Double R - Kedua

9.6K 245 13
                                    


Multimedia: Rose Ellen Dix

*-----*

          Maraknya bunyi langkah di berbagai jarak membuat Rose mengeluh pusing. Pada dasarnya, gadis tomboy itu memang tidak terlalu menyukai keramaian. Tapi apalah daya? Yang bisa ia lakukan hanyalah menikmati bunyi-bunyi yang mengganggu itu sambil sesekali mengunyah makan siangnya.

Kali ini Rose sedang terduduk sendiri, di pojokan Kantin universitas yang menjadi titik utama pusat yang dicari saat jam istirahat seperti ini. Tangannya bergerak lamban saat ia menyuapkan kentang goreng yang masih penuh di dalam kantung kemasannya.

Kunyahan lembut gadis berambut brunette itu terhenti saat ia mendapati gadis cantik berambut blonde yang sedari tadi menemaninya sepanjang kelas tiba-tiba saja terduduk di depannya sambil menyodorkan minuman kaleng bersoda.

Rosie tersenyum kepadanya, berusaha menampakkan wajah ceria meskiun gadis cantik itu terlihat sedang kelelahan entah karena apa. Sambil terduduk, gadis cantik bermata nyaris biru itu mulai merogoh tasnya seraya mengeluarkan selembaran kertas yang di atasnya dibubuhi banyak tulisan serta beberapa gambar kecil.

Kegiatan yang dilakukan Rosie membuat Rose jadi memiringkan kepalanya karena heran. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rose sambil berusaha mengintip tulisan-tulisan yang di bubuhkan oleh Rosie di atas kertas yang berada di depannya.

Gadis cantik itu kemudian menyodorkan salah satu kertas yang sudah penuh dengan coretan. Terdapat gambar gaun cantik beserta ukuran-ukuran yang tidak dimengerti oleh Rose, dan di detik itu juga Rose tahu kalau Rosie ternyata mempunyai hobi sekaligus pekerjaan sebagai designer.

Dengan segera, Rose mengembalikan kertas itu dengan tampang tidak berminat menghiasi wajahnya "Melihatnya saja aku sudah mual. Bagaimana mungkin kau membuat sesuatu yang memusingkan seperti itu tanpa merasa keberatan sama sekali?"

Protesan Rose justru membuat gadis berambut blonde itu terkekeh kecil "Itu dia alasan kenapa aku murung sekali belakangan ini. Kurasa aku kelelahan dengan pekerjaan ini." ujarnya dengan disertai melepas napas lelah, ia menghempaskan tangannya ke atas udara dengan dramatis sampai sedetik selanjutnya gadis itu membuka bibir dan melanjutkan "Terlalu menuntut" runtuknya seraya menyelipkan anak rambut yang mengganggu dan menggelitik sebagian dari wajah cantiknya.

"Kupikir kau melakukannya karena kau suka. Ternyata karena tuntutan"

Rosie mengedigkan bahu "Awalnya aku melakukan ini hanya sekedar untuk mengisi waktu luang. Tapi setelah ada seseorang yang melirik karya-karyaku, tiba-tiba saja semuanya berubah. Aku jadi kesulitan sekarang" keluhnya sambil mengambil kentang goreng milik Rose dan menyuapkannya secara perlahan.

Perlakuan semena-mena yang Rosie lakukan malah dibalas tawa oleh si gadis tomboy itu. "Kau pasti lapar, biar kupesankan" ujar Rose seraya pergi setelah ia melepaskan tepukan ringan di atas pucuk kepala Rosie yang tengah mengunyah dengan cepat sekarang.

Beberapa menit berlalu, sampai akhirnya Rose kembali dengan dua buah nampan berisikan burger dan juga cola di masing-masing nampannya. Gadis tomboy berambut brunette itu kemudian menyerahkan salah satu nampan yang ia bawa kepada Rosie yang tentu saja diterima dengan senang hati olehnya.

Tanpa ragu, gadis cantik itupun langsung saja melahap makan siangnya, ia mengunyah dengan cepat dan tidak sabaran sampai membuat Rose jadi terkekeh karenanya. "Kau sendirian?" ujar Rosie tiba-tiba membuat Rose tersadar karena sedari tadi gadis itu terus-terusan menatap bibir basah Rosie yang bergerak cepat.

Sebelum menjawab, Rose memastikan burgernya sudah ia telan terlebih dahulu, kemudian gadis itu menyesap cola dengan gerakan yang cepat dan membuka mulut dengan tenang "Kau pikir aku tidak memiliki teman?" tanya Rose dengan tampang sakit hati.

Nada menyindir itu membuat Rosie jadi menghentikan kegiatan mengunyahnya dan langsung mengalihkan pandangan pada Rose "Awalnya aku berpikir akan ada seseorang yang menemanimu duduk di sini, tapi setelah sekian lama aku memperhatikan.. Ternyata tidak ada seorangpun yang datang dan kemudian menemanimu duduk di sini." jari-jari lentik milik Rosie terpaut di atas meja, seolah menganggap percakapan mereka kali ini adalah percakapan yang berbobot. Belum sempat Rose membalas ucapan yang dilontarkan gadis cantik itu, ia sudah membuka bibir dan melanjutkan dengan nada jenaka "Maka dari itu aku menghampirimu, dan dengan kebaikhatianku yang sedang datang entah karena apa, aku menawarimu untuk menjadi temanku" ujarnya seraya disertai dengan kekehan di akhir kata.

Penjelasan Rosie membuat Rose mengerutkan kening, ia menangkap sesuatu yang janggal dari ucapan gadis cantik itu tadi. "Tunggu dulu" ujar Rose saat ia melihat Rosie akan berkata membuat gadis cantik itu kembali menutupkan mulutnya yang sudah terbuka "Apa kau baru saja mengakui kalau kau memperhatikanku?"

Blush!

Pipi Rosie memerah dengan seketika. Gadis cantik berpipi chubby itu langsung tidak bisa mengangkat pandangan dan itu membuat Rose jadi menunggingkan senyum kemenangan. Gadis cantik itu terkekeh lembut "Kupikir kau tidak akan menyadarinya" ujarnya dengan senyum kecil di akhir kata.

Perkataan Rosie membuat Rose terkekeh "Ayolah! Mana mungkin aku tidak menyadarinya sedangkan kau mengatakannya dengan keras di depan wajahku sendiri? Mana mungkin aku se tolol itu kan?" ucap gadis tomboy itu dengan disertai kekehan yang membuat Rosie mem-pout sempurna bagaikan bocah tiga tahun yang mengamuk karena tidak diperbolehkan jajan ice cream oleh Ibunya.

Ekspresi Rosie berubah seketika saat Rose mendekatkan wajahnya pada dirinya. Mereka bertatapan beberapa saat dengan disertai deruan-deruan napas yang terdengar semakin keras di permukaan pipi mereka bersama-sama.

Suara-suara bising yang sedari tadi memenuhi pendengaran Rosie tiba-tiba hilang dan tidak bisa ditemukan. Semesta seolah membiarkan mereka menciptakan ruang dimensi lain hanya untuk mereka berdua.

Keduanya masih saling menatap sampai kemudian Rose mengangkat ibu jarinya untuk mengusap bibir bawah Rosie yang merah merona sekaligus basah di waktu yang sama. Perlakuan manis Rose membuat Rosie kehilangan konsentrasi barang beberapa detik sampai akhirnya Rose menarik diri dan tersenyum "Di bibirmu ada saus cabai" ujarnya dengan nada tenang yang entah mengapa terdengar menjengkelkan di telinga Rosie.

Bagaimana bisa gadis cantik sekaligus berpenampilan tomboy itu bersikap biasa saja disaat Rosie hampir kehabisan napas dibuatnya? Bagaimana bisa gadis berambut brunette itu membuat jantungnya berdebar sangat cepat? Bagaimana bisa Rose menciptakan perasaan hangat di dalam dadanya disaat orang lain tidak bisa membuatnya seperti ini? Bagaimana mungkin?

"Hey! Apa kau mendengarkanku?"

Rosie tersentak kembali ke alam nyata dimana Rose tengah memperhatikannya dengan tatapan bingung. Gadis cantik itu menguar senyum sebelum akhirnya mejawab bahwa ia baik-baik saja. Biarpun Rosie menyadari bahwa tidak apa-apa yang dimaksud Rosie bukan berarti seperti itu.

Tentu saja ada yang bermasalah dengan dirinya. Apa mungkin Rosie jatuh cinta pada Rose? Pfft!! Mana mungkin kan? Dia masih waras kan? Mana mungkin ia bisa mencintai seorang gadis disaat dirinya tengah mengencani seorang pria berparas tampan yang belakangan ini sudah semakin lengket dengannya? Pfftt!! Semesta memang kadang-kadang membuat guyonan yang tidak lucu!

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Follow all My social media, the link is gonna be in my profile. Please.

double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|Where stories live. Discover now