A Few Years Ago: Four Years

42 3 0
                                    

Will they open their eyes
And realize we are one?
On and on we stand alone
Until our day has come
When they open their eyes
And realize we are one?

***

"Put, lu tau kalau ada anak baru di kelas tiga?" Putri hanya menggeleng mendengar pertanyaan dari sahabatnya, Kinan.

"Nan, cewek apa cowok? kelas tiga apa?" sekarang giliran Jia bertanya kepada narasumber dari geng mereka.

"Duh, susah ya jadi pusat informasi." Bangga Kinan. Jia dan Putri hanya memutar bola matanya, malas.

Sebelum Kinan menjawab, Putri memotong, "kelas tiga emang bisa terima murid pindahan ya? udah tinggal satu semester lagi, lalu UN kan mereka?"

"Nah ...." bersama dengan tepukkan tangan keras Kinan, yang dapat membuat Jia terkejut.

"Eh, sialan. Kaget gue!" Hardik Jia pada Kinan. Dan terdakwa hanya memberikan senyum tiga jari.

Kinan melanjutkan, "Nah ..., itu dia. Gue denger dia itu anak orang kaya. Orang tuanya tajir ampe melintir." Mendengar ucapan Kinan, mata Jia berseri-seri. Jelas saja, di antara mereka, hanya Jia yang memandang semua pria dengan panadangan pertamanya adalah uang.

"Itu dia orangnya." Kata Kinan sembari menunjuk sekumpulan pria yang duduk di atas kap mobil sport.

"Yang mana, Nyet." Tanya Jia balik. "Itu, yang ganteng. Put, lu liat kan?" Tanya Kinan kepada Putri. Yang ternyata, Putri sama sekali tidak melihat ke arah yang Kinan tunjuk.

"Yeh ini bocah. Itu di sana, bukan di situ arahnnya." Kata Kinan.

"Nyet, itu yang jalan ke sini bukan ..., Nan?" Tanya Jia. Kinan menoleh setelah mendengar perkataan Jia, dan Kinan meng-iya-kan.

Belum sempat Kinan berbicara kembali, pria itu sudah sampai ke tempat mereka.

"Hai, Nis." Tidak ada jawaban, namun yang merasa terpanggil hanya menoleh.

"Cabut, Yuk!" Kata Putri kepada dua orang sahabatnya.

Jia dan Kinan baru saja ingin berdiri, namun terhenti ketika melihat pria yang telah menjadi bahan perbincangan itu memeluk Putri dari belakang.

"Miss you, Princess...." Bisiknya.

"Lepas!!" Seru Putri kepada pria itu. Jia dan Kinan langsung mendekat ketika melihat gerak berontak Putri.

"Lepas, Brengsek!! Dia temen gue." Kata Jia setengah teriak. Sebelum melanjutkan perkataannya lagi, Jia ditarik oleh Kinan dan putri, memaksa Jia untuk meninggalkan pria itu.

***

"Put, pulang dijemput apa sendiri?" Tanya Jia dan Kinan sudah berdiri di samping Jia lalu ikut menatap Putri.

Belum Putri membuka suara, bahunya terasa berat sebelah.

"Nisa balik bareng gue, kalian pulang aja sendiri. Yuk, Nis."

Jia yang melihat Putri meronta, merasa tak terima jika sahabatnya tersakiti.

"Heh, Bang. Jangan kasar dong, dia cewek," jelas Jia.

"Jo, lepas!!" ucap Putri setengah berteriak, dan terlihat cairan bening berkumpul di sudut kedua matanya.

"Jo, please...," kali ini Putri meminta secara lemah, suaranya parau seperti sudah tak berdaya.

Akhirnya, kakak kelas itu melepas cengkramannya pada lengan Putri.

"I need to talk. Just, you and me. Please, Princess...," ucap Jonathan.

Siswa pindahan kelas tiga tersebut bernama Jonathan.

Kinan menghampiri Putri dan Jonathan, "Put, pulang nggak?" Katanya.

Putri melihat ke arah belakang Kinan, Jia menunggu di sana. Lalu melihat ke arah Jonathan, lelaki itu menatap Putri dengan tatapan penuh harap.

"Jo, udah nggak ada yang perlu dibicarain lagi, sepertinya." Katanya kepada Jonathan. Lalu Putri mengampit lengan Kinan dan membawanya pergi.

Mereka menghampiri Jia yang sudah berdiri di depan pintu mobil Civic tahun lama miliknya.

"Kenapa?" tanya Jia, namun tidak dijawab oleh Putri ataupun Kinan. Keduanya hanya diam dan memasuki mobil Jia.

"Nyong, kenapa sih?" sekali lagi, Jia bertanya kepada Kinan.

"Gatau tuh ...," jawab Kinan. "Lu kenal anak baru itu, Put?" kini giliran Kinan bertanya kepada Putri yang hanya memandang ke arah keluar jendela tanpa menjawab.

"Romannya, doi kenal sama itu anak baru, Nan." Sahut Jia sembari menoleh ke Putri melalui kaca tengah.

Jia melihat Putri menghembuskan nafas.

"Ya, dia Jonathan Dwi Yugo. Salah satu teman main kecil gue, yang dulu pindah ke Banjarmasin. Dan gue nggak tau kenapa dia balik lagi ke Jakarta." Jelasnya kepada dua sahabat yang mendengar penjelasan Putri dengan seksama.

Baru saja Kinan ingin bersuara, namun tertahan oleh Putri, "kalau kalian tanya kenapa dia sampe meluk gue. Karena selain dia, abangnya pernah menyatakan suka ke gue di jaman baheula." Lanjut Putri.

"Nggak ada hubungan abangnya yang suka sama lu, dengan perilaku dia ke elu, Nyong." Kali ini, giliran Jia menyanggah penjelasan Putri.

Hfft ... Helaan nafas Putri terdengar sedikit kasar.

"Kalian nggak bisa berpegang dengan penjelasan inti gue aja? Dia adik orang yang suka sama gue, dan mereka-adik-abang-suka sama gue. Udah, itu aja," pinta Putri.

Kinan dan Jia hanya mengangguk.

"Your Home, My Princess," kata Jia kepada Putri. Putri segera membuka pintu mobil Civic, dan melangkah keluar.

"Thanks, guys. Take care yow ...," Ucap Putri sembari melambaikan tangan kepada dua sahabatnya.

Hhfft... Thanks Jo, kamu udah buat seluruh dunia tau. Dan memaksa aku untuk mengorek luka lama ... batin Putri, dan kemudian berbalik arah menuju ke dalam rumah mewahnya.

***
To be continued

Don't forget click star and favorite your story ...

A Few Years Ago: When You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang