it's my right to be hellish , I still get jealous

Magsimula sa umpisa
                                    


Dunia memang tidak adil untukku.


 Aku bisa melihat betapa Jungkook sangat bahagia hari ini dari kejauhan. Jungkook dan Eunwoo memasuki Magic Island, lalu berfoto di depannya. Kemudian mereka bergandengan tangan untuk mencoba wahana. Aku masih mengikuti mereka. Menaiki roller coaster, gyro swing, hingga mereka sampai di samping danau untuk mengantre di lokasi perahu angsa. Haish, aku sedari dulu ingin sekali naik ini bersama seseorang yang spesial. Jungkook dan Eunwoo terlihat sangat serasi di mataku. Ini membuatku cemburu saja.

Langit November mulai menunjukkan taringnya. Hujan deras turun tanpa diharapkan. Aku berharap Jungkook dan Eunwoo mengakhiri hari ini. Tetapi aku lupa kalau Lotte World juga memiliki tempat rekreasi dalam ruangan. Eunwoo menarik Jungkook untuk bermain ice skating. Aku hanya bisa tertawa melihat Eunwoo membawa Jungkook kesana, karena aku tahu kalau Jungkook bermain sepatu roda saja tidak bisa apalagi bermain dengan sepatu skating.

Tetapi aku salah besar. Ketidakbisaan Jungkook adalah salah satu hal yang membuat Eunwoo menang banyak. Bagaimana tidak, Jungkook selalu memeluk Eunwoo kemanapun agar ia tidak jatuh. Eunwoo selalu memegang tangannya erat dan Jungkook juga terkadang memegang bahunya. Eunwoo juga memeluk pinggang Jungkook saat Jungkook mulai oleng dan terjatuh. Aku bisa melihat betapa bahagianya Jungkook di rink. Senyumannya tidak pernah pudar. Mereka tertawa bersama, menertawakan Jungkook yang tidak seimbang di atas sepatunya.

Setelah waktunya habis, aku melihat mereka keluar dari arena. Eunwoo melingkarkan tangannya dipinggang Jungkook. Heh, berani-beraninya orang itu pegang-pegang. Tetapi yang kulihat malah Jungkook menyandarkan kepalanya di bahu Eunwoo. Oh, Jungkook, bahuku juga kosong untuk kau sandari. Eunwoo membawa Jungkook ke kedai cepat saji. Sejujurnya aku juga merasa lapar dan haus. Lapar akan cinta dan haus kasih sayang, apalagi dari Jungkook tersayang.

Okay sepertinya aku harus mengakhiri acara mari mengikuti Jungkook kemanapun hari ini karena aku sudah merasakan api cemburu di sekitarku.




Sore itu aku berakhir di kamar Jimin. Aku sudah tidak kuat melihat kedekatan antara Eunwoo dan Jungkook. Meskipun aku tahu dari Somi kalau mereka belum menjadi sepasang kekasih, tetapi mereka sudah terlihat seperti kekasih yang sangat serasi.

Jimin sedang bermain dengan Holly. Anjing itu belum mau kembali kepada pemiliknya padahal Yoongi sudah kembali dari Australia. Itu adalah permintaan dari Park imo yang masih ingin merawat Holly agar ia tidak kesepian di rumah. Ibunya Jimin sangat menyayangi Holly, sama halnya dengan ia menyayangi Yoongi. Jimin sangat beruntung, orang tuanya dan orang tua Yoongi sudah menyetujui hubungan mereka. Aku hanya tinggal menunggu tanggal pernikahan untuk menjadi pendamping pengantin pria.

"Holly, lihat. Itu Paman Tae. Dia sedang bersedih." Sial. Holly malah menggonggong kepadaku. "Holly saja punya kekasih, masa Paman Tae tidak?" Dobel sial. Jimin bukannya menghiburku malah tambah mengejekku.

"Diamlah, Jim."

"Paman Tae Paman Tae, mau aku carikan pacar? Ada banyak loh di pet shelter!"

"Jim, aku ini manusia bukan anjing—"

"Tapi kau memang seperti anjing, tidak salah aku jodohkan dengan salah satu teman Holly. Mau yang mana? Bulldog? Siberian Husky?"

"PARK JIMIN!!"


***


Orang tuaku pulang di hari Minggu. Aku senang akhirnya mereka pulang juga setelah berbulan-bulan di Daegu. Papaku membangun peternakan kecil di Daegu, di lahan milik nenekku. Papa ingin menghabiskan waktu pension di tempat yang tenang dan Daegu dengan segenap ternak adalah pilihannya. Selain itu, nenek dan kakek disana ada yang menemani. Selama ini nenek dan kakek hanya tinggal berdua. Paman dan bibiku semuanya merantau, jadi sangat jarang pulang ke Daegu.

Mama membawa kue buatan nenek. Kue buatan nenek adalah satu yang terbaik sepanjang masa. Aku berebut dengan Namjoon untuk mengambil bagian yang besar. Papa dan mama—ditambah Seokjin—hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan kami. Kembalinya Mama juga menandakan kembalinya pasukan serial drama dan gossip dirumah. Selama ini Seokjin selalu kesepian untuk melakukan hal itu di rumah dan lebih memilih untuk pergi ke rumah Jungkook yang isinya perempuan semua.

"Nenek meminta kalian mengunjungi Daegu. Kata nenek, kalian sibuk sekali di Seoul sampai melupakan nenek."

"Oh, nenek. Aku merindukan nenek—" Ya, aku juga. Omong-omong ini Namjoon yang berbicara. Aku masih sibuk mengunyah kue buatan nenek.

"Nenek ingin melihat cucu baru. Ya meskipun masih di perut."

"Joonie, ayo ke Daegu. Aku mau belajar memasak kue seperti nenek." Selain belajar masak, Seokjin pasti mau bergosip dengan nenek. Dulu juga begitu, bahkan rahasiaku saat bayi sampai diceritakan nenek dengan detail pada Seokjin.

"Kau juga Tae! Nenek bilang kau harus ke Daegu sambil membawa pasangan. Mama senang akhirnya kau putus dengan Sora. Rasakan, kau kena batunya. Tidak menurut Mama sih."

"Dari mana Mama tahu?"

"Siapa lagi kalau bukan dari menantu Mama tercantik ini," Mama mengelus perut Seokjin. Macan bunting itu ternyata bocor juga sampai bilang ke Mama. "Aegy, kalau sudah besar harus menurut ya pada Mamamu, jangan seperti Paman Tae yang bandel."

"Ya, ya, ya terus saja aku yang salah. Baby di perut dengarkan nasihat nenekmu yang cerewet ini ya."

"Taehyung! Kata siapa Mama cerewet."

"Hah, sejak kapan Mama pendiam? Sedetik saja pasti bicara. Nanti aku akan ke Daegu sendiri, tenang saja."

"Tapi nenekmu bilang kau harus membawa calon istri."

"Ma, aku kan masih sendiri mana—"

"Ajak saja Jungkook. Biasanya juga kau bersamanya kan?"

Oh, Mama. Andai masalahku dengan Jungkook tidak serumit ini, aku pasti akan mengenalkan Jungkook di depan nenek dan kakek sebagai calon istriku. 


****

TBC ah

voment gaes :>:>

ada yang kangen? <:<:

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon