Chapter 4 - Is This Love?

75 4 1
                                    

Adriana menghela nafas berat saat dia menyelesaikan kalimatnya yang terakhir, kedua mata Adriana berkaca-kaca. Gadis itu baru saja menceritakan alasan mengapa dia kabur. Adriana tidak menyangka akan selega ini ketika dia menceritakan semuanya pada Han. Selama ini Adriana memendamnya seorang diri tanpa ada yang tahu bahwa dia juga sangat tersiksa karena kehilangan sosok Ibu yang sangat dia cintai.

"M-maaf, aku jadi lebay gini."

Adriana tertawa kecil namun terlihat sekali kalau gadis itu berusaha terlihat kuat. Adriana mengalihkan padangannya dan bersiap beranjak dari hadapan Han karena dia tidak ingin Han melihatnya yang saat ini sedang rapuh karena mengingat masalalunya, hampir menangis.

Han berhasil menahan tangan Adriana membuat gerakan tubuh gadis itu terhenti, Adriana menoleh pada Han dan mendapati pria itu sedang menatapnya intens. Detik berikutnya mata Adriana membulat dan jantungnya membentur-bentur dada tidak karuan hingga lidah Adriana terasa kelu.

Han memeluknya, Adriana hanya bisa diam tanpa melakukan gerakan apapun. Adriana terlalu kaget dan sebagian pikirannya melayang entah kemana.

"Kalo mau nangis, nangis aja. Gak usah lo tahan apalagi lo pendem, itu manusiawi kok."

Kesadaran Adriana kembali saat suara Han menyadarkannya, Han berbicara pelan dengan posisinya yang masih memeluk Adriana. Tangan kanan pria itu menepuk-nepuk pelan punggung Adriana seolah menenangkan gadis itu.

Entah mengapa mendapat perlakuan manis dan lembut seperti itu membuat Adriana semakin sensitif dan matanya terasa semakin panas hingga air matanya tumpah tanpa bisa dibendung lagi.

Gadis itu terisak dengan tangan yang membalas pelukan Han semakin erat (tanpa dia sadari). Adriana memejamkan matanya erat, kedua tangannya berada di sisi kiri kanan tubuh Han dan meremas baju yang pria itu gunakan saat emosi Adriana semakin meledak.

Kedua tangan Han memeluknya erat, kedua tangan pria itu merengkuh tubuh Adriana membuat tubuh mungil Adriana semakin terkungkung oleh tubuh Han yang lebih besar dan lebih tinggi darinya.

Han mengusap lembut rambut Adriana dan menggumamkan kata-kata berusaha membuat Adriana lebih tenang. Ketika tubuh Adriana semakin membalas erat pelukannya, seulas senyuman miring tercetak jelas pada wajah Han, seolah pria itu baru saja berhasil menangkap buruannya.

* * *


Dering ponsel mengalihkan pikiran Han yang sedang berkelana memikirkan sesuatu. Dilihatnya pada layar ponsel tetera nama Doni, bawahannya sekaligus orang kepercayaannya.

"Ya?" Han menempelkan ponsel pada telinganya dan nenjawab suara di sebrang sana.

"Kayaknya dia mulai gencar buat nyari itu perempuan Bos, yang gue denger dia ngerahin semua anak buahnya buat ngelacak nomor plat mobil yang waktu itu Bos bawa."

"Gue gak terima alesan apapun, gue mau semua jejak gue bersih." Han menjawab tegas sambil mengernyitkan keningnya pertanda dia tidak suka.

"Semua beres, gue udah urus penggantian plat mobil yang tadi lu pake. Besok pagi mobil itu udah bisa lu pake lagi. Sementara itu aja informasi dari gue."

"Bagus! Kalo ada apa-apa segera kabarin gue."

Han mematikan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Doni. Pria itu menghela nafas pelan, bibirnya kembali menyunggingkan senyum miring yang sarat akan kekejaman.

Han menoleh ke belakang dan menatap tubuh Adriana yang sedang terlelap di atas tempat tidur. Setelah menangis tersedu Han menyuruh Adriana untuk beristirahat di kamar yang sebelumnya Adriana tempati, Han menyuruhnya tidur dan Adriana menurutinya tanpa membantah karena gadis itu kelelahan menangis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wild RevengeWhere stories live. Discover now