Dongeng Masa Kecil

Start from the beginning
                                    

Pangeran Dani yang mengetahui bahwa Putri Minara kabur langsung memerintahkan semua prajurit untuk mencari keberadaan sang adik. Dan bagi siapapun yang menemukan Putri Minara akan mendapatkan hadiah yang sangat besar. Ia sangat khawatir jika adiknya itu akan memberontak dan semua tragedi dalam ramalan akan menjadi kenyataan.

Sementara, di dalam hutan, Putri Minara harus berjuang antara hidup dan mati karena badai dahsyat yang tiba-tiba menyerang dan menyebabkan kuda kesayangannya mati. Ia mengikuti kata hatinya dan berjalan menelusuri hutan. Berbekal dengan mantel yang tipis dan tanpa barang apapun, Putri Minara terus berjalan. Tidak perduli dengan kakinya yang membeku dan persediaan makanan yang hancur akibat badai, ia terus berjalan untuk mencari tempat yang aman. Yang ada dipikirannya hanya satu, ia harus kabur sejauh mungkin dan kembali suatu hari nanti untuk menyelamatkan rakyat dan kedua orangtuanya.

Ia harus bersembunyi, menyamar dan harus menikah dengan seseorang agar melahirkan sosok ramalan yang akan mengembalikan Kerajaan Aksara pada zaman keemasan lagi.








------








"Bunda, kenapa Putri Minara harus kabur? Harusnya dia kan melawan. Apa Putri Minara tidak berani melawan pangeran yang jahat itu? Lalu bagaimana keadaan Putri Minara setelah kabur? Apa dia menemukan pangeran baik hati?" Tanya seorang anak kecil berkacamata kepada seorang wanita dewasa yang sedang duduk sembari bercerita. Dan secara tidak langsung, pertanyaan yang ia ajukan itu memotong cerita yang sedang dibacakan.

Wanita itu tersenyum, ia mengusap kepala anak kecil tersebut dengan lembut, "Putri Minara harus pergi karena ia tau, ia tidak akan mampu untuk melawan Jay,"

"Lalu bunda, apa Raja Daniel baik-baik saja? Dia kan sedang sakit, kenapa harus di penjara?" Tanya kembali anak kecil yang bernama Jay itu. Ia menatap wajah sang bunda dengan tatapan berbinar karena penasaran.

"Mungkin, bunda tidak tahu." Jawab wanita yang disebut bunda itu, yang membuat Jay merengut kecewa karena rasa penasarannya tidak terjawab.

"Bundaaa, kok celitanya ndak dilanjut cih? Abang Jay cih. Akha kan macih kepo!!" seru seorang anak yang sedang menidurkan dirinya di samping Jay. Sakha berdecak kesal lalu berpindah tempat untuk lebih dekat dengan sang bunda.

"Sabar Sakha, tidak boleh seperti itu." Tegur Bunda tak suka.

Anak yang bernama Sakha itu merengut sebal, "iya-iya bunda, Akha sabal. Olang sabal dicayang Tuhan kan, bunda?"

"Iya, makanya Sakha harus sabar yah." Jawab Bunda dengan lembut dan penuh perhatian sembari mengusap rambut Sakha.

Sakha mengangguk kecil, jari-jari mungilnya ia usapkan ke perut Bunda yang buncit karena sedang mengandung calon adiknya yang keempat. Sebuah senyuman muncul di wajahnya saat ia merasakan adanya pergerakan dari dalam perut sang bunda, ia semakin mengusap perut ibunya itu untuk membalas sapaan calon adiknya.

"Bundaaa, key mau idulll." lagi, seorang anak berbicara sembari menggosok kedua matanya yang berair. Ia menjauh dari tempat mereka berkumpul dan menaiki ranjang. Tanpa menunggu lama, dengkuran halus terdengar menandakan anak bernama Keyandra itu sudah terlelap.

"Ya sudah, ceritanya kita sudahi. Dilanjutkan besok yah... Sakha, Jay ayo naik ke atas kasur. Sudah malam, waktunya kalian tidur."

Sakha dan Jay mengangguk dan dengan segera menaiki ranjang mereka, selimut segera dinaikkan sebatas dada lalu perlahan mulai memejamkan mata. Mulut kedua anak itu terlihat bergerak, berkomat-kamit untuk membaca do'a sebelum tidur lalu serempak berseru 'Aamiin'.

Bunda tersenyum, ia menghampiri anak-anaknya itu lalu mengecup satu persatu dahi mereka. "Tidur yang nyenyak anak-anak Bunda, mimpi indah."

"Bunda mau kemana?" Ketika akan mematikan lampu kamar, Jay tiba-tiba bangun, membuat gerakan tangan dari Bunda terhenti.

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now