so why don't you go your way and I'll go mine?

Mulai dari awal
                                    


Kami berkelahi.


Lagi.


Yah anggap saja aku sedang latihan tinju dengan samsak bernama Cha Eunwoo. Sudah lama aku tidak melakukannya.


Jungkook menarikku lalu memelukku dari belakang. Memisahkan antara aku dan Eunwoo. Aku puas dengan apa yang kulakukan pada Eunwoo. Memar pada wajahnya dan darah di sudut bibirnya.


"Pulang Eunwoo. Aku tidak mau melihamu lagi."


Eunwoo akhirnya pulang dengan rasa malu. Aku sempat mendengarnya mengumpat. Aku tidak peduli. Jungkook masih memelukku dari belakang. 

Ah, aku jadi keenakan. Ada bantalan empuk di punggungku. 


Tiba-tiba aku merasakan baju belakangku basah. Jungkook pasti menangis. Aku membalikkan tubuhku dan mensejajarkan wajahku dengan wajahnya.


"Hey, jangan menangis lagi. Sudah cukup semalam saja menangisnya." Aku menghapus titik-titik air mata di pipinya. Sejujurnya, Jungkook menangis terlihat menggemaskan dimataku.

"A—aku, aku tidak tahu harus bagaimana. Wajahmu pasti sakit kan, Taehyung? Ini salahku, aku—"

"Jung, jangan menyalahkan diri sendiri. Wajahku memang sakit, tetapi tidak sesakit hatimu. Aku tahu, Jung. Kau telah melewati banyak hari yang berat." Jungkook memelukku lagi—aku keenakan lagi. Tangisannya makin kencang. Aku tidak tahu bagaimana membuat siluman kelinci ini tenang dan tidak menangis lagi.


Aku kemudian membawanya kedalam rumah, masih dalam keadaan kami yang berpelukan. Jeon imo hanya tertawa kecil melihat tingkah laku kami. Wonwoo dan Somi sepertinya sedang pergi, karena aku tidak mendengar suara-suara mereka. Kami terdampar di sofa ruang televisi. Jungkook menyadarkan kepalanya pada dadaku. Sudah lama kami tidak seperti ini. Aku hanya bisa menikmatinya, sebelum Jungkook berubah pikiran.


Televisi menonton kemesraan kami. Jungkook hanya memandangi televisi tanpa berkata apapun. Sebenarnya, acara yang sedang tayang adalah acara komedi. Tetapi tidak ada yang tertawa diantara kami. Kami berdua terdiam untuk beberapa menit—mungkin tiga puluh. Sejujurnya, badanku sudah pegal, tetapi aku harus kuat. Tiba-tiba Jungkook mendekat padaku. Aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan, mungkin—menciumku?


"Tae, kau memar. Ini sedikit berdarah."


Oh, Tuhan. Aku bahkan telah siap seratus persen untuk melumat bibirnya. Sial bibir merahnya sangat sangat menggoda. Jungkook memegangi pipiku, lalu pergi entah kemana. Meninggalkan aku di depan televisi yang sudah berganti acara, menampilkan serial drama yang suka ditonton Seokjin.


Jungkook kembali membawa kantung es dan obat-obatan. Jungkook lalu menempelkan kantung es di wajahku yang memar. Jarak kami terlampau dekat. Dari sini aku bisa melihat wajahnya yang cantik terawat, kulitnya yang seputih susu juga bibirnya yang semerah ceri. Oh, Tuhan, jantungku berdisko. Seperti ada jelmaan Steve Aoki sedang mengadakan konser di dalam sana. Jungkook meraih tanganku untuk memegang kantung es. Kemudian ia beralih pada luka di wajahku. Ia menempelkan kapas dengan obat merah pada lukaku.

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang