Krystal mendengus kembali meremehkan apa yang ia dengar.

"Bukankah semua pria akan seperti itu. Berkata jika ia tertarik kemudian mengatan menyukainya lalu dia akan bilang aku mencintaimu setengah mati, dan setelah itu saat dia berhasil menaklukan wanitanya, ia akan menghilang begitu saja tanpa kata"
Tutur Krystal sinis.

"Krystal, aku tidak tau apa yang terjadi padamu hingga kau seperti ini. Tapi apa kau tidak pernah mempercayai orang lain?"

"Itu bukan urusanmu"

"Krys..."

Sebuah alunan nada terdengar di tengah perdebatan mereka membuat perkataan Lucas terhenti seketika.

Itu adalah nama panggil ponsel.
Krystal yang tau itu adalah nada miliknya segera merogoh tas yang sedari tadi ia genggam mencari benda yang mengeluarkan suara itu.

"Jika aku terlambat dan mendapat masalah itu semua salahmu"
Ucap Krystal sebelum mengangkat panggilan itu.

"Hallo Tuan Megail"

"..."

"ya aku akan segera sampai tuan, maafkan aku"

"..."

"Aku... aku sedang berada di...."
Belum sempat Krystal melanjutkan perkataannya ia dikejutkan dengan tindakan Lucas yang tanpa izin merebut ponselnya.

Krystal memang menghindari Lucas, tapi ia tak berbohong dengan pekerjaannya. Dia meminta pekerjaan tambahan pada atasannya Megail yang membuatnya harus berangkat lebih awal dan pulang terlambat.

"Aku Lucas Antoni kau mengenalku?"

"..."

"Aku akan menerima tawaranmu tempo hari jika kau mengizinkan Krystal libur hari ini"
Ujarnya pada seseorang di sebrang sana.

Lucas segera menutup telfonnya saat ia mendapat jawaban yang ia mau.

"Kau gila?, apa yang kau lakukan"
Pekik Krystal kesal sembari merebut kembali ponselnya.

Tanpa mempedulikan pria itu lagi, Krystal kembali melangkahkan kakinya pergi.

"Dimana Taksiku?"
Kata Krystal yang baru menyadari jika taksi pesanannya tak ada di sana.

"Aku membatalkannya"

"Apa yang kau lakukan?! aku benar-benar akan terlambat sekarang"

"Aku sudah meminta izin pada atasanmu hari ini, dan kau bebas sekarang"

"Apa yang kau inginkan sebenarnya Lucas?"
Krystal sudah tak mengerti lagi ia menyerah menghadapi pria itu.
Lucas benar-benar telah membuatnya kesal.

"Penjelasanmu"

●●●

"Aku pernah begitu baik Lucas,, aku pernah begitu mempercayai mereka"
Ucap Krystal membuka pembicaraan.

Kini ia dan Lucas tengah terduduk di sofa depan tv di rumah Krystal.
Dengan Lucas yang terus saja menatapnya menuntut kejelasan di hadapannya.

Mereka duduk di sofa yang sama dengan tubuh yang saling berhadapan.

"Begitu percayanya aku pada mereka hingga aku rela melakukan sagalanya. Bahkan ketika aku tau mereka hanya memanfaatkan aku, aku tetap bersikap baik seakan aku tidak mengerti apa-apa"
Lanjutnya.

Lucas tak berniat menanggapi ucapan Krystal dia hanya ingin mendengar apa yang Krystal katakan.

"Aku melakukan segalanya, memberikan apa yang mereka minta hanya agar mereka mau tetap berada di sisiku"

"Awalnya semua berjalan dengan baik, mereka bersamaku. Walau aku tau sedikit ketulusan yang mereka berikan untukku. Tapi aku bahagia"

"Tapi.. semua yang aku lakukan ternyata belum cukup untuk menahan mereka, bahkan hanya sekedar berpura-purapun mereka enggan bersamaku lagi"

"Senyuman-senyuman palsu itu kini berbalik menyerangku mereka menghinaku, mereka mencaciku, mereka merendahkan aku mereka juga merusak karyaku"

Tak terasa air mata kini mulai mengalir dari kelopak mata Krystal.
Mengingat apa yang penah terjadi padanya membuatnya begitu tersakiti.

