17

13.4K 1.9K 186
                                    




"Watanabe Haruto?"

Remaja laki-laki yang ditanya mengangguk.

"yakin nanti bisa bagi waktu basket sama japan club?"

Remaja itu terdiam cukup lama sampai akhirnya mengangguk.

"kamu pura-pura nggak bisa ngomong? Atau emang nggak bisa ngomong beneran?" Xerim menggerakkan tangannya, berkomunikasi melalui bahasa isyarat.

"hah?"

"oh, bisa ngomong." Xerim bernapas lega. Kebiasaan kalo nanya orang terus gak dijawab pake mulut, Xerim auto pake bahasa isyarat. Inget Guanlin soalnya.

"kakak bisa bahasa isyarat?"

"hah?" kali ini Xerim yang terlihat kebingungan melihat adik kelasnya kali ini yang memakai isyarat.

"kakak bisa bahasa isyarat?" tanyanya untuk kedua kali melihat ekspresi Xerim.

"jangan-jangan kamu lagi pura-pura bisu ya?" Xerim balik bertanya tanpa menjawab.

"stt" telunjuk Haruto bergerak kearah bibirnya, memberi isyarat Xerim untuk memelankan suaranya.

Haruto menoleh kearah sekitar untuk memastikan ucapan kakak kelasnya tadi tak terdengar oleh orang-orang sekitar yang sibuk melakukan wawancara ekskul.

Haruto mendekati wajah Xerim, lalu membisikkan sesuatu "iya saya lagi pura-pura."

Xerim merinding denger deep voice-nya. Jangan oleng, Rim. Tahan. Guanlin udah cukup.

"Xerim!" suara yang amat Xerim hapal itu cukup menganggu saat ia tengah asik memandangi wajah adik kelasnya.

"apaan wawancara pake bisik-bisik." ucap Guanlin menghampiri Xerim.

"apaan sih ganggu, kok belum pulang?" sahut Xerim.

"nunggu lu, udah belom? Ayo pulang." Guanlin melihati Haruto dari ujung kepala hingga ujung kaki, tatapannya bagai laser yang siap memotong tubuh adik kelasnya itu.

"bentar lagi, udah sana jangan ganggu."

"gue temenin disini, biar cepet kelar. Siapa nama lo?" Guanlin menyenggol bokong Xerim agar memberikan dirinya tempat. Jadi satu bangku barengan gitu.

"ih rese!" Xerim memukul bahu Guanlin.

"kok nggak jawab? Bisu?" tanya Guanlin, ngegas.

"iya bisu, tepatnya pura-pura bisu kayak Guanlin dulu. Biar apasih pada kayak gitu? Lagi trend emang?" sambar Xerim kesal.

Guanlin tampak terkejut lalu memandang Haruto seksama, "oh lu?" ekspresinya seperti bertanya, "mau gue kasih tips-tips biar awet nggak ketauan sampe lulus?"

"ini lagi malah ngajarin," Xerim mendorong tubuh Guanlin, "wawancaranya sampe sini aja, pengumuman keterima atau enggaknya besok ditempel di depan sekret ya. Kamu boleh pulang."

"udah ayo pulang, tadi ngajakin pulang." ujar Xerim setelah izin kepada teman-tannya untuk pulang lebih awal. Beruntung siswa yang belum diwawancara tinggal sedikit.

"ayo!"

"makan dulu nggak?" tanya Guanlin.

"makan apa?"

"mie ayam?"

"ayo hehehe"

Abis makan mie ayam langsung mcd drive thru, Xerim bilang udah kenyang tapi kentangnya ludes juga dimakan sendiri.

"ada telor gulung, mau beli," seru Xerim menepuk tangan Guanlin untuk berhenti saat matanya menangkap gerobak jajanan.

Guanlin menepikan mobilnya, membiarkan gadis yang terlihat bersemangat itu turun dari mobil dan membeli jajanan khas anak sekolah dasar, padahal ia ingin memberikan uangnya.

Secret ¦ Lai GuanlinOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz