1. How this nightmare begin

14.8K 883 24
                                    

The Great Hall kini dipenuhi murid-murid Hogwarts yang tengah makan malam. Makanan berjejer penuh di atas meja makan setiap asrama.

Ron, seperti biasa, mengambil makanannya dengan tidak sabar dan memasukkannya ke mulut sampai berantakan. Hermione memandangnya jijik diikuti tepukan keras dari Ginny yang ada di sebelahnya.

"Aku yakin itu dia. Draco Malfoy." Harry berucap dengan suara kecil dan tubuh maju ke depan.

Hermione yang duduk dihadapan Harry, Ron dan Ginny ikut memajukan badannya agar bisa mendengar percakapan mereka.

Harry tengah membicarakan tentang Katie Bell. Chaser Quidditch yang terkena kutukan Kalung Opal yang seharusnya diberikan untuk Dumbledore. Ia diberikan mantra imperius sehingga tidak mengingat apapun tentang pelakunya. Untungnya ia tidak apa-apa dan sekarang dirawat di St. Mungo.

"Apwa kaw yakin Hawwy?" Tanya Ron masih dengan mulut penuh chicken steak.

"Oh ayolah Ron! Habiskan dulu makananmu. Menjijikkan." Kata Ginny pada kakak laki-lakinya.

"Aku belum bisa membuktikannya. Tapi aku yakin itu Malfoy." Harry yakin bahwa Draco Malfoy sekarang menjadi bagian dari Pelahap Maut dan diberi tugas untuk membunuh Dumbledore.

Firasat Harry tidak pernah salah. Entah kenapa jika itu soal you-know-who, Harry bisa mengetahuinya dengan pasti.

Hermione mengintip kecil kearah meja asrama Slytherin yang tepat berada di seberang meja asrama mereka.

Tatapannya langsung menemukan Draco yang kebetulan duduk menghadap kearahnya. Laki-laki berambut pirang itu lebih pendiam dari biasanya. Seperti hilang dalam pikirannya sendiri dan raut wajahnya terlihat gusar.

Setelah acara makan malam selesai, para murid -terutama murid tingkat awal- pun kembali ke asrama dengan arahan prefek masing-masing. Suasana Hogwarts mencekam sejak kebangkitan Dark Lord, karena itu murid tidak boleh berkeliaran diatas jam 7 malam.

Sementara itu Hermione masih berada di luar asramanya. Ia menyusup keluar untuk mengambil beberapa buku di perpustakaan. Saat ingin kembali, ia melihat sekelibat bayangan seseorang yang hilang di persimpangan lorong.

Jiwa keberaniannya -seperti karakter asrama Gryffindor- bangkit sehingga ia mengejar orang tersebut. Ia tercekat begitu mengetahui siapa orang yang ia ikuti.

Draco Malfoy.

Lelaki pirang itu berhenti di depan pintu yang muncul tiba-tiba. Itu adalah pintu Ruang Kebutuhan. Pintu yang akan menghilang setelah orang yang membutuhkan sudah menemukannya.

Harry benar. Jelas ada yang mencurigakan dari lelaki itu.

Anehnya, setelah kejadian malam itu Hermione tidak mengatakannya pada Harry maupun Ron soal Draco Malfoy.

Setiap malam ia akan mengikuti Draco yang kembali ke Ruang Kebutuhan. Entah apa yang ia lakukan di dalam sana, tapi Draco terlihat semakin frustasi setiap harinya. Pipinya mencekung dan kulitnya pucat seperti sedang sakit.

Hingga akhirnya setelah malam ke-5, Hermione memberanikan dirinya mencegat Draco ketika lelaki itu keluar dari Ruang Kebutuhan.

"Apa yang kau lakukan dari sana?" Tanya Hermione tiba-tiba, membuat lelaki itu berjingkat kaget.

Lelaki berambut pirang mendecih merendahkan begitu mengetahui siapa yang menangkapnya basah.

"Apa urusanmu, mudblood?" Sungguh, Hermione sangat membenci Malfoy karena sifatnya ini. Namun entah kenapa, Hermione tidak marah seperti biasanya. Ia sedikit.. prihatin?

"Apapun yang kau lakukan di dalam sana, pasti akan membahayakan kami. Terutama Harry."

Draco mengeraskan rahangnya dan menatap Hermione dengan marah. Ia kesal, frustasi dan putus asa. "Pergilah, Granger!"

Hermione tidak bisa mengangkat kakinya karena sudut kecil hatinya memintanya untuk tinggal. "Kau tidak harus melakukan itu."

"Kau tidak tahu apapun! Aku harus melakukannya." Bentak Draco dengan wajah seperti ingin menangis. Tidak ada yang mengerti betapa takutnya ia saat ini.

Ia segera melangkah pergi meninggalkan Hermione yang termangu.

.
.
.
.

TBC

The End of the NightmareWhere stories live. Discover now