Susah payah Krystal mencoba menghapus kenangan yang enggan pergi dari pikirannya. Dan sekarang ia harus menjelaskan apa yang ia rasakan pada orang lain.
Segaja mengorek luka lama untuk kembali timbul ke permukaan.

"Mereka tak pernah berfikir sedikitpun jika perkataan mereka, yang mungkin mereka anggap sebagai lelucon itu dapat menyakiti hati seseorang. Mereka tak pernah tau jika benda yang mereka rusak dengan gampangnya, benda itu begitu sulit untuk di dapatkan, benda itu yang begitu sederhana di mata mereka memiliki jutaan harapan. Mereka tak pernah sedikitpun mencoba mengerti"

Lucas sedikit banyak mengerti apa yang Krystal rasakan terlebih lagi dengan melihat begitu banyak air mata yang tumpah membasahi wajah cantik wanita itu.
Dia tau seberapa parah luka yang tertanam di hati wanita itu.

"Krystal"
Lucas merengkuh wajah wanita itu, menatapnya lembut juga ada sedikit rasa prihatin di dalamnya.

"Aku mencoba memaafkan apa yang mereka lakukan padaku, menghapus kenangan buruk itu dan berpikir tidak semua orang seperti itu. Aku yakin suatu hari nanti ada yang mau bersamaku dengan tulus dan menerimaku apa adanya"
Lanjut Krystal sembari menatap sendu pria yang tengah menatapnya kasihan.

"Namun sayangnya, hal itu terus berulang berkali-kali dengan orang yang berbeda-beda. Hingga membuat kepercayaanku dan keyakinanku semakin terkikis habis"

"Mereka jahat Lucas"
Krystal menekankan kata-katanya.

Lucas tak mampu berkata apa-apa hatinya begitu sakit saat melihat Krystal yang terus meneteskan air matanya.

Ibu jari pria itu mencoba menghapus bulir bening yang terus mengalir di wajah wanita itu, tapi nampaknya mata indah itu belum berniat menghentikan aliran air yang terus keluar dari dalamnya.

Krystal tertunduk memejamkan matanya, menguatkan hatinya yang kembali rapuh.

"Aku selalu bertanya pada Tuhan, kenapa Tuhan melakukan semua ini padaku?, apa dosaku hingga Tuhan membiarkan aku terus-menerus terluka. Aku hanya menginginkan sebuah persahabatan, hanya persahabatan yang tulus. Namun tampaknya Tuhan enggan memberikannya"

"Aku masih terlalu kecil untuk menerima semua itu, dan 12 tahun adalah waktu yang sangat lama untuk aku bertahan dari semuanya. Bahkan hingga 7 tahun berlalu aku tak dapat sedikitpun melupakan setiap kata yang aku dapatkan dari meraka"

Hati Krystal saat ini serasa kembali di sayat-sayat oleh sembilu tumpul.
12 tahun, 12 tahun Krystal menjalani kehidupan yang begitu pahit untuknya.

"12 tahun itu begitu menyakitkan untukku, aku bahkan tak mampu mengingat kebahagiaan yang tercipta selama 12 tahun itu, seakaan semua kebahagiaan yang tercipta tertutupi oleh luka di hatiku"

"Aku lelah Lucas"
Krystal mulai tak bisa mengendalikan dirinya, isakan mulai terdengar di tengah-tengah kalimatnya..

Gadis itu begitu tidak berdaya..
Sikap keras dan dinginnya wanita itu ternyata menutupi luka yang menganga cukup besar.

Pantas saja dia begitu membenci orang lain.
Jika kepercayaannya di hancurkan oleh banyak orang.

Pantas saja dia menutup diri.
Jika orang-orang hanya datang untuk melukainya.

Dan dia bukanlah membenci orang lain.
Tapi mungkin dia hanya takut terluka kembali.

Tak ada yang bisa mengukur seberapa dalam sebuah kata dapat menancap dan melukai hati orang lain.

Dan tak ada yang bisa menetapkan seberapa besar sebuah kata dapat mempengaruhi hidup orang lain.

Lucas merengkuh wanita itu kedalam pelukannya mencoba memberinya kekuatan.

"Sampai kapan air mata ini terus mengalir hanya karna aku mengingat kenangan itu lagi,
Sampai kapan hatiku begitu sakit hanya karna memori itu datang kembali.
Dan sampai kapan rasa takut ini terus menghantui diriku"

"Aku Lelah"

Hug ME (The Fantastic3 Series)ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang