DINGIN

10 1 0
                                    

"Lama banget si Bimo", gumam Reina menunggu Bimo yang tak telihat segera turun dari tangga.

Satu jam Reina dibuat duduk sendiri diruang tamu. Reina suda mulai kesal menunggu Bimo. Apalagi baterai hapenya sudah mau habis. Jadi dia takut tak bisa melakukan apapun karena bosan. Selang beberapa menit bi Ina datang.

"Loh temannya den Bimo kok disini? Gak sekalian keatas non Ayu?", tanya lembu bi Ina

"Saya Reina bi. Saya bukan temannya Bimo. Oh ya bi saya mau minta tolong. Saya haus. Hehe..", jawab Reina

"Lho saya kira temannya den Bimo. Tadi den Bimo bilang bukan pacar terus sekarang bukan teman. Apa non Rana pacarnya den Kevin?", tanya penasaran bi Ina

"Bukan. Bukan. Saya aja gak kenal siapa Kevin. Saya kakaknya Bimo bi. Oh ya Reina bi. Re-i-na. Bukan Rana", Reina menjelaskan.

"Oalah non maafin bibi ya. Bibi gak tau kalo den Bimo punya kakak. Soalnya bu Santy selalu ngajak den Bimo kesini. Saya kira gak punya saudara mangkanya sering main kesini. Oh ya maaf kalo bini ini suka keterusam kalo lagi ngobrol. Non Reina mau minum apa?", dengan santai dan lugas bi ina berbicara

"Air putih saja bi".

"Baik non. Saya ambilkan".

Bi Ina orang nya baik. Banyak bicara ketika orang mengajaknya berbicara. Lebih banyak beliau yang berbicara daripada lawannya. Orangnya santai dan tidak judes.

******

Disudut koridor rumah terlihat lukisan  besar yang dipajang di dinding. Lukisan yang menggambarkan sebuah ladang dan gubuk memperlihatkan keadaan suasana pertanian di pedesaan membuat hati tentram ketika melihatnya. Suara alunan musik yang terdengar sangat cocok ketika lukisan  itu dipandang.

Musik yang awalnya terdengar bagus menjadi fals.

"Gak gitu Bim. Cara kamu meletakkan jari lo kurang tepat jadi nadanya fals", terang Kevin

"Oh iya iya. Tapi sakit nih jari jari gue kak. Emang sesakit ini ya kalo main gitar?", keluh Bimo.

"Lo ini kan cowok. Masa segitu aja nyerah. Gue dulu waktu belajar malah sampai berdarah. Fokus dan jangan kaku. Gak susah banget kok", sembari mengarahkan jari Bimo pada senar gitar.

"Susah ah", meletakkan gitar dengan rasa putus asa.

"Kak. Emang kakak uda gak balik lagi ke Amrik?", tanya Bimo

"Ya balik. Kan kakak masih belum selesai ngurus berkas habis wisuda itu. Ya palingan cuma sebentar. Kenapa? Mau ikut? Sekalian jalan jalan. Kan juga disana gue uda gak sibuk. Jadi bisalah gue menjadi tour guide lo. Haha..", jawab Kevin santai.

Rencana liburan Bimo sudah lama dipersiapkan. Tetapi dia selalu gagal berangkat karena alasan Kevin yang masih sibuk dengan dunia perkulihannya. Kevin sudah menganggap Bimo seperti adiknya sendiri. Wajar saja jika mereka terlihat lebih dekat. Bahkan setiap Bimo ada masalah, Kevinlah yang selalu membantu mencari solusi.

"Lo tadi bawa mobil sendiri?", tanya Kevin cemas.

"Rencana gue tadi begitu. Tapi mama belum kasih ijin. Jadi lo diantar sama..", belum selesai mengatakannya, Bimo teringat sesuatu.

"Astaga gue lupa kasih tau kalo gue mau nginep disini", cerocos Bimo sambil menyingkirkan gitar yang menghalanginya.

"Maksud lo Bim?", tanya Kevin penasaran.

"Gua tadi diantar sama kakak gua. Dan gua lupa kasih tau dia kalo gua bakal tidur sini. Kayaknya dia lagi nungguin deh dibawah. Haduh... bakal kena jitak nih", cemas Bimo

Bimo ketakutan bila kakaknya marah dengannya. Oleh karena itu dia ajak Kevin untuk mendampinginya. Saat turun tangga, tatapn wajah Reina sudah penuh dengan pertanyaan sekaligus kekesalannya terhadap Bimo. Spontan Bimo menyembunyikan wajah dibalik tubuh Kevin.

"Kenalin gue Kevin. Anaknya Tante Heni", tegas Kevin tanpa basa basi.

"Oh.."

"Gitu aja? Lo gak sebutin nama lo?"

"Kan lo pasti uda tau dari Bimo siapa gue", jawab santai Reina

Wajah Kevin seketika itu menjadi merah kesal dan malu. Baru kali ini dia dibikin speechless sama cewek.

"Bimo tidur sini. Jadi gak usa nunggu dia. Lo bisa pulang", tegas Kevin

"Tidur sini? Kenapa gak bilang dari tadi? Gue nunggu lo uda lama", jawab Reina mencari wajah Bimo dibalik tubuh Kevin. Namun kali ini Reina sedikit menahan emosi. Dia tak terbiasa banyak bicara didepan orang asing. Apalagi meluapkan emosinya yang saat ini karena Bimo.

Tak terduga Reina langsung pamit pulang dan tak menghiraukan Bimo tanpa menghakimi. Namun dengan sengaja Kevin menarik tangan Reina yang akan beranjak keluar. Reina berhenti melangkah saat sebagian tubuhnya diantara pintu. Dengan spontan Reina mengibaskannya.

"Maaf. Saya mau minta nomor telefon lo. Boleh?", tanya Kevin

"Buat?"

"Ya kalo ada apa apa sama Bimo kan bisa mengubungi lo langsung", penjelasan tanpa alasan Kevin.

"Lo pasti tau nomor telfon rumah gue. Jadi gak usa repot repot kasih kabar Bimo ke gue. Gue pamit", tegas Reina sambil melangkah keluar.

Kevin sudah menyadari sikap Reina. Semenjak Bimo banyak cerita tentang kakaknya, Kevin ingin sekali lebih dekat dengan Reina. Pertama kali mereka bertemu, Reina memang bersikap dingin. Persis seperti yang diceritakan Bimo soal sifat Reina itu.




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

POHON ABU ABUWhere stories live. Discover now