Pertemuan Kedua

711 88 17
                                    

Pertemuan Pertama

"B-a, ba. B-i, bi. Ba...?"

"Bi!" Gadis kecil yang ada di pangkuan Mira berseru seraya bertepuk tangan. "Nte Ba-bi. Nte baaabiiii!"

"Yeee!!!" Mira ikut berseru dan bertepuk tangan heboh. "Timal pintaaarrr! Sayang banget sama ponakan Tante ini. Sini-sini peluk duluuuu." Timal mendekap Timal, keponakannya, dengan sayang. Kedua tangan mungil milik Timal terasa bergerak-gerak di punggung Mira. Senyum Mira melebar.

"Nte ba-biiii..."

Mira cekikikan mendengar ucapan Timal yang ada di dalam pelukannya. Mira kemudian melepaskan pelukannya pada Timal dan menatap gadis kecil berusia 2 tahun itu dengan kedua mata bulatnya. "Nah, Timal Sayang, sekarang waktunya mamam. Timal pasti udah lapar, kan?" tanya Mira dengan mimik wajah yang dibuat-buat.

Timal yang ditanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mamam. Mamam..."

Senyum Mira kembali merekah. Ia bangkit dari sofa dengan Timal yang ada di gendongannya. Mira meninggalkan ruang keluarga dan kemudian berjalan menuju dapur. Selagi menyiapkan makanan dengan sebelah tangannya yang bebas, Mira kembali mengajak Timal berbicara, "Timal mau mamam apa?"

"Ba-biii!"

"Eh, bukan!" Mira meringis. "Tadi Mamanya Timal masak sup ayam. Jadi Timal mamamnya apaaa?"

"Ba-biii!"

Lagi-lagi Mira meringis. "Ayam, Sayang," ucap Mira meralat ucapan Timal. Sepertinya Mira sudah salah mengajarkan kata kepada Timal. Mira kembali meringis kala memikirkan kesalahannya.

Setelah menyendoki nasi dan sup ayam ke piring makan Timal, Mira kembali masuk ke dalam ruang keluarga. Samar-samar ia bisa mendengar suara beberapa orang di ruang tamu. Iya, sih, tadi katanya ada beberapa teman lama Danar—kakak laki-laki Mira—yang sekarang sudah lama tak bertemu, entah dalam rangka apa.

"Oom ba-biii."

"Eh?" Mira menoleh kepada Timal yang kembali berbicara "ba-bi". "Oom siapa?" tanyanya pada Timal.

Timal menunjuk-nunjuk sesuatu di belakang punggungnya.

Mira yang penasaran siapa orang yang telah dipanggil dengan begitu tidak sopannya oleh Timal, menolehkan kepalanya. Di sana, di depan pintu kamar mandi di dekat dapur, seorang laki-laki tengah berdiri dan menatap ke arah mereka dengan kedua mata menyipit.

"Oom ba-biii!" Sekali lagi Timal berseru.

Mira tidak tahu bagian mananya dari lelaki itu yang mirip hewan yang tubuhnya berwarna merah muda dan lubang hidungnya kelewat naik. Demi Kang Min Hyuk yang very-very cute, Mira tidak pernah melihat sosok laki-laki setampan dan segagah lelaki yang masih menatapnya dengan mata menyipit itu.

Dan demi Song Joong Ki yang very-very innocent, Mira dapat merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dan menyakitkan dadanya saat matanya kembali menelaah wajah tampan milik lelaki itu. Oh, my...

Mira dapat merasakan lututnya melemas saat melihat lelaki itu melangkah mendekatinya. Ya ampun, bagaimana ini...

"Anaknya Danar, ya?" tanya lelaki itu kepada Mira. Matanya tidak lagi menyipit kala  menatap Mira.

Suaranya pun juga terdengar seksi, batin Mira. "Iya," jawab Mira seraya tersenyum manis.

Lelaki itu mengangguk-angukkan kepalanya. Ia tersenyum kepada Timal dan mencubit pipi kiri anak itu. Setelah itu, tanpa mengatakan apa-apa lagi, lelaki itu berlalu meninggalkan mereka dan melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu.

Mira membatu di tempatnya. Wangi laki-laki itu saat melewatinya masih tertinggal di udara sekitarnya. Astaga, wanginya pun sangat menggoda.

Mira tidak kuat. Jantungnya semakin bertalu-talu mengentak dadanya. Mira rasa ia sudah pengidap penyakit jantung hanya dengan menatap lelaki yang kadar ketampanannya melebihi Kim Soo Hyun.

a/n (2015)

Garing abis ya wkwk.

a/n (2018)

Ehm, gais, tolong dimaafkan ya, aku yang masih galau mau buat Bang Tiadi ini jadi dokter spesialis atau dokter umum :"D


Growing PainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang