali ia mendapatkan rumah sebagus ini. Di majikannya yang dulu tidak semewah ini.

***

Semua proses penandatanganan kontrak kerja sudah beres, Melin eonnie yang mewakilinya kini harus kembali lagi ke kantor. Ah benar, yang bertanggung jawab atas semua pekerjaan Dewi adalah seorang laki-laki jangkung, dengan sedikit brewok yang membuat laki-laki itu semakin tampan. Hampir saja Dewi khilaf /gadeng

"Baik-baik kerja ya.." ucapan terakhir Melin sebelum ia masuk ke mobil.

"Eonnie! Kalau aku enggak betah, boleh pindah majikan?" tanya Dewi dengan hati-hati.

Ini pertanyaan yang sangat sentimental untuk pekerja seperti Dewi.

"Boleh, tapi alasannya harus masuk akal. Kalau cuma alasan majikan cerewet, majikan galak, Eonnie nggak mau ngurusnya. Kamu tau 'kan masalah ginian?"

"Iya."

Dewi mengangguk. Setidaknya ia sudah mendapat ijin jika hendak pindah majikan. Ya, walaupun ia tidak berencana juga untuk pindah, karena ia belum tahu seperti apa majikannya ini.

Setelah Melin pergi, Dewi masuk ke kamar miliknya. Dewi diberi ruang kamar di bagian belakang, letaknya dekat dengan dapur. Tidak terlalu besar, tapi cukup untuk dirinya sendiri. Dewi merasa nyaman karena kamar itu sudah dilengkapi dengan kasur beserta bantal dan selimut, serta lemari, meja dan kursi.

Sebenarnya rumah ini masih belum terisi dengan barang-barang. Sebab, Dewi diberitahu bahwa ini adalah rumah baru. Pemilik aslinya akan menempati rumah ini dalam waktu satu bulan.

"Aku mau keluar sebentar, kau boleh melihat-lihat rumah ini." ucap laki-laki yang memperkenalkan diri sebagai Jin Taek.

"Kamsahamnida." Dewi menganggukkan kepalanya.

Sementara pria itu pergi, Dewi melanjutkan untuk melihat-lihat isi rumah. Ia menaiki tangga menuju lantai dua. Ada tujuh ruang yang Dewi duga akan dijadikan kamar nantinya. Ia memasuki ruangan itu satu-persatu dan semuanya masih kosong.

"Ingat ya, Wi. Kalo majikanmu udah dateng, kamu enggak boleh kasih tau ke siapa-siapa."

"Emang kenapa, Kak? Emang siapa lho majikanku?"

"Nanti juga kamu tau, yang jelas kalo kamu sampe bocorin identitas majikan kamu, urusan kamu bakalan sama polisi."

"Hah?!"


"Emang siapa sih yang punya rumah ini? Presiden? Cucu Presiden? Idol—? Mampus kalo sampe beneran idol korea. Halah, tapi nggak mungkin juga deng."

Dewi masih melanjutkan kegiatannya berkeliling. Di lantai dua ini, selain ada tujuh kamar yang masing-masing memiliki kamar mandi, ada juga ruangan yamg berada di tengah-tengah lantai dua ini. Ruangan yang seolah dikelilingi oleh pintu kamar-kamar ini tidak terlalu luas, tapi membentuk persegi panjang dengan papan tulis di ujung ruangan.

BTOB: I'll be Your Man!!Where stories live. Discover now