Double R - Ketiga

7.2K 199 6
                                    

Multimedia: Rose and Rosie


*-----*

Detik berganti menjadi menit, dan menit berlalu menjadi jam, berubah menjadi hari dan perlahan menjadi minggu sampai akhirnya Rose merasa bosan dengan pelajaran sejarah sastranya kali ini.

Tanpa sadar, ocehan Rosie membuat ia jadi terbiasa akan keberadaannya di samping Rose. Sejak minggu kemarin Rosie menghilang entah kemana, dan meskipun Rosie mengirimkan surat pada Universitas sebagai tanda kalau gadis cantik itu tidak bisa mengikuti pelajaran untuk beberapa saat, Rose tetap saja merasa tidak terima.

Hari-harinya berjalan dengan lamban tanpa adanya senyuman manis dan lesung pipi gadis itu. Harinya berjalan semakin membosankan tanpa adanya celotehan-celotehan riang yang selalu saja gadis itu ujarkan kepada dirinya. Rose rindu. Ia merindukan suasana dimana dirinya mampu membuat senyum dan lesung pipi gadis itu terukir menghiasi wajah cantiknya, ia merindukan cara bagaimana dirinya mengganggu gadis cantik itu dengan mengomentari gaun-gaun buatan diriya, tanpa sadar Rose merindukan semua tentang gadis cantik itu.

Ketukan keras di atas meja membuat Rose terperanjat, saat ia mendonggak menatap ke atas, ada Mrs. Kath sedang memperlihatkannya dengan tatapan menegur "Mrs. Dix, bisa tolong perhatikan ke depan?" ujarnya dengan nada menggeram tidak suka.

Rose menggaruk tengkuknya yang tak gatal hanya untuk menutupi kecanggungan yang ia rasakan, belum lagi seluruh pasang mata sedang memperlihatkannya sekarang "Oh, saya minta maaf Miss"

"Sepertinya ada masalah yang terjadi pada anda Mrs. Dix" Mrs. Kath merunduk dan menaruh sikutnya di atas meja, berusaha untuk mendekatkan dirinya sendiri dengan Rose yang masih menampakkan wajah murung.

Rose terkekeh kecil sebelum akhirnya menggeleng dan membuka mulut "Saya benar-benar baik-baik saja Miss, terimakasih karena sudah peduli" jawab gadis itu dengan disertai senyum kecil di akhir kata.

Mrs. Kath mengangguk paham sampai kemudian wanita senja itu mempersilahkan Rose untuk keluar dari kelas hanya untuk sekedar membuat suasana hatinya menjadi lebih membaik. Rose menggeleng enggan, namun Mrs. Kath tetap menyuruhnya untuk pergi keluar kelas sampai akhirnya Rose menuruti ucapan wanita itu dengan melenggangkan kakinya untuk melangkah ke Kantin.

Langkahnya yang ringan tidak terganggu sedikitpun, seolah-olah semesta sedang memberikannya tempat untuk menikmati kesendiriannya yang membosankan. Rose membiarkan rindu ini menelannya hingga habis dan tidak tersisa, ia bahkan tidak bisa untuk menyangkal bahwa dirinya sudah mengacaukan harinya dengan tidak adanya Rosie dalam hari-harinya.

"Ada apa denganmu?"

Rose melirik secepat kilat saat ia mendengar seruan bernada ramah itu. Matanya segera bertubrukan dengan sorot iris Rosie yang terlihat lebih biru karena tersinari oleh matahari. Secara tiba-tiba lengkungan senyum milik Rose terbentuk dari telinga ke telinga. Gadis tomboy itu segera saja berlari dan memeluk Rosie tanpa sadar.

Rosie saja sempat dibuat kaget oleh kelakuan bocah tomboy ini "Woah! Sepertinya kau kehilanganku eh?" tanya gadis itu sambil memutar-mutarkan tubuh mereka yang masih saja saling peluk satu sama lain.

Rose terkekeh dibuatnya, gadis tomboy itu segera saja melepas pelukan dan memasang tampang heran yang tepat saat ia mulai bertanya "Kemana saja kau selama ini eh? Menghilang dan diam di dalam goa?" ejek Rose membuat Rosie me-pout sempurna.

