Prolog

41 7 0
                                    

Jarum jam masih menunjukkan pukul 6.00 saat Sanya sudah rapih dengan seragam putih abu-abu kebanggaannya berdiri di depan cermin yang memantulkan dirinya dari atas sampai bawah. Tangan nya sibuk memoleskan pewarna pada bibirnya dan membubuhkan bedak pada pipinya, tak lupa menyemprotkan parfume pada pangkal lehernya. Terakhir, sebelum Sanya keluar dari kamarnya ia kembali memastikan bahwa rambutnya sudah rapih tergerai seraya menjentikkan jarinya dan berbicara pada pantulan dirinya di cermin, "Cantik juga ya, gue," kemudian berlari menuruni tangga dengan cepat.

"Bang, ayo anterin gue. Udah jam 6 lewat 5 menit nih!" Sanya berteriak tepat di depan pintu kamar kakak laki-lakinya, Arsen.

"Biasanya juga lo jalan jam 7 kurang 5 menit, San."

"Gue hari ini piket, nanti kalo nanti ketua kelas gue ngabsen terus gue nya nggak ada, bisa kena denda gue."

"Oke. Tunggu."

Sanya membenturkan secara  kepalanya dengan perlahan ke pintu kamar Arsen.

Setelah 5 menit menunggu di depan pintu, Sanya memutuskan untuk melihat ke dalam kamar Arsen. Pada detik pertama setelah pintu terkuak, Sanya langsung berjalan dengan cepat menghampiri Arsen ke arah balkon seraya menyingsingkan lengan seragamnya.

"Aduh, anjir!" Arsen mengaduh kesakitan sesaat setelah Sanya menendang kakinya dari belakang lalu dengan cepat mematik rokoknya.

"BANG KENAPA LO MALAH SEBAT SI?! GUE KAN UDAH BILANG HARI INI GUE PIKET!!!" Sanya berteriak dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

"Mulut gue asem kalo pagi-pagi nggak sebat. Yauda gue mandi dulu," Arsen mengecup puncak kepala Sanya sambil berlalu. "Udah nggak usah mandi, orang cuma nganterin doang." Sanya berkata malas.

Tangan Arsen batal meraih knop pintu kamar mandi dan langsung mencari kunci mobil di saku boomber nya yang terletak begitu saja di ranjangnya. "Kunci mobil dimana ya, San? Ko di kantong boomber gue nggak ada."

"Yah, demi apa?! terus ini gue gimana dong?" Sanya meniup sejumput rambut yang jatuh di keningnya seraya menjatuhkan tubuhnya di ranjang milik Arsen.

"Yauda si, lo tinggal bayar aja denda nya ribet banget."

"Lo yang bayarin ya!"

Arsen masih tetap mencari kunci mobilnya di bawah ranjangnya. "Berapa si? nggak seharga paha ayam kampus kan?" Arsen terkekeh.

"Apansi lo! ya gue juga nggak tau denda nya berapa, soalnya ini perdana banget jadwal piket di aktifin lagi. Tapi gue takut aja kalo dendanya—"

"Nah, ini dia kuncinya ada di kantong celana. Ayo, San!" Arsen menarik lengan Sanya dan merangkulnya sambil berjalan ke depan rumah.

"Bang, ini gue udah telat jam piket gimana, dong?" Sanya memainkan jarinya dengan wajah yang bingung.

"Ya nggak gimana-gimana. Mau balik lagi aja?"

"Nggak bisa, hari ini gue ada presentasi," Sanya menggigit bibir bawahnya. "Anterin gue ke dalem dong, terus bilang ke ketua kelas gue kalo tadi pagi gue diare."

Arsen membuka kaca jendela mobilnya bersamaan dengan asap rokok yang menyembul keluar. "Untung nya buat gue apa?"

"Yaela sama adek sendiri aja perhitungan lo, tai."

Arsen terkekeh kemudian membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke gedung sekolah di ikuti Sanya yang berusaha berada di samping Arsen.

"Mana kelas lo?"

"Itu yang ujung... Eh itu ketua kelas gue bang yang lagi nyender di pintu."

"Yauda panggil buruan," Arsen menempelkan rokoknya pada sandal yang dipakai untuk mematikannya.

"Arka," Sanya menepuk punggung ketua kelasnya.

"Iya— lah, Arsen. Ngapain lo?"

Sanya kebingungan setelah Arka menyebut nama kakaknya yang terdengar sangat akrab.

"Nganterin adek gue," Arsen menyenggol lengan Sanya yang berada di sampingnya.

"Kok lo saling kenal, si?"

"Kenal, lah. Semalem aja kita abis minum bareng. Iya kan, Sen?" Arka menaikkan kedua alisnya.

Arsen menjawab nya dengan tawa ringan. "Kalo gitu gue nggak usah denda ya, Ka?" Sanya menyenggol lengan Arka.

"Oke deh. Tapi minggu depan kalo lo telat lo tetep harus denda, San."

"Siap, Pak!" Sanya mengangkat tangan nya memberikan hormat pada Arka kemudian beralih pada Arsen, "Gue masuk ya, bang. Thank you."

Sanya berjalan masuk ke kelas menunggalkan Arsen dan Arka setelah Arsen menepuk dengan lembut puncak kepalanya.

"Yauda gue cabut ya, Ka. Jagain Sanya, oke?"

"Santai."

※※※

Semoga, semoga, semoga. AAMIIN HEHEH :)))

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 10, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SomniumWhere stories live. Discover now