Pasalnya rumah itu seperti tak berpenghuni. Terlebih lagi ketika Raka memarkirkan motornya tepat didepan pintu tersebut. Dan meminta Karin untuk segera mengikutinya masuk kedalam rumah itu.

Hal pertama yang menjadi ketakutan Karin adalah kalau sampai Raka berniat buruk kepadanya, atau bahkan melakukan hal yang tidak pantas terhadapnya. Jadi tetap berdiri mematung adalah pilihan pertama Karin.

     "Ayo masuk!" ajak Raka kemudian. Dia tahu gadis dihadapan-nya sedang ketakutan, tapi Raka terlalu gemas untuk menggoda gadis itu.

     "Gue tunggu disini aja deh, lo masuk sana." tolak Karin halus.

    "Nggak. Nanti lo kabur." kata Raka menolak.

Karin mendengus kasar, baru saja mau protes Raka sudah menarik paksa tangan-nya itu.

Karin menggeleng-gelengkan kepalanya. Mungkin reaksi berlebihan Karin menimbulkan tanya besar bagi Raka.

"Basecamp anak Alaska. Lo gak perlu takut," serunya tiba-tiba.

"Gue gak takut," elak Karin akhirnya. Namun ada sedikit kelegaan dihatinya.

Raka berdecak untuk sesaat, kemudian berujar "Bagus kalau lo gak takut. Jadi ayo masuk," ujarnya seraya melangkah menuju pintu dengan arsitektur menyeramkan tersebut. Diikuti oleh Karin masih dengan debaran yang tak kunjung mereda.

Pintu tersebut terbuka ketika Raka meletakkan tangannya digagang dengan sekali dorongan.
Dernyitan pintu tersebut membuat beberapa anak didalamnya ikut menoleh. Dan langsung terkejut melihat kedatangan Karin disamping sohib mereka itu.

Karin tau tatapan mengintimidasi dari teman-teman seangkatannya itu. Karin tau tatapan heran dan bingung dari beberapa anak disana walaupun ia tidak terlalu jauh mengenal semuanya.

Karena Karin hanya sebatas mengetahui namanya, ralat dia kenal dekat dengan satu orang disana, Aska. Aska adalah teman sekelasnya.

Sebenarnya dalam hidupnya, Karin paling ingin menjauhi para pembuat onar disekolah. Karenanya apabila ia harus dekat dengan mereka Karin takut harus merasa kehilangan lagi. Cukup sudah Karin kehilangan satu sosok terbaik yang selalu menjaganya, Karin tidak ingin kejadian itu terulang kembali.

"Eh Rin, kok lo-?" tanya Aska kemudian. Sedikit terkejut karena Raka membawa orang lain kebasecamp mereka, sebut saja Raka paling anti orang lain memasuki tempat ini. Jadi, melihat Karin disana dan Raka sendiri yang membawanya, membuat mereka terkejut bukan main.

"Gue yang ngajak," potong Raka ketika Aska belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

Karin yang tadinya berdiri seperti patung, kini semakin kikuk dibuatnya.

"Ngapain bawa dia kesini?" singgung Ardan tiba-tiba.

Raka yang melihat sorot tidak suka dari Ardan seketika menggeram sendiri. Sama halnya dengan Karin, ini pertama kalinya ia melihat sang pembuat onar yang satu itu dalam jarak sedekat ini. Rahang tajam dan mata seperti seorang pembunuh itu membuat Karin semakin bergidik berada didekatnya. Karin memang sering kali berpapasan dengan Ardan, namun tidak pernah memperhatikan bahwa matanya setajam itu.

"Gue cuma mau ngambil barang." seru Raka dengan suara meninggi. Kemudian berlalu memasuki sebuah kamar dengan pintu yang juga berwarna gelap yang terletak tidak jauh dari ruang tamu basecamp, yang terlihat seperti rumah ini.

ALARIX ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now