Gadis cantik yang sedang mengenakan setelan ringan berwarna abu-abu itu kemudian membenarkan kerahnya yang sedikit melorot sebelum akhirnya mendekap lengan di dada "Kuharap aku bisa menghilang dan diam di dalam goa seperti apa yang kau katakan" ujar Rosie dengan nada lelah, gadis itu membenarkan anak rambutnya yang tidak terkucir dengan telunjuk sebelum akhirnya melanjutkan "Aku sudah lelah dengan pekerjaanku. Mana lagi mengganggu kegiatanku di universitas huff" gadis cantik itu membuang napas berat di akhir kata sambil kemudian merengkuh bahu Rose dan menaruh kepalanya di sana.

Rose terkekeh lembut seraya mulai mengusap punggung Rosie dengan perlahan "Kau tahu?" pertanyaan itu membuat Rosie mengangkat wajahnya yang cantik -lengkap dengan dihiasi ekspresi keheranan di dalam mimiknya "Aku merindukanmu" lanjutan kata yang Rose ucapkan membuat Rosie memendam senyum bahagia.

Rosie bisa merasakan kedekatan mereka yang belakangan ini semakin intim dan nyaman. Rosie tidak bisa memungkiri itu bahkan meskipun dirinya sendiri masih saja mengencani seorang pria tampan yang adalah sebagai kakak tingkatnya di universitas. Rose tidak pernah tahu lelaki yang sedang dikencani oleh Rosie, lelaki itu adalah lelaki yang memberikannya pekerjaan sebagai designer sekaligus kekasih Rosie yang belakangan ini semakin lengket saja dengannya.

Rose tidak pernah tahu tentang siapa lelaki itu, bagaimana orangnya, dan gadis tomboy itu juga tidak mengetahui banyak soal Rosie. Pada awalnya, Rosie sempat ingin mengatakan kebenarannya kepada Rose namun hatinya berpaling. Rosie terlalu takut untuk berbicara sampai akhirnya jarak nyaman itu tercipta.

Rosie enggan menyeruakkan kebenaran jika itu akan membuat suasana kedekatan mereka menjadi hilang dan menggantung di tengah jalan. Rosie tidak ingin kedekatannya dikorbankan karena semua ini.

"Hey, Nona! Kau baik-baik saja?"

Rosie menggedig saat ia ditampar ke alam nyata oleh cubitan gemas di pipinya. Saat ia melirik ke samping, ia mendapati Rose sedang memasang wajah keheranan. Rosie jadi terkekeh lembut saat ia melihat wajah cantik itu sedekat ini. "Kupikir, aku mulai tidak waras karena kelelahan dengan pekerjaanku" jawab Rosie tidak sepenuhnya berkilah.

Rose memberengut "Bagaimana kalau kubantu?"

Rosie melirik dan langsung mengangkat sebelah alisnya untuk menandakan kalau ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Rose barusan. "Kau bahkan tidak mengetahui cara mendesign. Bagaimana mungkin kau bisa membantuku?" jawab Rosie dengan nada dramatis yang dibuat-buat.

Rose menggedigkan bahu dengan ringan sebagai jawaban "Kau bisa membantuku untuk mengerti cara mendesign dengan baik dan benar" ujarnya memberikan solusi dengan cara termudah "Lagipun, aku memiliki skill menggambar kalau kau lupa" lanjut gadis itu dengan tampang yang membuat Rosie jadi gemas.

Rosie kemudian memeluk Rose dan menghujani seluruh bagian wajah cantik itu dengan ciuman gemas dan cubitan-cubitan yang pada akhirnya membuat pipi wajah Rose jadi memerah karenanya. "Oke, oke. Kau boleh senang, tapi jangan memakan wajahku seperti ini"

Tawa mereka berderai di atas udara setelah ucapan konyol Rose membuat keduanya sempat terdiam dalam beberapa saat. Pipi Rosie berkembang, senyum gadis cantik itu terukir indah di pipinya, belum lagi lesung pipinya menambah kesan manis dan kesan cantik gadis itu.

Hati Rose menghangat saat ia mendengar gema tawa Rosie di dalam gendang telinganya. Ia merasakan sesuatu yang hangat dan menyengat di seluruh desiran darahnya. Seolah sedang dimabuk dengan asmara.

Rose menggeleng menyangkal perasaan hangat di dalam ulung hatinya, ia tidak bisa mencintai Rosie! Mana mungkin Rosie mencintai gadis seperti dirinya kan? Lagipula Rosie belum tentu pecinta sesama jenis seperti dirinya. Rose harus benar-benar menghentikan perbuatan semesta kepadanya. Kadang-kadang semesta membuat guyonan yang tidak lucu!

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Follow all My social media, the link is gonna be in my profile. Please.

double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|Where stories live. Discover now