[18] Apa yang harus kulakukan?

Start from the beginning
                                    

Lantas, kenapa kau pergi?

~~~

"Oh, jadi sekarang kau akan tinggal? Setelah semuanya terjadi, dan sekarang kau bersembunyi di sini? Pengecut."

Lelaki yang tengah meringkuk di sudut kamar itu menahan napasnya, sulit sekali rasanya bernapas, seperti ada beban yang tengah menimpa dadanya. Air matanya menggenang, menatap pada sosok pria yang terdengar tengah membuka tutup botol.

Soju.

Ah, ayahnya tidak berubah rupanya.

"Kim Taehyung," panggilan itu menggema, membuat lelaki itu terkesiap. Rasanya, sudah lama sekali ayahnya tidak memanggil namanya. Taehyung merindukan itu, walaupun kenangan buruk sampai saat ini masih menghantuinya. "Kemarilah. Kau sudah menjadi seorang pria. Duduk dan minumlah. Lupakan sejenak masalahmu."

Taehyung meneguk ludah. Selama bersama BTS, ia selalu menghindari soju, bir, dan semua hal yang memabukkan. Ia benci, sebab mengingatkan itu pada ayahnya. Namun, untuk kali ini, ia merasa tertarik, merasa dengan mudahnya menerima ajakan ayahnya. Kemudian, ia berdiri, berjalan dengan langkah terseret keluar kamar, duduk di hadapan ayahnya, mulai menuangnya ke dalam gelas dan meminumnya.

Begitu air itu masuk ke kerongkongannya, ia merasa seperti melayang, ia merasa ringan. Sensasinya tak dapat dijelaskan, tapi membuat kedua bibirnya tersenyum.

Jadi begini rasanya minum soju. Pantas saja ayahnya sangat menyukai minuman memabukkan ini. Seperti teman-temannya juga.

Jadi, Taehyung menuangnya lagi, lagi, dan lagi. Tak mengatakan sepatah kata pun, tak berani pula menatap ayahnya. Ia hanya terus minum seperti tak ada hari esok. Bahkan, ia tak menyadari bahwa Kim Seunghyun—ayahnya—baru meminum 3 tegak, kemudian berhenti untuk melihat wajah putranya.

Rasanya, sudah lama sekali ia tak melihat putranya, yang kini tumbuh menjadi lelaki tampan yang digilai banyak wanita. Putranya sudah sukses, tidak sepertinya. Putranya hidup dengan baik, tanpanya. Ia melihat guratan lelah pada wajah putranya, ada beban tak terlihat yang memberati punggung itu.

Punggung yang mungkin menggambarkan banyak bekas kelakuan kejinya. Punggung yang dulu selalu menjadi sasaran cambuknya, sasaran tendangannya. Punggung yang tetap mencoba tegak walau sebenarnya telah banyak luka di sana.

Apa yang telah ia lakukan pada anaknya sendiri? Apakah ini yang dinamakan penyesalan? Seperti saat putrinya pergi, seperti saat istrinya dipenjara, dan seperti saat anak lelakinya kabur darinya. Beginikah sakitnya penyesalan? Namun, kenapa ia merasa sangat pantas menerimanya?

Duk!

Botol itu kosong, dihentakkan agak keras ke meja. Taehyung kemudian bersandar pada sofa, memejamkan mata, dan ayahnya hanya terus diam memandangnya. Beberapa sekon berikutnya, Taehyung menangis, isakannya kentara ditahan.

Taehyung ingat, ayahnya sangat benci ia menangis. Bahkan, dulu ayahnya akan memukulnya jika ia menangis. Itulah kenapa ia mencoba menahannya, dan itu terlihat menyakitkan.

"Menangislah, tak apa." Ucap Seunghyun, seolah mengizinkan ia menangis. "Menangislah jika kau lelah."

Dan Taehyung benar-benar mengeluarkan tangisnya. Seunghyun meneguk ludah, ingin sekali melontarkan pertanyaan seperti 'ada apa?' atau 'berceritalah pada ayah', tapi sangat tertahan di tenggorokannya. Ia tidak terbiasa, sekalipun yang di hadapannya adalah anaknya sendiri. Namun, melihat isakan anaknya terdengar lebih keras, ia berusaha mengeluarkan suaranya.

"A-ada... ehm, kena—"

"Ayah," Taehyung terisak. "A-ayah... ayah..."

Tiba-tiba pandangannya mengabur, air mata menggenangi pelupuknya. Ayah mana yang tega melihat putranya menangis sebegitu kerasnya? Dulu, ia seperti bukan dirinya, seorang ayah yang baik untuk anak-anaknya, seorang suami yang mencintai istrinya, dan seorang kepala keluarga yang melindungi keluarganya. Ia sempat kehilangan dirinya semenjak menjadi pengangguran, dan telah banyak mendapat tolakan dari lamaran kerjanya.

Seunghyun benar-benar gagal menjadi sosok yang dibanggakan anak-anaknya.

"Katakan p-pada ayah," lirihnya, entah Taehyung mendengarnya atau tidak.

"Ayah... noona... noona pergi jauh..."

DEG

Seunghyun menahan napasnya begitu mendengar putri sulungnya disebut. Jujur, ia sangat merindukan Hyosoo. Namun, tunggu, pergi jauh? Apa maksud Taehyung?

"Dimana Hyosoo, apa... apa kau tau? Dimana noonamu—"

"Noona tidak akan pernah kembali... noona pergi, ayah... noona sudah... meninggalkan kita. Noona tidak selamat dari kecelakaan itu..."

Detik itu pula, dunianya seakan berhenti berputar. Bahkan, tangis Taehyung yang semakin menjadi itu tak terdengar lagi ditelinganya.

.

.

.

.

.

tbc

FATAMORGANAWhere stories live. Discover now