[16] Kehidupan lain seorang idol (bagian 1)

2.5K 361 12
                                    


Seseorang itu menyeret kopernya, membuntuti yang lebih dewasa dengan wajah ditundukkan. Ia tidak siap, dan tidak tau kapan harus siap. Menguatkan hati, ia melangkah satu-satu dengan lambat, mencoba mengulur waktu.

"Aku pulang,"

Suara kursi berderit, lalu suara langkah mendekat. "Yoonsik, garam di dapur habis, bisa ibu minta-"

Mata itu, terlihat cantik dan teduh. Wajah itu, masih sama cantiknya dengan terakhir kali ia tatap, namun ada beberapa kerutan umur yang mulai nampak. Suara itu, lembut dan menenangkan. Seseorang yang masih menggenggam erat gagang kopernya itu bertatapan tanpa kata. Dua-duanya terlalu rindu hingga tak dapat lagi bicara.

"Yoo... Yoon... Yoongi,"

Satu langkah diambil, tangannya menjulur dengan getar. Perlahan, kemudian menangkup wajah tampan putra bungsunya. Hyunmi begitu merindukan sosok dihadapannya. Sosok yang pergi tanpa izinnya, demi masa depan. Sosok yang dingin, namun begitu hangat di dalamnya.

"Min Yoongi... putraku,"

"Yoongi, putraku,"

Suaranya semakin bergetar, kemudian memeluk erat sekali dan terisak saat itu juga. Memanggil berulang kali nama putra yang diberikan oleh suaminya.

"Aku pulang, bu. Yoongi pulang." Lelaki itu akhirnya bicara, menggigit bibir dalamnya dan akhirnya ikut melepas tangis. Haru biru menemani keluarga sederhana itu.

"Kenapa ibu melihatku seperti itu? Ibu selalu melihatku saat aku makan banyak. Apa aku salah?" Yoongi berujar agak protes. Tak dipungkiri, sifat kakunya memang akan selalu melekat baik sekalipun ia sedang merindu.

"Hahh... anakku, sepertinya kau semakin tampan."

"Aku memang tampan."

"Tapi, anakku menjadi kurus dan pucat. Apa kau baik-baik saja di sana?"

Yoongi mengangguk mantap, walaupun tidak sepenuhnya baik-baik saja. "Aku jadi idola banyak perempuan, bu. Aku jauh lebih baik."

"Hei, kapan-kapan, kenalkan hyeongmu ini pada penggemarmu." Yoonsik tahu-tahu menyahut, datang ke dapur untuk mengambil minum kemudian duduk di seberang Yoongi.

Merasa terusik, sebab 2 pasang mata itu kini sedang menatapnya. "Ayolah, aku tidak suka ditatap saat makan."

"Kami merindukanmu. Hyeong merindukanmu. Wajar jika aku melihatmu seperti ibu melihatmu."

Yoongi acuh, melahap makanannya. Diam-diam bahagia sekali karena selama bertahun-tahun tak mencicip masakan sang ibu.

"Oh, kudengar, Seokjin... kabar ayahnya, bagaimana?" Yoonsik bertanya, sedangkan sang ibu tak tahu-menahu soal itu.

"Seokjin hyeong sempat vakum, tapi sekarang kembali beraktivitas dengan kami. Ayahnya dipenjara."

"Kenapa kau tau soal itu, Yoonsik?"

"Dari Yoongi, tentu saja."

Hyunmi menatap bergantian kedua anaknya. "Jadi, selama ini, kalian masih berhubungan? Tanpa mengajak ibu?"

Yoongi tersenyum, Yoonsik juga.

"Hmm, sudah berani ya main rahasia dengan ibu, dasar anak-anak,"

"A-aah! Ampun, bu! Lepas, aww telingaku-kenapa ibu menarik telingaku? Kenapa Yoongi hanya dicubit pipinya-aw!" Yoonsik merintih, namun seolah tuli, Hyunmi tetap menarik telinganya gemas, sedangkan Yoongi hanya bisa protes karena makannya terganggu, dan kini pipinya bisa saja melar. Cubitan ibunya tidak main-main.

FATAMORGANAWhere stories live. Discover now