Tiga puluh Tiga (End)

Začít od začátku
                                    

Kamu dan keluarga kamu.

Kamu dan keluarga kamu.

Kamu dan keluarga kamu.

Bryna pikir, setelah semuanya, sudah tidak ada lagi perkataan ibunya yang akan menyakitinya. Tapi ternyata, ucapan ibunya ini menusuk Bryna juga, lebih dalam malah.
Kalimat itu bahkan masih menggema di kepala Bryna, mengaburkan ucapan lain yang dikatakan ibunya setelahnya.

Jadi, sekarang, Ibu dan Brenda bukan keluarganya? Bryna sudah bukan lagi keluarga mereka? Begitukah?

Diluar keinginan kuatnya untuk menangis, Bryna justru tersenyum.

"Biar Bryna yang pergi." Ucapnya tegas, meskipun kata-katanya masih bergetar sedikit.

Bryna sudah tidak ingin berlarut dalam kekecewaan dan kesedihan lagi. Tapi pada saat yang sama, ia sendiri tidak yakin bahwa hatinya akan tetap kuat jika ia lebih lama tinggal. Jadi, Bryna memutuskan untuk tidak menunda kepergiannya dari rumah.

"Ayo." Ajak Tama, menautkan jemarinya dengan milik Bryna. Yang dibalas Bryna dengan anggukan samar.

Ibu menatapnya dengan seksama, seakan ingin memastikan bahwa matanya tidak salah menangkap . Lalu perlahan, ibunya menghela nafas panjang.

"Mungkin ibu memang tidak pantas menasehatimu untuk masalah ini. Tapi, Bry, jangan sampai kehilangan logika kamu ketika jatuh cinta." Ucap ibunya pelan sambil melirik Tama dengan tatapan tersirat.

Bryna meringis tanpa sadar.
Ia paham betul keengganan Ibu saat melihat kedekatannya dengan Tama. Tapi Bryna sudah terlalu lelah berjuang untuk memperoleh persetujuan dari Ibunya. Kali ini, dia tidak memerlukan itu. Terserah bagaimana penilaian ibunya, Bryna punya pandangannya sendiri.

Tidak ingin meninggalkan pertentangan lain dibelakang mereka, Bryna mendekati ibunya dan memeluknya sekali lagi dengan erat.

"Ibu tetap ibu terhebat yang pernah Bryna kenal." Ucapnya sungguh-sungguh. "Terimakasih untuk semuanya, dan ya, Bryna memang sedang jatuh cinta, bu. Tapi Bryna tidak bodoh, Bryna tahu apa yang Bryna inginkan." Ucapnya pelan, melepas pelukan mereka dan tersenyum meyakinkan pada ibunya.

•°•

"Apa itu tadi?" Tanya Tama begitu mereka sampai di dalam mobil dan ia mulai menyalakan mesinnya.

"Apa?"

"Kamu jatuh cinta?"

Bryna tidak menyahut. Ia lebih memilih untuk sibuk memasang seatbelt nya dan berusaha mengabaikan Tama.

"Padaku, kan?" Tuntutnya lagi, terdengar yakin dan percaya diri seperti biasanya.

Lagi-lagi, Bryna memilih untuk tidak menjawab.

Lagipula, bagaimana ia akan menjelaskan pada Tama? Bahwa ia tadi hanya keceplosan? Tidak bermaksud mengatakan itu? Mengingkari kalau dia memang sedang jatuh cinta?

Bryna menggeleng sedikit, menyesal karena Tama memiliki pendengaran tajam yang bisa mendengar ucapan pelannya pada Ibu tadi. Bukankah laki-laki itu bahkan tidak memiliki perasaan yang sama dengannya? Jadi, kenapa harus repot-repot membahas perasaan Bryna? Untuk apa? Mengoloknya?

Di dengarnya Tama mendengus di sampingnya. "Aku lupa bahwa egomu lebih besar dari apapun, Bry. Kamu tidak akan menjawab pertanyaanku, tentunya. Tapi tidak masalah, aku tahu jawabannya."

Nothing Last Forever (Hate-Love) ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat