Double R - Keempat

5.9K 176 8
                                    

Multimedia: Rosie and Rose

*-----*

          Jalanan macet di sore hari membuat Rose meruntuk kesal di dalam bus yang penuh dan sesak ini. Hari-harinya di universitas bertambah buruk karena sekarang sedang musim penghujan. Hal baiknya adalah, Rosie berada disampingnya. Bahkan meskipun gadis cantik itu masih saja fokus kepada layar tablet yang menampakkan design gambar hasil buatan tangan Rose, keberadaannya saja sudah membuat Rose merasakan kenyamanan karenanya.

Sebentar lagi libur semesteran, itu artinya Rose harus segera menyelesaikan tugas-tugasnya yang sering sekali terbengkalai karena terlalu sibuk mengurusi gambar design untuk Rosie, gadis tomboy itu merasa lelah sekali belakangan ini.

Kadang-kadang, Rose merasa salah karena telah menganggurkan tugas-tugas kampus hanya untuk sekedar membuat Rosie jadi tidak kelelahan dengan pekerjaannya, tapi kadang-kadang gadis tomboy itu juga merasa bersalah karena terus-terusan menuruti keinginan Rosie tanpa memikirkan pasal tugasnya yang semakin lama semakin menumpuk dipertengahan semester ini.

Rose tidak bisa memilih salah satu dari keduanya, karena jika saja ia meninggalkan salah satu dari keduanya, maka hidupnya akan hancur tidak terbentuk. Bisa kalian bayangkan jika Rose hanya terus-terusan berkutat dengan tugas-tugasnya yang menggunung? Mungkin gadis tomboy itu tidak akan pernah merasa hidup. Dan lagi, bisa kalian bayangkan jika gadis tomboy itu terus-terusan menuruti keinginan Rosie? Bisa-bisa Rose tidak akan lulus di universitas ini.

Dalam hati Rose mengutuk tidak suka terhadap permainan semesta kepadanya. Kenapa harus ia yang menderita disini? Bukannya Rose menyesal telah membantu Rosie untuk mempermudah pekerjaannya, Rose tidak pernah berpikiran seperti itu barang sedikitpun. Rose hanya tidak ingin hidupnya ditempatkan dikedua situasi yang tidak bisa ia pilih salah satunya. Rose enggan memilih.

"Rose! Rose!! ROSE!!!"

Dengungan menyakitkan pada telinganya membuat Rose melirik pada gadis cantik yang tengah memasang wajah kesal disampingnya "Kenapa kau ini?" ujar Rosie dengan lenguhan kasar di akhir kata. Rose memejamkan mata karena dengungan di gendang telinganya kini beralih menuju otaknya dan kemudian berputar-putar disana.

Gadis tomboy itu terpejam rapat saat berusaha menghilangkan dengung yang membuatnya merasa sakit kepala "Jesus Christ!" desah Rose dengan nada berat dan juga frustasi disatu waktu yang bersamaan.

Rosie mengangkat bahu tidak mengerti "Apa kau baik-baik saja?" ujar gadis cantik itu dengan nada khawatir yang tepat sambil tidak lupa menaruh satu tangannya pada bahu Rose dan memijitnya perlahan.

Rose mengedigkan bahu "Belakangan ini Aku merasa kacau sekali" lanjutnya berbisik sebagai jawaban.

Rosie tidak menjawab. Gadis itu hanya tetap memijit pundak Rose agar gadis tomboy itu melanjutkan keluh kesahnya "Tugasku menumpuk belakangan ini. Belum lagi gambar pesanan darimu yang belum sempat aku kerjakan. Aku kelelahan" ujar Rose melanjutkan dengan nada lelah yang kentara.

Gadis tomboy itu kemudian meletakkan kepala pusingnya di bahu Rosie dan secara tiba-tiba Rosie menjengit kaget karena ia merasakan pipi yang menempel pada bahunya itu panas. Tangan lembut gadis cantik berambut blonde itu kemudian merangkak naik ke dahi Rose hanya untuk mendapati suhu tubuh Rose begitu mengenaskan.

"Kenapa kau masih memaksakan pergi ke kelas saat sakit seperti ini?" keluh Rosie tidak terima dengan keputusan Rose yang tetap saja memaksakan diri untuk mengikuti kelas pagi hari ini "Tugas-tugasku menumpuk, Aku tidak bisa membiarkannya. Jika aku tidak masuk kelas, bisa-bisa tugasku semakin banyak" jawab Rose dengan suaranya yang mulai serak dan dalam.

Rosie mengusap pipi Rose dengan perlahan sampai akhirnya membuat gadis tomboy yang tengah terpejam di bahu Rosie pada akhirnya mengangkat kepala "Ada apa?" nada keheranan itu ditambahi dengan ekspresi yang sama dari si gadis yang tengah menatap mata Rosie "Kau tidak perlu membantuku lagi jika terus-terusan seperti ini"

Tidak disangka, Rose malah menggeleng enggan "Aku tidak bisa membiarkanmu mengerjakan pekerjaan ini sendirian. Bisa-bisa kau sakit" hati Rosie menghangat saat ia merasakan perhatian yang diberikan Rose kepadanya, begitu tulus tanpa meminta balas dari apa yang gadis itu lakukan. Lain dengan kekasihnya. Clay Boebi. Clay selalu saja menuntut semua balas jika lelaki itu sudah membantu Rosie, bahkan meskipun hanya bantuan secuil. Lelaki itu tidak pernah memberikan sesuatu setulus Rose kepada dirinya.

Rosie jadi menyesal karena ia harus berkencan dengan lelaki tolol itu. Dalam hatinya, Rosie meruntuk tidak tahan. Saat bus berhenti, Rosie merangkul pundak Rose agar gadis itu tidak terjatuh karena ternyata gadis tomboy itu lemah bahkan untuk berdiri dikedua kaki jenjangnya sekalipun.

Turun dengan perlahan dari bus, Rosie memapah Rose menuju unit kesehatan kampus untuk membaringkannya disana, suhu tubuh Rose panas sekali saat Rosie menempelkan punggung tangannya dikening Rose yang tidak tertutupi oleh rambut. Biarpun suhu tubuh gadis cantik berpenampilan tomboy itu panas, tapi ia terus-terusan meracau kedinginan.

Rosie menutup tubuh Rose dengan selimut tipis yang tersedia disana sembari menunggu dokter yang biasanya sampai pada jam 09:00 pagi. Gadis cantik berambut blonde itu pun kemudian menambah tumpukan selimut ke atas tubuh Rose yang menggigil sampai akhirnya Rose berhenti meracau dan mulai memejamkan mata.

"Kalau aku tahu kau akan seperti ini, aku tidak akan ingin meminta bantuan darimu Rose" desah Rosie seraya menempelkan pipinya pada tangan yang sudah ia lipat di atas ranjang tepat di samping Rose yang tengah berbaring dengan tenang. Rosie bergumam kecil "Apa yang bisa aku lakukan jika kau sudah seperti ini?"

Rose tersenyum dalam tidurnya, ka menaikkan tangan menuju rambut blonde Rosie yang menggelitik sebagian dari wajah cantiknya yang terlihat pucat "Kau hanya perlu menjaga kesehatanmu. Itu saja sudah cukup bagiku"

Rosie mengangkat kepala hanya untuk mendapati senyum lemah Rose yang menghiasi bibir tipis Rose yang terlihat lebih kering dan juga tidak berwarna hingga membuat Rosie merasa bersalah karena melihat Rose seperti itu "Kau harus meminum obat terlebih dahulu" ujar Rosie seraya ingin berdiri.

Belum sempat Rosie berdiri dari posisinya, gadis tomboy yang tengah berbaring itu menahan lengan Rosie dengan gerakan yang tergolong cepat meskipun dengan genggaman yang lemah "Dengar. Jangan pernah tinggalkan aku sendiri. Karena aku tidak bisa jika harus melewati ini tanpa kau"

Air mata Rosie tumpah saat ia mendengar suara serak itu keluar begitu lembut dari bibir tipis Rose. Ia tidak bisa mendengar suara gadis itu karena yang ia dapati hanyalah perasaan bersalah. Ia terisak tidak tahan sampai akhirnya ia beranjak menaiki kasur dan membawa Rose ke dalam dekapannya "Kau tidak perlu khawatir, aku akan disini bersamamu" ucap gadis cantik itu dan segera saja disusul dengan satu buah kecupan di pelipis Rose.

Kecupan hangat yang mengantarkan Rose kepada tidur lelap di mana tangan-tangannya bergerak untuk mendapatkan kehangatan lebih dari Rosie yang terus-terusan mengusap punggungnya. Membuat Rose meringkuk kenyamanan di dalam pelukan Rosie.

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Follow all My social media, the link is gonna be in my profile. Please.

double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|Where stories live. Discover now