Cinta Tak Tepat Waktu - Phutut EA

281 7 6
                                    

"Aku tidak ingin cinta sejati

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


"Aku tidak ingin cinta sejati. Tapi, biarkan aku mencicipi cinta yang bukan sesaat. Biarkan aku berjuang dan bertahan di sana. Biarkan aku tersiksa untuk terus belajar bersetia. Aku rela tenggelam di sana, sebagaimana segelintir orang yang beruntung mendapatkannya.

Berikut adalah potongan kutipan dari novel Cinta Tak Tepat Waktu karangan Puthut EA. Jujur ini adalah novel pertama beliau yang saya baca. Novel ini bahkan terbit semasa saya masih SMP, yaitu tahun 2005 dan saya membacanya setelah lulus kuliah. Sebenarnya saya membaca buku ini karena iseng nanya teman tentang novel kegemaran versi dia. Dengan lancar teman saya bilang, "Baca novel karya Puthut."

Baiklah akhirnya saya pun mengikuti perkataannya. Berbekal internet saya pun menemukan judul yang menarik. Seperti judulnya novel ini cukup mewakili keseluruhan isi cerita. Tokoh 'aku' yang tidak disebutkan namanya diceritakan sebagai seorang pemuda berusia 28 tahun yang menemukan cinta di waktu yang tidak tepat. Si tokoh 'aku' mengalami pergolakan batin setelah putus dari kekasihnya. Di prolog di ceritakan begitu berantakan hidupnya. Dia benar-benar terpuruk oleh kenangan masa lalu.

Cinta tak tepat waktu digambarkan dari beberapa potongan adegan yang membuat pembacanya ikut terhanyut ke dalam cerita sebab permasalahan yang diangkat begitu dekat dengan permasalahan orang-orang terutama di usia seperti karakter 'aku'. Tidak ada konflik yang begitu memuncak sehingga saya berkali-kali menjeda-jeda bacaan ini.

Saya pikir tokoh 'aku' ini memiliki pesona yang luar biasa menarik. Sebab apa? Karena tokoh 'aku' begitu dengan mudah memikat hati perempuan meski kisah cintanya berujung kandas. Sebut saja mantan si 'aku' ternyata masih baper. Selain itu beberapa perempuan pernah dibuat jatuh cinta oleh si tokoh 'aku', sebut saja si Mba yang usianya tiga tahun lebih tua dari si 'aku'. Selain itu ada perempuan yang menganggap dirinya cantik, atau perempuan si peminjam korek api, ada lagi perempuan bernama Lia, dan terakhir adalah perempuan yang bernama bukan Kanya. Namun semua perempuan yang disebutkan berujung kandas karena keragu-raguan si tokoh 'aku'. Sebenarnya bukan karena keragu-raguan, hmm tetapi menurut saya kedatangan perempuan-perempuan itu pada saat yang tidak tepat. Mungkin pesan inilah yang ingin disampaikan oleh penulis.

Dalam novel ini terdapat dua sudut pandang di sini. Sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang kedua. sudut pandang orang kedua ini dinarasikan khusus di bab 7 selebihnya menceritakan tokoh kamu ini dinarasikan sebagai potongan-potongan di beberapa paragraf.

"Kamu menghindari forum-forum besar, sebab kamu tahu persis: di sana banya orang yang menepuk dada, dan banyak orang yang terlalu banyak bicara. Kamu menghindari orang-orang yang gampang marah, cerewet dan orang-orang oportunistis."

Sebelum mereview novel ini terlebih dahulu saya membaca dulu review yang sudah-sudah dan beberapa reviewer menyatakan bahwa gaya bahasa yang disampaikan oleh Puthut ringan. Hmm, kalau mereka mengatakan gaya novel ini ringan jadi gaya bahasa yang berat seperti apa ya? Karena jujur saya menganggap gaya bahasa novel ini cukup berat. Gaya bahasa ringan ya seperti karangan Esti Kinasih, Ilana Tan, Ilnira Iryani, dan sebagainya. Hmm dan ada beberapa kata yang tidak lazim digunakan di sini seperti kata: melengak, menelengkan, mencerap, menjerang, berjumawa, pendar, bohemian. Saya kira kata-kata ini merupakan sebuah kesalahan penulisan karena tak dipungkiri novel ini banyak sekali typo-nya tenyata, tidak! Kata-kata yang sudah saya sebutkan sebelumnya memang benar-benar ada di KBBI.

Di tengah-tengah membaca novel ini saya mengalami kejenuhan. Kejenuhan-kejenuhan itu mulai dirasakan semenjak tidak ada lagi sosok perempuan di kehidupan si 'aku'. Mungkin karena saya memang pecinta novel rommance, hihihi. Rasa jenuh semakin memuncak pada bab menarasikan tokoh 'kamu'. Pada masa setelah kandasnya cinta si tokoh 'aku' dengan para perempuan, si tokoh 'aku' menceritakan tentang kehidupan dia sehari-hari, menceritakan teman-teman yang ditemui saat itu. Untung saja di detik-detik berakhirnya kisah ini si tokoh 'aku' menceritakan teman-temannya yang beberapa di antaranya adalah penulis terkenal di tanah air, seperti tokoh Kurnia Eka, Muhidin, Phutut EA sehingga membuat suasana novel ini menjadi hidup. Bahkan saat dinarasikan tokoh bukan Kanya membuat saya ketagihan untuk membacanya. Tapi sayang beribu sayang novelnya tamat dengan ending tak terduga dan hanya bisa membuat saya menganga. Di ending si tokoh 'aku' masih tetap juga merahasiakan namanya. Sungguh misterius sama seperti nama perempuan yang tiba-tiba mengirim pesan pendek ke tokoh 'aku' membuat ending cerita ini terasa manis.

"Mengapa tidak semua hal tentang pantai membuatmu tersenyum? Tapi mengapa setiap seduhan minuman tertentu yang dilakukan oleh seorang perempuan membuatmu selalu ingat, bahkan setiap senja yang gerimis membuatmu selalu mengutuk masa lalumu?"

Oh yaa terakhir saya mau bilang buku ini juga menyajikan kritik sosial tapi tidak banyak. Karena memang penulis merupakan aktivis. Hehee okee saatnya saya kasih poin. Poinnya sebesar 85. Yeay

Judul : Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Penulis : Puthut EA

Penerbit : Manasuka

Dimensi : 278 hlm, cetakan ketiga April 2013

Book ReviewsNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