#1 - Aku bertemu dengannya

17 0 0
                                    

'Harusnya ku 'tlah melewatkanmu...'

'Menghapuskanmu dari dalam benakku...'

'Namun ternyata sulit bagiku, merelakanmu, pergi dari hatiku...'

'Selalu ingin dekap tubuhmu, namun aku tak bisa...'

'Karena kau 'tlah bahagia...'

Belakangan ini, 'Merelakanmu' menjadi lagu dengan chart no 1 di playlist handphone-ku. Sepertinya lagu ini menceritakan seorang lelaki yang masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya, yang sekarang sudah bahagia bersama orang lain. Karena suara Adera yang sangat lembut dan lagu yang bergenre Ballad inilah yang membuatku ketagihan. Tapi pada kasusku, ada sedikit atau beberapa bait lirik yang harus diganti, sebenarnya.

'Walau berakhir cinta kita berdua...'

Aku bahkan menggantinya menjadi,

'Walau berakhir cinta sebelah tangan...'

- Flashback on -

Bandung, 2012

'Ayo cepat dek! Pakai nametag -nya!'

'Sini balonnya!'

'Kelompok berapa? Cari barisan kelompoknya!'

'Kenapa tali kamu warnanya beda sendiri?!'

Aku berjalan memasuki gerbang sekolah (SMA) sambil menggenggam erat balon gas ku yang berwarna pink. Karena kalau sampai balon itu terbang sebelum waktunya, gawat. Mana tadi aku liat tukang Balon yang didepan sekolah udah pergi lagi -udah sold out-.

Karena ini bukan hari pertama juga, jadi aku udah tau juga sih dimana kelompok aku baris. Ya, hari ini hari terakhir Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah. Bener ga sih namanya? Ya semacam ospek versi SMA gitu, yang lebih 'halus' katanya.

Udah pada tau kan balon itu untuk apa. Untuk disatuin dan diterbangin bareng spanduk panjang gitu yang tulisannya ucapan selamat datang untuk anak-anak baru dan lain sebagainya. Entahlah, tidak perlu dihafal.

Setelah semua persyaratan lengkap terbawa, kami sekelompok maju dan duduk di lapangan upacara, dengan alas duduk karton yang dilapisi plastik bening. Katanya biar tidak cepat rusak alasnya. Seperti sebelum-sebelumnya, kegiatan yang disuguhkan cukup menarik. Tapi ada yang lebih menarik lagi. Seseorang berperawakan tinggi di barisan depan kelompokku. Aku tidak mengenalnya, lebih tepatnya belum. Tapi sepertinya efek pancaran sinar matahari yang kuat, dia terlihat sangat bersinar. Paling terlihat karena dia kan perawakannya tinggi, jadi waktu duduk juga tetep aja dia yang paling tinggi.

Ini bukan hari pertama ospek -MPLS- tapi aku memang sedikit bermasalah dalam menghafal nama orang lain. Sepertinya aku sudah pernah berkenalan dengan 'si jangkung' itu. Aku menuduh pancaran sinar matahari sebagai tersangka pelaku pemindahan fokus otakku. Karena sampai akhir acara aku terlalu fokus memikirkan si jangkung dan kadang meliriknya.

Rumahku tidak terlalu jauh dari sekolah. Aku bisa sampai setelah berjalan kurang lebih setengah jam. Karena masih awal-awal, aku selalu datang paling pagi, bersamaan dengan temanku yang rumahnya sangat jauh dari sekolah. Biasanya mereka menggunakan bis kota -DAMRI jadul- untuk berangkat ke sekolah.

Ohiya, karena kelas sudah dimulai sejak beberapa hari yang lalu, ternyata aku mulai bisa menghafal beberapa nama temanku, aku tau nama si Jangkung itu, dan sepertinya dia nama teman sekelas bahkan seangkatan yang paling aku hafal.

'Adhitama Jenaro'

Jadi mulai sekarang, kita jangan panggil dia siJangkung lagi. Tama, bagaimana jika kita panggil itu saja?

.

💗

Ps. Jangkung itu bahasa Sunda, artnya tinggi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 28, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ECCEDENTESIAST - How do I Explain This Feeling? Where stories live. Discover now