17. ✨ Sebuah Petunjuk

107K 14.7K 6.2K
                                    

"aaaARRRRGHHHHHHHH"

"tahan... tahan ....Ayo tarik nafas lagi,"

"AgggggggHhhHhHhHHhHHHHHHYHYY,"

"pinggulnya terlalu kecil buat melahirkan dok."

Tenaga gua abis.

Keringat udah membasahi muka gua. Bagian bawah gua udah robek rasanya. Gua masih Bisa denger dengan jelas suara Krek  pas dokter gunting lubang buat jalan keluar bayi ini.

Tapi kepala udah pening banget. Rasanya seluruh tulang punggung gua patah secara bersamaan.

"Ayo ibu Hana, tarik nafas lagi, Kepala bayinya udah mulai kelihatan."

"Ayo han, kamu bisa sayang. Anak kita mau lahir."

Gua narik nafas dalam dalam. Sampe rasanya dada gua sakiiiit banget.

Sebenernya dokter udah bilang kalau gua harus operasi. tapi gua ga punya uang.

Dan melahirkan bukan sesuatu yang bisa direncanakan. Padahal ini usia kandungan gua masih delapan bulan.

Gua masih berusaha buat tarik nafas dalam dalam sampai akhirnya.




Blank.





gua ga liat apa apa lagi. Suara teriakan dokter yang ngasih support ke gua untuk tarik nafas dan mengeluarkan bayi gua dengan dorongan tenaga dalam samar sama mulai hilang.

"Ibu dan bayinya,tidak bisa diselamatkan."

"Perempuan ini masih terlalu muda buat melahirkan."







"HANAA!!"


!!!!!!!!!





Gua bangun dan liat bu Luna + Nomin ngeliatin gua khawatir.

"Teteh kenapa?"

"Teteh jerit jerit dari tadi, aku sampe khawatir."

"A-aku masih hidup?"

Jeno ngusap keringat di kepala gua terus bantu gua duduk. Sedangkan Jaemin ambilin segelas air.

"Teh Hana, mimpi buruk ya?" Tanya Jaemin yang sekarang bantuin gua minum.

Gua ngangguk. Bu Luna buang nafasnya lega.

"aduuuh Hanaaaaaaa, tante kira kamu kenapa kenapa. Ya ampun, sampe mau nangis rasanya."

Dalam hati rasanya plong banget. Bener bener bersyukur karena ternyata gua masih hidup.

"Aku mimpi melahirkan Tan. Rasanya sakit banget. Aku sampe meninggal,"

"Astaga Tehhh, engga engga, gabakal kok." Kata Jaemin.

Jeno benerin kepala gua biar nyender di bahunya. "Engga, semua bakalan baik baik aja kok teh sampe lahiran."

Tapi, rasanya mimpi itu nyata banget.

"Udah Han, bener kata Jeno. Semuanya baik baik aja kok. Jangan khawatir. Berdoa dan jangan makan aneh aneh mulai sekarang. Okay?"

"Besok kalian libur kan Jeno? Jaemin?"

"Iya bun kenapa? Eh tapi Jaemin katanya mau apel ke rumah minju."

"Enak aja, kerumah minju kan udah minggu kemaren. Minggu besok ke rumah Yujin."

Bu Luna gelengin kepalanya pelan. "Jaemin, berenti mainin cewe."

Pregnancy, The Dandelion [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang