KOP-32

90.1K 7.3K 581
                                    

     Dengan gagahnya, pria itu berjalan memasuki sebuah gedung yang menjulang tinggi. Gedung yang disebut-sebut perusahaan otomotif terbesar, milik seorang violinist. Tiap pasang yang melihatnya, baginya itu hal yang sudah biasa dan tidak penting. Sosoknya yang kental dengan segala sensasi dan reputasi telah membuatnya semakin berpengaruh.

"Mr. Leopold!"

Adexe tetap melangkahkan kakinya padahal ia mendengar jelas suara Fabio yang memanggilnya. Begitulah Adexe, bila seseorang memanggilnya, orang tersebut harus berada di depannya baru ia menghentikan langkah kakinya.

"Mr. Leopold!" Fabio berlari dan dengan nafas yang sedikit memburu, akhirnya ia bisa berdiri di hadapan triliyuner itu.

"Ada apa?" tanya Adexe dengan malas.

"Tuan, ada sesuatu yang harus ku beritahukan padamu," kata Fabio.

"Katakan," kata Adexe.

Fabio mengeluarkan ponselnya, ia menunjukan sebuah foto di salah satu sosial media kepada Tuannya.

"Paparazi," Adexe tersenyum kecut lalu melangkahkan kakinya.

"Tuan, tunggu!" Fabio mengekorinya, "Lalu bagaimana?" tanyanya.

"Nanti saja di ruanganku," kata Adexe.

Setibanya Adexe dilantai dimana letak ruangannya, beberapa pekerja yang kebetulan melewati lorong yang sama, menyapa pemilik perusahaan itu. Namun sikap Adexe tidak mengenakan. Bayangkan saja ketika kau menyapa, sapaanmu dianggap angin lalu. Sedikitpun tidak ada seutas senyum dibibirnya.

"Biarkan aku masuk! Minggir!" teriak seorang wanita seksi.

Adexe mengernyit, melihat ada kegaduhan di depan pintu ruangannya. Tampak dua orang pria bertubuh tegap dan berpakaian serba hitam berusaha menghalangi seorang wanita cantik nan seksi itu masuk.

"Argh! Kalian tuli hah?! Minggir! Biarkan aku masuk, bodoh! Beraninya kalian menghalangiku! Brengsek!" kata wanita itu dengan marah.

"Kami hanya menjalankan tugas kami, Nona," ucap kedua pria tersebut.

"Apa Adexe menyuruh kalian menghalangiku? Itu tidak mungkin! Minggir! Aku akan melaporkan kelancangan kalian padanya! Dasar pengawal-pengawal tidak berguna! Menyusahkan!" oceh wanita itu.

"Siapa yang tidak berguna?"

Suara bariton yang dingin membuat wanita seksi itu menoleh dan tersenyum lebar begitu melihat Adexe.

"Adexe!!!" pekiknya. Fabio sampai menutup telinga karena suaranya itu.

Pilihan Tuanku benar-benar luar biasa. Suara wanita itu bisa memecahkan gendang telinga! batin Fabio.

Wanita cantik itu berlari dan memeluk Adexe. Adexe tersenyum dan membalas pelukan wanita itu. Kemudian mengurai pelukannya.

"Jika mereka tidak berguna, untuk apa aku mempekerjakan mereka?" tanya Adexe pada si wanita.

Wanita itu mendengus, "Mereka itu sialan! Lancang menghalangiku masuk ke ruanganmu. Apa mereka lupa siapa aku untukmu? Peringatkan mereka, sayang."

"Oh, manjaku," Adexe membelai sisi wajahnya.

Manjaku katanya? Jujur saja, aku merasa jijik pada wanita itu. Sok manja dan suka mencari perhatian Tuanku, batin Fabio.

"Ada apa dengan ekspresimu?!" tanya wanita itu dengan ketus ketika melihat ekspresi Fabio.

Adexe menatap Fabio dengan dingin, "Pergilah!"

Fabio mengangguk. "Baik, Tuan," katanya lalu melenggang pergi.

King Of PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang