5|Jaga Sendiri Aja (2)

Mulai dari awal
                                    

"Eh, maaf.. Maaf." Husen meralat pertanyaannya, melihat kami yang menatapnya bingung.

"Itu kakak kelas tiga, kak Syaqil—" Intan melirikku, dan melanjutkan ucapannya, "dia pernah —"

"Intan!!!" ucapku penuh penekanan, entah apa yang akan diucapkan Intan. Tapi aku tak suka jika kejadian itu dibahas kembali. Entahlah, kejadian sangat memalukan bagiku. Gosip bertebaran karena kejadian tidak sengaja itu. Butuh waktu berhari-hari untuk meredam gosip.

"Maaf Sha, aku bukan bahas itu. Tapi—"

"Jangan di terusin lagi Tan." Aku menatapnya memohon. Intan diam terlihat merasa bersalah.

"Gak usah di bahas lagi ya Sen," ucapku pada Husen. Padahal dia memang tak mengucapkan apapun. Entah kemana 3 wartawan yang tadi mewawancarai Husen.

💕🏡💕

Semua murid-murid keluar kelas, beberapa langsung melajukan kendaraan mereka menerobos hujan untuk pulang dan beberapa masih setia menunggu jemputan, ada pula yang menunggu hujan reda.

Aku, intan dan husen masih menunggu hasan keluar kelas sambil menunggu hujan mengecil. Anda dan Hari sudah pulang duluan dengan motor Anda.

Aku menatap hujan sambil mengulurkan tangan membiarkan hujan jatuh diantara jari-jari tangan ku. Dingin sejuk dan menenangkan, itulah hujan.

Kulirik di samping kiriku ada husen yang sedang melakukan hal yang sama sepertiku.

"Kamu suka hujan?" tanyaku pada Husen. Melihat dia yang tersenyum melihat hujan. Aneh rasanya. Khawatir dia kesurupan.

"Hahh!—" ucap Husen kaget menoleh menatapku, lalu memalingkan pandangan lagi kedepan menatap hujan.

"—Iya," jawab Husen singkat tanpa menoleh.

"Kalau kembar sama yah ...," ucapku tersenyum. Kulanjutkan lagi, "Hasan juga suka hujan. Tapi dulu, waktu awal ketemu dia. Sekarang udah enggak lagi. Sensitif sih, kalau kena hujan langsung sakit."

Husen diam sesaat, "Sha—"

"Woy! pada ngapain main ujan?" teriakan mengagetkan dari Hasan.

Aku tersentak latah, "Astagfirullah." Menoleh ke sumber suara dengan menarik tangan sedikit keatas secara tiba-tiba hingga menimbulkan percikan air hujan yang jatuh ditangan terbang mengenai seseorang yang ada disamping ku, siapa lagi kalau bukan Husen.

"Hahaha.. " ketawa pecah dari hasan dan Intan melihat akibat dari perbuatan Hasan.

"Ehh, maaf-maaf, gak sengaja," ucapku meresa bersalah.

"Iya gak papa." Husen mengelap wajahnya dengan tangan kanan.

"Hasan mah hobby banget ngagetin loh." aku menghentakkan kaki, kesal dengan kelakuan Hasan.

"Hehe, iya maaf cuma becanda," ucap Hasan menyesal sambil tersenyum menahan tawa. Tetap saja aku merasa bersalah pada Husen.

"Hasan memang begitu Sha," ucap Intan sambil menahan senyum.

"Kalau aku jadi kamu, udah aku jitak palanya Sha," ucap intan memanas-manaskan keadaan.

"Yee, kamu mah memang cewek jadi-jadian, aku mah gak heran," dumel Hasan tak terima.

"Yaudah yuk pulang." Ajak Husen.

"Kalau pulang sekarang, sodara kembar kamu kan enggak bisa kena ujan. Mana baru sembuh, masa udah mau tepar lagi." Intan itu unik cara perhatiannya beda.

"Cie perhatian nih Intan, khawatir aku sakit yah?" Hasan memainkan alisnya naik turun.

"Hasan jangan goda anak gadis orang," ucap Husen mengingatkan.

"Siapa yang goda cewek Jadi-jadian ini," ucap hasan sambil tertawa membuat orang yang dibicarakan cemberut tak berkata.

"Udah-udah, ini udah redaan dikit ujannya, yuk kita pulang," ajakku. Kujulurkan jaket yang terlihat di depan Hasan. "Nih pakek jaket aku." Hasan memang sedikit sensitif dengan cuaca. Dia mudah sakit.

"Kamu aja yang pakek, ini udh gk ujan lagi." Tolak Hasan mendorong jaket yang kuulur.

"Udah pakek aja, yuk." Aku melangkah lebih dulu, menerobos rintik menuju parkiran sepeda motor.

💕🏡💕

Jazakumullahu Khairan🙏😘

Where Is My Calon Imam? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang