Dia duduk di sebelahnya.


"Namaku Aswari." katanya setelah duduk. Mengulurkan tangannya untuk bersalaman kearah kanan.


"Maaf, kita disebelah kiri kamu." ucap Aeza dan Hime berbarengan.


"Oh, maaf."


"Anu... apa kalian mau bantu aku?" katanya lagi.


"Bantu apa?" sahut Aeza.


"Bisa tolong cari namaku di jurusan psikologi, di ruang mana ya?"


"Memang kenapa?"


"Aku... tunanetra."


Seketika jawaban itu membuat mereka terdiam. Hime sudah menduganya, karena pandangan mata Aswari terus menatap lurus.

"Kalau kalian tidak mau. Tidak apa. Aku tak memaksa." katanya lagi.


"Akan kucari." Aeza segera mencarinya.



"Kenapa nggak bilang kalo buta?" tanya Hime.



"Aku tak mau merepotkan orang lain."


"Padahal mata lo indah banget." pujinya. Aswari memiliki bola mata berwarna hijau turqoise yang berlapis namun berwarna pudar.


"Banyak yang bilang seperti itu. Tapi ini tak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagai gantinya, aku mendapat keajaiban beberapa tahun lalu. Semua indera ku menjadi super sensitif. Itu kenapa aku tadi bisa mendengar temanmu berbisik."


"Itu adek gue."


"Oh, maaf."


"Maksud lo keajaiban tadi, lo dapet kekuatan super?" tanya Hime penasaran.


"Mungkin. Semua panca indera ku jadi seperti yang kubilang tadi. Sebenarnya aku dapat penglihatanku kembali, tapi seperti melihat dengan kamera negatif. Makanya aku jadi sering menabrak dinding." curhatnya.



"Aswari, kamu di ruang sembilan. Tapi di gedung kampus seberang." Aeza datang.



"Salah gedung aku. Apa kalian bawa kendaraan? Bisa anterin aku tidak? Takut terlambat." pintanya lagi.


"Ayo."


Aswari mengeluarkan tongkat dibalik jaket parka panjang miliknya dan mulai meraba. Mereka menggandengnya menuju mobil.


"Maaf, merepotkan kalian lagi."


"Nggak apa. Sesama mahasiswi baru." kata Aeza.


"Ngomong-ngomong, tadi kesini naik apa?" tanya Hime.


"Dianterin bapak naik motor."


Gedung kampus dua letaknya diseberang kampus pertama. Jalannya sangat ramai dan padat merayap.


Sesampainya, Aeza ikut turun dan mengantarkan Aswari untuk memastikan bahwa dia tak tersesat. Lalu diantar sampai Aswari duduk di kelas.


"Terima kasih... Aeza."


Aeza hendak pergi namun tangannya ditahan.


Aswari mengendus punggung tangan Aeza. Seperti cium tangan pada orang yang lebih tua.


"Sudah. Bau mu sama seperti kakakmu. Maaf sudah merepotkan di hari pertama." Aswari tersenyum. Aeza meninggalkan kelas.


"Za, teryata Aswari punya kekuatan super juga. Kekuatannya semua panca inderanya kecuali penglihatan jadi super sensitif. Makanya tadi dia bisa denger lo muji mata indahnya."


"Pantesan. Tadi sebelum pergi aku juga ditahan sebentar. Taunya dia malah mengendus tangan aku."


"Biar dia nggak lupa kita kali."


"Mungkin. Kira-kira ada lagi nggak ya yang punya kekuatan super?"


Dan ini adalah cerita tentang karakter baru. Aswari Agustine, dan dua pengguna kekuatan super lainnya.

Mazna X Adara: Pandemic StartedWhere stories live. Discover now