Prolog

1.6K 179 29
                                    

Lebih mirip dengan "Kisah Sebelum Bayi-bayi Lahir"
.
.
.
.
.

Pertama kali Seokjin mengenal Rapmon ketika gadis tersebut dipilih untuk menyanyikan sountrack drama yang digarap oleh pria yang kala itu masih merupakan produser freelance di salah satu cabang perusahaan musik milik ayah Seokjin. Dulu, Kim Seokjin dikenal sebagai seorang super model yang beberapa kali menerima tawaran nyanyi di waktu senggang. Sang ayah yang ingin putrinya tersebut menjadi model dengan alasan sebagai seorang pebisnis dunia entertainment beliau lebih banyak menghabiskan waktu di perusahaan, dan kalau Seokjin mengambil pekerjaan di luar dunia hiburan dia tidak akan bisa mengawasi anak sulungnya dengan maksimal.

Sebagai seorang putri direktur yang dengan mudah debut menjadi super model tentu membuat Seokjin banyak mendapat cemoohan dari rekan seprofesi lain ataupun para artis asuhan ayahnya. Sejujurnya, posisi tersebut membuat sang putri sangat tidak nyaman dan ia tak menampik jika selama menjadi super model dirinya tidak punya teman sama sekali. Rapmon adalah teman pertamanya.

Saat berkenalan dengan Rapmon, kesan yang diterima Seokjin ialah pria itu sangat jorok. Muka Rapmon lusuh, matanya dilingkari oleh warna hitam, dan rambut lebatnya acak-acakan. Dia juga memakai kaos yang penuh dengan bekas lipatan seolah ia langsung memakainya dari mesin pengering tanpa sempat menyetrika. Meski Seokjin sempat mengagumi suara berat lelaki yang ternyata dua tahun lebih muda darinya itu lewat sapaan tanpa senyum, rasa kagum tersebut seketika sirna begitu Rapmon membuat si putri direktur mengulang rekaman hingga berkali-kali.

"Can't you do singing? (Kau tidak bisa bernyanyi?)" tanya Rapmon kala itu dengan wajah kucel yang nampak makin kusut karena kesal. "Even ma' cat can hit the tones better than you! (Bahkan kucingku bisa menyanyi lebih baik daripada kau!)"

"Nadanya terlalu tinggi. Tipe suaraku falsetto, aku tidak bisa dengan nada ini—" Seokjin mencoba membela diri namun segera dipotong oleh produser yang sedang lelah.

"Jangan beralasan! Kalau kau memang tidak bisa menyanyi, jangan mencari alasan!"

Seokjin diam, memalingkan pandangan dari Rapmon dengan tarikan napas kasar. Bagaimana bisa dia tidak tersinggung menerima kalimat barusan.

"Rapmon-ssi, mungkin anda bisa memberi kesempatan pada Nona Jin untuk mempelajari dulu lagu ini," bujuk manager Seokjin melanjutkan berbisik di telinga sang produser. "Jangan terlalu keras padanya, dia putri direktur."

"Lalu kenapa kalau dia putri direktur!?" sentak Rapmon keras. "Aku tidak butuh putri direktur! Aku butuh penyanyi yang bisa menyanyikan laguku!"

Grak! Seokjin berdiri habis kesabaran. "Kalau kau memang tidak menyukainya, cari saja orang lain! Aku juga tidak mau menyanyikan lagu jelek ini!" lalu dia berbalik, meninggalkan studio tanpa menoleh lagi.

Beberapa hari setelah insiden itu Seokjin menemukan lagu Rapmon sudah rilis di situs musik online, dinyanyikan seorang penyanyi ballad yang memang biasa mengisi soundtrack drama. Ada kesal di hati gadis tersebut sekaligus rasa kecewa, sebab sebenarnya dia sangat ingin menyanyikan lagu itu.

"Princess," sebuah suara berat menghentikan langkah Seokjin ketika ia baru keluar dari kantor direktur, ayahnya. Gadis itu menoleh dan langsung cemberut melihat Rapmon berdiri di koridor memandangnya.

"Do you have time? I wanna disscuss something."

"No," jawab Seokjin cepat dan membalikkan badan.

"I'll give you parfait."

"OK." Seokjin langsung berbalik lagi dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya.

Baby Baby!Where stories live. Discover now