“Ya Tuhan, kau terluka!” aku segera keluar dari balik tempat sampah dan menghampiri pria yang sudah menolongku ini.

“Jacquelyn?”

Aku mengernyitkan dahiku mencoba mengingat siapa pria di hadapanku ini, “Kau?!”

***

“Hei, pelan sedikit! Ini sangat perih.”

“Maaf.” Aku kembali membersihkan luka yang cukup parah di pelipis kirinya.

“Kau tidak apa, anak muda? Sekali lagi, terima kasih karena sudah menolong putriku.” Ujar ibuku. Sekarang aku sudah kembali kerumah dan mengobati pria dihadapanku ini. Dasar menyusahkan! Oops, tapi dia begini akibat dari menolongku tadi.

“Aku baik, nyonya.” Ujarnya tersenyum pada ibuku. Ugh, berpura-pura kuat, aku benci itu.

“Jaq, obati lukanya dan beri ia minum. Dan kau, beristirahatlah sebentar disini hingga keadaanmu membaik, aku harus kembali memasak.” Perintah ibuku lalu masuk kedalam dapur.

“Terima kasih.” Katanya.

Aku memutar mataku, “Tidak usah berpura-pura kuat. Aktingmu lihai sekali!” kataku sambil menekan kapas yang kupakai untuk membersihkan lukanya.

Ia mengaduh kesakitan, “Aku bilang pelan sedikit! Ini sangat menyakitkan, kau tahu?!”

“Ugh, bagaimana bisa kau tahu namaku?!” tanyaku tidak menghiraukan ucapannya.

“Hey, kau tidak tahu siapa aku.” Jawabnya dengan seringaian yang menjijikan.

“Tentu aku tahu, kau adalah anak buah dari seorang Louis Menyebalkan Tomlinson yang tidak kalah menyebalkannya!”

“Jaga ucapanmu! Kami tidak pernah menganggap salah satu diantara kami ‘anak buah’ karena kami semua adalah penguasa.”

“Menjijikan!” kataku lagi, “Sudah selesai. Kau bisa pulang sekarang.” Aku mencoba mengusirnya.

“Aku tidak mau, ibumu bilang aku harus beristirahat sebentar disini. Tolong ambilkan minum, aku haus!”

Aku membelalakan kedua mataku, “Hey! Kau pikir kau ini siapa?!”

“Aku Zayn Malik. Kau pasti sudah tahu, bukan? Sekarang cepat ambilkan aku minum atau aku akan bilang pada ibumu bahwa kau mengusirku.”

Aku menekan keras rahangku menahan amarah. Sialan, ibuku pasti marah jika tahu kalau aku mengusir pria jelek ini.

Argh, kenapa harus dia yang menolongku?! Kenapa harus seorang Zayn Jelek Malik yang harus menolongku tadi?!

***

“Terkadang aku menyesal atas perilaku diriku di sekolah.”

“Lantas mengapa kau terus bersikap angkuh?” tanyaku.

Ia menggidikkan bahunya, “Mungkin sudah menjadi kebiasaanku.”

Aku tertawa kecil, “Kita ini sudah dewasa, Zayn.. Kita bisa memperbaiki diri kita.”

Hening. Zayn tidak menjawab, kulirik sedikit ternyata ia tengah menatap awan gelap diatas sana. Sedang merenung, mungkin?

“Aku harus segera pulang.” Ucapnya kemudian. Aku mengangguk.

“Oke, sekali lagi terima kasih. Um, maaf karena menolongku tadi, kau jadi babak belur.” Kataku lalu Zayn tersenyum.

“Tidak masalah.” Ia mengambil jaket kulitnya lalu pergi begitu saja dari balkon rumahku.

Aku menggidikkan bahu dan menipiskan bibirku lalu masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya mengunci pintu.

“Bagaimana keadaannya?” tanya ibu saat aku tengah menikmati kartun favoritku di televisi. Oh, maksud ibu sudah pasti keadaan Zayn.

BRAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang