The Richest Poor Girl

16.8K 2.5K 75
                                    

Chapter 1

Supaya tak ada pasta gigi yang terbuang, sejak isinya masih penuh tekan tube-nya dari bawah dan gulung bagian yang telah kosong hingga ke atas. Gunakan penjepit untuk menahan lipatannya agar isi pasta gigi bagian atas tidak turun kembali ke bawah. Ganti sikat gigi rutin tiga bulan sekali meski masih tampak bagus dan bisa dipakai, membuang sikat gigi secara rutin jauh lebih hemat daripada pergi ke dokter gigi gara-gara gigi penuh kuman.

Semua tips menghemat yang kudapat selalu kuaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebaik mungkin.

Untuk menjaga kesehatan, jika tak perlu begadang, aku selalu tidur sebelum pukul sebelas malam, dan bangun saat fajar menyingsing. Biasanya, setelah mencuci muka dan membersihkan tempat tidur, aku berolah raga ringan di sekitar halaman tempat kontrakan, atau berlari kecil keluar sambil membeli sesuatu untuk sarapan. Hidupku cukup teratur, rumah kecilku tergolong paling bersih dan rapi dibanding rumah lain dengan harga sewa dan tipe yang sama, aku tidak menyimpan banyak barang karena cenderung membeli yang penting-penting saja.

Aku baru ingat semalam ada orang terkapar tak sadarkan diri di depan gerbang justru saat tak kutemukan lagi seorang pun di sana. Mungkin dia terbangun dan pulang, atau orang sekitar memutuskan untuk menolongnya.

Kuayun langkahku perlahan meninggalkan kompleks rumah kontrakan yang diberi pagar cukup tinggi.

Sudah hampir tiga tahun aku tinggal di sini, tak lama setelah kompleks ini jadi. Sebenarnya, kompleks kontrakan ini adalah satu alamat rumah dengan luas cukup besar milik satu orang pemilik yang kemudian membangun beberapa rumah kecil untuk disewakan. Tak jauh dari sini terdapat beberapa kantor dan pusat perbelanjaan sehingga peminatnya tak pernah surut, satu penghuni pindah, langsung ada yang mengisi. Aku dan Lidia merupakan dua penghuni terlama yang masih merasa nyaman karena harga sewa terjangkau dan induk semang tak terlalu suka ikut campur.

Saat perjalanan pulang, di tanganku sudah ada seporsi nasi kuning lengkap untuk sarapan. Aku tak pernah melewatkannya karena pekerjaanku cukup berat dan nyaris tak ada waktu untuk istirahat sebelum waktunya. Memang capek setengah mati, tapi itu berarti pekerjaanku aman. Restoran yang sepi selalu membuatku was-was akan kemungkinan diberhentikan.

"Anna!" Seseorang memanggil saat aku baru saja sampai di balik pintu gerbang. Lidia melambai ke arahku dari teras rumah utama di mana induk semang kami tinggal. Aku menghampirinya dan dia langsung menarikku mendekat. "Cowok yang semalem ada di dalam."

Aroma parfum wanita Lidia menusuk indra penciumanku, sepertinya dia baru pulang.

"Dia nggak ingat siapa namanya," imbuhnya berbisik di ambang pintu rumah.

Di ruang tamu, suami istri pemilik kontrakan dan beberapa penghuni lain yang penasaran tengah mengerumuni pria misterius yang ditemukan pingsan semalam. Sepertinya, dia sudah membersihkan diri, tapi masih mengenakan pakaian yang sama.

Dalam hati aku menggumam kagum, dia pasti bukan orang sembarangan. Kulitnya tampak cerah terawat, jari jemarinya bersih, rambutnya terpotong rapi meski pagi ini dibiarkan apa adanya tanpa ditata. Lilitan perban yang melingkari kepalanya jelas bukan dipasang oleh tenaga profesional. Tubuhnya tinggi besar, gagah sekali, mirip bintang-bintang sinetron di televisi. Selain itu, dia juga tampan dan kelihatan berkelas. Entah apa yang memberinya kesan lain dibanding orang-orang seperti kami.

"Lihat deh alisnya, mirip So Ji Sub, ya?" bisik Lidia penuh minat.

Aku mengernyit.

"Yang kita tonton filmnya kemarin, yang ceweknya buta. Lupa juga aku judulnya."

Aku mencoba mengingat, dan saat ingat, menurutku tidak mirip sama sekali meski sama-sama tampan dan gagah.

Tapi, alisnya memang indah, berjajar rapi dan tebal, demikian juga bulu matanya. Mungkin karena masih bingung, dia lebih sering mengumpulkan alisnya di tengah. Bola matanya berwarna cokelat gelap, bergerak-gerak kasar setiap kali pertanyaan dilayangkan padanya. Tak hanya sekali ia meraup mukanya dengan kedua tangan, tampak sangat putus asa dan membuat semua orang jatuh iba.

Max and Anna (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang