Double R - Keduapuluhdelapan

1.1K 58 2
                                    

Multimedia: The cuties moment with Rose and Rosie

*-----*

Rose cepat-cepat membantu petugas Bandara untuk memasukkan Rosie ke dalam ambulance. Wajah pucat Rosie membuat Rose tidak bisa berhenti mencemaskan gadis cantik itu bahkan meskipun sekarang mereka tengah menuju ke Rumah sakit terdekat dari Bandara.

Melihat wajah kekasihnya yang begitu pucat dan seperti mayat, Rose jadi panik seketika karena perasaan takut hinggap di dalam dadanya. Gadis itu tidak ingin di tinggalkan oleh Rosie, setidaknya tidak untuk sekarang. Rose bahkan sudah memiliki rencana masa depan dengan gadis yang sedang terbaring di atas ranjang Rumah sakit, Rose tidak ingin di tinggalkan sebelum rencananya terkabulkan.

Rose benar-benar merasakan ketakutan itu didalam dadanya, ia tidak ingin Rosie pergi Rose bahkan berharap ia bisa menggantikan posisi Rosiedan membiarkan rasa sakit gadis cantik berambut blonde itu beralih pada tubuhnya yang mungkin bisa bertahan lebih kuat daripada tubuh Rosie.

Dokter yang menangani Rosie akhirnya keluar, meskipun dibarengi dengan peluh di atas keningnya, lelaki jangkung itu menunggingkan senyum ramah sebelum bertanya dengan nada meminta pengertian "Keluarga Rosie Spaughton?" Rose mengangguk cepat sebagai jawaban "Saya kekasihnya" menampakkan wajah terkejut barang beberapa saat, sang dokter akhirnya tersenyum "Mrs. Saughton sebenarnya baik-baik saja, tapi beliau mengalami dehidrasi yang sangat parah dan beliau juga kekurangan darah. Untunglah Anda membawanya dengan sangat cepat jadi jangan khawatirkan dia, dia akan baik-baik saja"

Rose tahu ia harus percaya pada dokter muda dan tampan ini, tapi hatinya terus-terusan berkata kalau Rosie tidak baik-baik saja. Apalagi gadis cantik itu sempat kejang beberapa saat yang lalu dan Rose tidak bisa memungkiri kalau ia sangat khawatir dengan keadaan Rosie meskipun gadis itu sudah berada di tangan yang tepat.

Gadget Rose bergetar dengan nama Mrs. Spaughton di layarnya dan tanpa menunggu lama gadis itu segera saja memberi tahu Ibu Rosie kalau gadis cantiknya baik-baik saja. Setelah meyakinkan orang tua Rosie untuk tidak khawatir dan juga sekaligus memperingati keduanya untuk tidak terbang ke negara Inggris karena sekarang mereka telah berpindah ke negara matahari terbit untuk melancarkan bisnis mereka disana.

Merasa bersyukur karena sekarang orang tua Rosie sudah mempercayakan anak gadis mereka pada Rose sekaligus merasa beban berat di atas pundaknya bertambah karena sudah diberikan kepercayaan, gadis tomboy itu akhirnya berusaha memberitahukan dirinya sendiri kalau ini akan baik-baik saja.

Lagi, gadget gadis tomboy itu bergetar hebat namun sekarang yang muncul di layar gadgetnya adalah nama Stevie boebi. Menggeser layarnya untuk membuka pesan singkat yang di kirimkan mantan kekasihnya itu, Rose kemudian tersenyum kecil saat melihat Stevie mengiriminya gambar hasil jalan-jalan mereka di negara adidaya.

'Terimakasih. Photonya sangat indah' balasan terkirim dengan cepat dan gadis di seberang telepon membalasnya dengan cepat juga. 'Kembali kasih. Photo hanya akan bagus jika yang mengambil gambarnya mengerti titik bagus dari gambar yang akan di ambilnya' Terkekeh karena jawaban berbau percaya diri itu di lontarkan oleh Stevie secara lancang padanya, Rose kemudian mulai mengetik balasan sambil lalu terduduk di ruang tunggu.

'Jadi, Kau ingin sombong karena Kau mengambil gambarnya?' perasaan Rose tidak menentu saat gadis itu melihat di bawah nama kontak yang memberikan keterangan bahwa Stevie tengah menulis sesuatu untuk membalas pesannya. Namun belum sempat gadis tomboy itu menerima pesan balasan dari mantan kekasihnya, Rose merasakan sesuatu tidak benar sekarang.

Apa maksud dari semua ini? Kenapa ia mendapatkan perasaan tidak menentu saat Stevie memberinya pesan singkat? Bukankah ini tidak sehat terhadap hubungannya dengan Rosie? Ini bisa saja di sebut selingkuh namanya. Pertanyaan lain yang sedari tadi menggerogoti isi kepalanya adalah perasaan apa yang ia rasakan kepada Stevie? Apakah ia masih cinta?

Merasa terguncang, Rose kemudian berdiri hanya untuk melihat gadis cantik yang menjadi kekasihnya sedang terbaring lemas di atas kasur rawat yang bahkan tidak ingin Rose tempati. Lalu kemudian gadis tomboy itu tersadar dari semuanya. Apa-apaan dia barusan? Kenapa bisa ia berpikir kalau ia masih menimpan rasa pada mantan kekasihnya yang sudah jelas-jelas bahagia bersama dengan pasangan hidupnya?

Sepertinya Rose butuh asupan gizi karena otaknya tiba-tiba berat sebelah dan bahkan sampai bisa-bisanya memikirkan perselingkuhan dari gadis cantik yang sudah ia perjuangkan sepanjang semester perkuliahan ini.

Dengan itu, Rose berjalan cepat menuju kantin Rumah sakit dan segera mengambil beberapa roti tawar serta tidak lupa mengoleskan selai cokelat kesukaannya dan lalu membeli segelas kopi dari starbucks. Kembali dengan dua kantung kertas di sepasang tangannya, Rose kemudian menjatuhkannya secara tiba-tiba saat melihat Granny dan Stevie berada di lorong apotik dan menunggu di antrian panjang pengambilan obat sambil berbicara satu sama lain.

Mengambil kantung kertasnya yang sempat terlepas dari tangannya, Rose kemudian mendekat pada keduanya lantas tersenyum hangat saat Granny melebarkan kedua tangan sebagai sambutan. Setelah membiarkan Stevie melongok tidak percaya karena kedatangannya yang tiba-tiba akhirnya Rose menyerahkan satu pelukan lembut pada Stevie yang bahkan belum sadar dari zona terkejutnya.

"Apa yang Kau lakukan disini?" ujar Stevie setelah Rose melepaskan pelukan mereka yang bahkan terasa sangat canggung. "Seharusnya Aku yang bertanya padamu, Kau berada di kampung halamanku, ingat?" dan Stevie terkekeh karena di lempari candaan sarkastik ala Rose Ellen Dix.

"Granny membutuhkan perawatan karena sendinya sudah mulai keropos, makanya Aku disini" Rose mengangguk sebagai tanda paham. "Rosie sedang di rawat inap karena dehidrasi dan kekurangan darah. Ku pikir dia akan sedikit lama di Rumah sakit, karena dia belum sadar semenjak empat jam yang lalu" wajah Stevie berubah seketika "Kenapa Kau tidak memberitahukan hal ini kepadaku?" dan Rose terkekeh kecil sebelum menjawab dengan nada menjengkelkan yang sudah menjadi ciri khasnya "Kalau Kau memang lupa, Kau tinggal di negara Amerika" dan Stevie jadi menggulung bibirnya kebawah karena merasa tersinggung.

"Ingin menunggu disini atau ingin mengikutiku dan melihat keadaan gadisku?" alis Rose terangkat satu saat ia melemparkan pertanyaan itu dan Stevie menggelagak karenanya "Kalau Kau memang lupa, Aku bersama nenekku" dan dengan itu Rose mengedigkan bahu lantas segera berjalan menuju ruang rawat Rosie "Kalau Kau ingin menengoknya, dia berada di ruang ICU"

Berjalan gontai dengan senyum terukir di bibir tipisnya, Rose kemudian membuka matanya lebar-lebar saat melihat Rosie sudah terbangun dan melemparkan senyum kecil padanya. Berhambut masuk tanpa perduli harus mengenakan masker dan juga jubah khusus berwarna hijau, Rose cepat-cepat memeluk Rosie dan menumpahkan semua rasa khawatirnya pada gadis itu.

Mengusap kedua pipi chubby milik Rosie yang mulai kembali mengeluarkan warna merah, Rose kemudian menaruh tangannya di atas tangan Rosie, meremas tangan gadis cantik itu dengan perasaan senang dan syukur "Aku cinta padamu, Rosie. Jangan pernah meragukan itu"

*-----*

Riska Pramita Tobing.

double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|Where stories live. Discover now