Adexe mengangkat tangannya, melihat toples itu sambil tersenyum. "Ya, ini pasir pantai. Aku akan menyimpannya dikamarku," katanya.

"Kenapa kau menyimpannya?" tanya Harsha.

"Tanya saja putrimu, Mrs. Mackenzie. Dia tahu alasannya," Adexe melirik Allcia.

Bedebah, rutuk Allcia dalam hati.

Allcia dan Harsha terkejut, Adexe tiba-tiba saja menarik jaket yang Allcia pakai ke atas dengan menarik penutup kepala jaketnya. Hal itu membuat kepala Allcia tidak terlihat. Lalu Adexe memegang pundak Allcia dan membuatnya setengah berputar.

"ADEXE!!!" pekik Allcia saat tubuhnya berputar.

"Dasar kurus! Cepat sana mandi!" kata Adexe lalu melepas pegangannya dari penutup jaket, lalu melenggang pergi.

Allcia menurunkan jaketnya dan menghela nafas lega, ia kembali bisa menghirup udara bebas. Adexe benar-benar jahil.

"Kemana anak itu heh?!" Allcia mengedarkan pandangannya dan melihat Adexe yang hampir dekat ke lift.

"MENYEBALKAN!" teriak Allcia.

Allard dan Harsha pun tertawa, membuat Allcia berkacak pinggang.

"Kalian tertawa saat melihat putri kalian ini dianiaya?" tanya Allcia.

Harsha mengusap kepala Allcia, "Uhh, sayang."

"Aku mau mandi," Allcia mencebik dan melangkah pergi.

Harsha menggelengkan kepalanya heran. Entah kenapa ia senang melihat Allcia dan Adexe seakur itu.

"Allard, mereka memang akur atau hanya kebetulan saja?" tanya Harsha.

"Sesuatu bisa membuat batasan yang ada tertepis. Yang jauh, bisa dekat. Mungkin itu yang terjadi diantara mereka," gumam Allard.

"Kau setuju kalau mereka menjalin hubungan?" tanya Harsha.

Allard menggeleng, ia pikir tidak semudah itu menyetujuinya setelah apa yang Adexe lakukan. Walaupun Adexe sudah minta maaf dan berjanji, Allard belum yakin. Allard terlalu mencintai putri semata wayangnya.

Adexe menaruh toples kacanya di atas nakas, lalu ia bergegas ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian Adexe keluar hanya mengenakan towel yang melingkar di pinggulnya. Ia bergegas ke walk in closet, menyemprotkan farfum disekitar badannya lalu memilih pakaian dan memakainya. Ia lakukan itu dengan cepat. Terakhir yang ia lakukan sebelum pergi adalah mengambil sweater dilemari. Saat Adexe menuruni tangga kamarnya, Enrico masuk dengan seorang pelayan wanita. Pelayan yang ditugaskan untuk menjaga Enrico. Pelayan itu menunggu dilantai satu kamar sambil memperhatikan Enrico yang menghampiri Adexe ditangga.

"Daddy, mau kemana? Rapih sekali," kata Enrico.

Adexe mengangkat Enrico dan membuatnya duduk di pundaknya. Adexe memegang erat tangan mungil putranya.

"Daddy, mau pergi sebentar," kata Adexe sambil menuruni tangga.

"Kemana?" tanya Enrico.

"Ke suatu tempat, sayang. Daddy bawakan cupcake kesukaanmu saat pulang nanti. Okay?" ucap Adexe.

"HURRY!!! Okay, Daddy!" jawab Enrico dengan semangat.

Adexe berhenti sejenak di depan pelayan wanita itu, ia menyuruhnya untuk menyampaikan pesannya kepada koki dan para pelayan untuk membuat menu makan malam. Pelayan itu mengerti dan Adexe melenggang pergi bersama Enrico. Adexe sampai di lantai satu mansion, ia mengedarkan pandangannya. Dimana Allard dan Harsha?

King Of PsychopathWhere stories live. Discover now