Zel Maira Nuray Pavreen

34.1K 3.5K 79
                                    

Zel Maira Nuray Pavreen, biasa dipanggil Maira. Dulu perempuan yang memiliki darah Turki dari papanya itu hidup dengan serba kecukupan dan bergelimang kasih sayang, tetapi itu dulu sebelum kedua orang tuanya memutuskan berpisah. Lebih tepatnya sejak ia mulai menginjak sekolah menengah pertama.

Rifa'at, papanya, tinggal bersama Ramazan—kakak laki-lakinya yang berusia lima tahun di atasnya—masih dengan kehidupan yang bergelimang harta mengingat papanya itu pemilik department store yang sudah tersebar di beberapa kota di Indonesia. Sedangkan Maira, bersama dengan Mina, mamanya, hanya tinggal di rumah sederhana dengan kehidupan yang pas-pasan karena menolak semua pemberiaan Rifa'at.

Maira bahkan tidak berkuliah dan lebih memilih berdagang pakaian bersama dengan Mina sejak sekolah menengah atas, dan kini usianya sembilan belas tahun. Ia mengusai keahlian menjahit karena terbiasa melihat Rifa'at, Mina, dan pegawai departemen perbelanjaan mereka. Dan sekali lagi itu dulu, sebelum semuanya berubah.

Sampai sekarang, Maira bahkan tidak mengetahui alasan yang membuat orang tuanya berpisah mengingat hubungan keduanya begitu harmonis. Tetapi yang pasti, Mina akan melarang keras jika ia masih berhubungan dengan Rifa'at atau bahkan Ramazan sekali pun.

"Maira jangan telepon papa lagi ya?"

Kala itu Maira baru lulus SMP dan ingin membagi kebahagiannya kepada Rifa'at sekaligus melepas rindu pada papanya itu, namun ia yang berjongkok di bawah meja kamarnya ternyata tepergok oleh Mina. "M..ma?"

"Maira sayang mama 'kan?" Mina bertanya dengan sendu.

Maira melihat luka dalam kedua mata Mina, dan itu membuatnya ikut merasakan luka tersebut. Sehingga setelahnya ia tidak berani lagi menghubungi Rifa'at. Begitu pula ketika papanya menghubungi, Maira akan menghiraukannya, dan sampai sekarang mereka tidak pernah berkomunikasi kembali.

Begitu menduduki bangku SMA, Maira mulai mendalami ilmu agama. Berawal dari rasa kesakitan karena keluarganya tidak bersama lagi, kemudian berlanjut dengan mendatangi kajian, sampai ia harus sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan Mina kalau ia selalu memakai cadar ketika di luar rumah.

"Ma, Maira mau jujur, tapi jangan marah ya?" Maira berbicara dengan pelan dan melembutkan setiap katanya.

Mina yang sedang menjahit menghentikan kegiatannya sejenak, "Kenapa?"

"Emm.. sebenarnya akhir-akhir ini Maira belajar agama, terus suka datang kajian juga," ucap Maira terbata-bata.

"Kajian apa? Jangan aneh-aneh ah." Mina tampak tidak tertarik dan melanjutkan jahitannya.

"Yah, gitu Ma. Nggak aneh kok, setiap kajian pokoknya Maira ngerasa tenang banget, rasanya kayak selama ini tersesat dan sekarang sudah menemukan kembali jalan pulang."

Mina tidak merespon, hanya mendengarkan ucapan Maira yang menurutnya aneh karena tidak biasa.

"Terus Ma.." Maira menimang kembali bagaimana cara mengutarankan beban pikiranannya. "Emm sebenarnya Maira kalau kajian juga pakai itu emm cadar."

"Apa?" respon Mina cepat. "Nggak usah aneh-aneh, kamu ngikutin siapa begitu?"

Maira merasa menghabiskan masa putih abu-abunya sendiri, entah itu di lingkungan sekolah—ia lebih banyak diam karena pembicaraan teman-temannya bahkan tidak cocok dengannya—atau di rumah karena suasana yang telalu sepi.

Tetapi Allah menjawab doa-doa Maira, kala Mina juga mendapatkan hidayah dan memutuskan bergabung bersamanya. Ia kerap kali pergi bersama mamanya kajian mengenakan cadar—yang sekarang sudah istiqomah memakai. Bahkan jualan mereka yang awalnya hanya sekedar pakaian, berubah dengan busana syar'i.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Setiap manusia pernah berbuat salah. Namun yang paling baik dari yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat." (HR. Tirmidzi no. 2499; Ibnu Majah, no. 4251; Ahmad, 3: 198. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Kata Ibnu Rajab dalam Fathul Barinya, yang dimaksud at-tawwabun adalah:

"Orang yang mau kembali pada Allah dari maksiat menuju ketaatan."

Maira membaca postingan dakwah pada akun yang sudah tidak asing lagi di matanya. Ia mengernyitkan dahinya karena tidak kunjung mendapatkan jawaban akan rasa penasarannya dari pemilik akun dengan username @rar_ tersebut. Tidak ada identitas selain statusnya sebagai laki-laki yang terlihat dari foto profil gambar kartun, bio pun tidak tertuliskan apa pun selain kata 'manhaj salaf'.

Pada awalnya Maira biasa saja dan hanya mengikuti akun tersebut karena ingin belajar dari setiap postingannya, tetapi lama-kelamaan seperti ada yang salah dengan hatinya.

"Ya Allah! Kenal aja enggak, hem nggak mau buka instagram lagi ah." Maira mengacak rambutnya frustasi. Beberapa detik kemudian ia berniat mengambil kembali ponselnya yang sempat ia lempar di balik tumpukan bantalnya, sebelum suara Mina mengejutkannya, "Maira, customer yang di whatsapp buruan dibalas, ini pada tanya di line."



-Man Anta?-

Malang, 14 Oktober 2018 published on Wattpad @ariskakhurnia

Revisi 05 April 2021



Bismillah

Alhamdulillah Man Anta ada di event Sastra Indonesia org di grup facebook yaa, boleh dukung Man Anta di sana yaa

https://web.facebook.com/groups/2573562719536804/?multi_permalinks=3303301593229576&notif_id=1617621024427960&notif_t=feedback_reaction_generic&ref=notif

Man Anta? ✔ [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang