Chapter 1

1K 212 129
                                    

Satu yang juga harus kalian tahu, tidak semua yang terlihat dari luar. Sama dengan yang terletak di dalam.

- Quinsha by ifashaffa

Tepat pukul setengah tujuh pagi, Quinsha keluar dari rumahnya. Pergi dengan menggunakan motor matic miliknya. Ke mana lagi kalau bukan menuju SMA Karya Siswa. Tempatnya menimba ilmu.

Wajahnya yang manis, tidak pernah ia perlihatkan kepada siapa pun. Tak pernah mengulum senyum, apalagi tertawa. Selalu saja, tatapannya tajam dan datar. Selama sudah lebih satu tahun dia berada di SMA Karya Siswa, tidak ada satu pun murid yang dekat dengannya. Dia selalu sendiri. Bukan menyendiri, melainkan Quinsha merasa lebih tenang tanpa orang-orang di sekitarnya. Banyak juga siswi yang tidak suka melihatnya. Sombong katanya. Tapi tetap, Quinsha tak pernah peduli dengan omongan orang lain.

Quinsha masuk ke dalam kelasnya yang kebetulan sudah ramai dihuni oleh murid XI IPA 3. Dia sengaja memilih tempat duduk paling belakang juga paling pojok. Padahal, kebanyakan siswa cowok yang suka duduk paling belakang. Tapi lain hal dengan Quinsha.

Mood Quinsha pagi ini sangat buruk sepertinya. Baru saja dia merasa tenang karena mendengarkan musik melalui ponselnya dengan menggunakan earphone. Tiba-tiba saja ada yang duduk di sebelahnya dan mengganggu ketenangannya.

Dia tidak bertanya, melainkan menopangkan dagu dengan telapak tangannya, dan memperhatikan Quinsha yang sedang memejamkan mata dengan bersandar di dinding. Sepertinya Quinsha sangat menikmati setiap alunan lagu yang sedang dia dengarkan lewat earphone miliknya.

Bukan berarti Quinsha tidak mendengar ada gesekan bangku di sebelahnya, hanya karena lubang telinganya dia sumpal dengan sebuah benda berwarna putih. Quinsha mengembalikan posisi duduknya dengan tegap. Sepasang matanya melirik tajam seseorang di sebelahnya yang sedang memasang seulas senyum tanpa rasa dosa sedikit pun.

Quinsha membuang napasnya dengan kasar. "Ngapain lo di sini," ucap Quinsha dengan nada datar namun penuh dengan penekanan. Terlihat jelas dari wajahnya kalau dia tidak suka ada seseorang di sampingnya.

"Ya ampun, tekanan batin, lo, kuat juga, ya. Bisa tau kalau ada cowok cakep di sebelah, lo," balas Arfan. "Tapi waktu gue panggil kemarin, nggak nyaut-nyaut. Gue kira lo tuli. Tapi ternyata pendengaran lo sangat sempurna. Buktinya, lagi pake earphone sambil tutup mata malahan, lo tau ada orang di sebelah, lo," sambungnya.

"Nggak penting banget bahasan lo!" cetus Quinsha dengan ketus seperti biasa.

"Eh Ratu, lo itu cantik tau. Coba lo senyum dan nggak galak kayak gini, pasti kadar kecantikan lo bertambah," ujar Arfan.

Bukannya menjawab, Quinsha justru tersenyum sinis sembari melepas benda yang masih menyumpal di telinganya. Dia lalu memasukkan earphone beserta ponselnya ke dalam tas miliknya yang berada di atas meja.

Arfan diam memperhatikan sikap Quinsha.

"Nggak penting banget, bahasan lo," cetus Quinsha dengan kata itu lagi. "Dan gue peringatin satu hal lagi sama lo, nama gue bukan Ratu."

"Iya, tau, Quinsha." Arfan menjawab.

Tepat saat itu, percakapan antara Quinsha dan juga Arfan terhenti karena suara bel masuk berbunyi. Tidak butuh waktu lama, wali kelas baru mereka langsung masuk ke dalam kelas. Membuat seisi murid di XI IPA 3 itu ricuh dan mendadak panik. Kembali ke tempat duduk masing-masing. Begitu juga dengan Arfan. Dia kembali ke bangkunya di sebelah Rio, sahabatnya dari kelas sepuluh yang kebetulan sekarang mereka satu kelas kembali.

Guru itu berdeham. Membuat semua murid yang ada di dalam kelas menjadi hening. Guru itu tersenyum. Dia Ibu Windy. Memang terkenal sangat ramah dan paling disukai semua murid di SMA Karya Siswa. Beruntung, karena XI IPA 3 mendapat wali kelas seperti Ibu Windy. Mereka semua diam bukan karena takut. Melainkan mereka sangat menghargai Bu Windy.

Quinsha (S E L E S A I)Where stories live. Discover now