PIL 1

7.5K 718 9
                                    

Author POV

Prilly berjalan riang memasuki gerbang sekolahnya. Gadis mungil ini terlihat begitu lucu karena melangkah dengan sedikit melompat. Kedua tangannya menekuk memegang erat tali sling bag polkadot hitam miliknya.

"Pagi, Pak!" Sapa Prilly dengan riang pada Pak Mugi--satpam penjaga sekolahnya.

"Pagi, Neng Ara!" Balas Pak Mugi dengan senyum khasnya.

"Ini, Pak, Ara bawain nasi kuningnya Bang Kimo. Kemarin, kan bubur tuh, nah sekarang nasi kuning. Beuhh, pokoknya Bapak harus cobainnnn! Rasanya enak banget, Ara sama Bunda aja abis satu porsi berdua hehe." Cerita Prilly panjang lebar. Ya, sisi humble dan ceria gadis ini membuat siapa saja yang melihatnya ingin ikut nimbrung seketika.

"Wahh wahh wahh! Pak Mugi pagi-pagi udah diajak ngobrol asik aja nih." Prilly tersentak kaget karena seseorang tiba-tiba merangkul bahunya dari belakang.

"Satya! Ngagetin banget ih!" Satu pukulan mendarat dibahu cowok yang tengah merangkul bahunya.

Prilly mengangkat sebelah alisnya bingung saat Satya menengadahkan telapak tangannya.

"Apaan nih? Ngemis?" Tanya Prilly sinis.

"Buat gue mana?" Tanya nya balik sambil nyengir. Cengiran yang mampu membuat para gadis mengigit bibir bawahnya gemas. Terkecuali Prilly. Cengiran sahabat kecilnya ini malah membuat Prilly ingin mencelupkan kepala Satya pada samudra antartika.

"Apaan yang mana?" Tanya Prilly bingung.

"Sarapannya lah. Pak Mugi aja dikasih masa orang ganteng yang ada disini enggak. Eh nih ya asal lo tahu, gue buru-buru tau jemput lo dirumah, taunya lo berangkat duluan. Sengaja, kan lo hah?" Giliran Satya menyentil kening Prilly. Satya benar-benar jengah dengan Prilly. Pagi-pagi buta ia sudah dibuat terusik dengan bunyi alarm tiada henti yang sengaja ia aktifkan sebelum tidur, belum lagi lagu closer dari alarmnya membuat ia berjoget disela-sela tidurnya. Ck, kalau diingat-ingat, itu sungguh menggelikan.

Prilly nyengir tanpa dosa, segera di acungkan jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan.

"Gara-gara lo nih gue jadi joget-joget gak jelas. Gak tau sih lo gimana kasur gue jadi goyang-goyang karena gue joget sambil tidur." Gerutu Satya kesal. Alih-alih merayu Satya atau meminta maaf, Prilly justru terbahak tanpa dosanya.

"Eh bisa biasa aja gak ketawanya?" Ucap Satya malas. Nyesel dia cerita sama Prilly.

"Ngakak benerannnn!!!" Seru Prilly disela tawanya yang belum reda.

"Lucu yeee, Ra?" Tanya Satya dengan tawa yang dibuat-buat.

Tin!
Tin!
Tin!

Suara klakson mobil yang begitu memekakan telinga seketika menghentikan tawa Prilly. Ia mendapati mobil lamborgini mewah dengan warna merah mengkilap berhenti dihadapannya, Satya dan,--lho? Pak Mugi? Ah, iya Pak Mugi sudah ngacir ke posnya terlebih dahulu. Pak Mugi paling tidak bisa menahan untuk tidak menyikat habis nasi kuning yang dibawakan Prilly.

"WOYYYYY!!! LO BERDUA BISA MINGGIR GAK? NORAK BANGET LO KETAWA DI JALANAN!" Seru nya tak selow.

Hingga sebuah kepala keluar dari kaca mobil. Seorang pria tampan dengan wajah putih, bulu mata yang seakan tertiup angin saking panjang dan lentiknya, alis tebal yang mengerut keatas karena kesal, serta bibir merah muda bak habis meminum segelas softdrink merah. Beuhhh!!! Bikin gak kuku gak nana, eh.

"YEEE BIASA DONG LO!" Sewot Satya balik.

"AWAS GAK LO BERDUA?! Gue lindes juga nih!" Ucapnya mengancam. Sesekali bunyi 'tin' dikumandangkan membuat Prilly dan Satya meringis ngilu.

"Jalanan lega kenapa harus nyingkirin orang?!" Seru Satya sewot. Manusia satu ini gak bisa diajak abc, harus langsung z aja.

"Eh gak liat lo mobil gue kinclong gini. Orang kayak lo lo pada nih, harus nyingkir minimal lima meter dari body bohay mobil gue. Gini-gini gue hapal, ya modus lo lo pada yang suka genit nyolek-nyolek mobil gue." Satya melotot tak terima. Cih! Bohay katanya?

"Najis! Masih bohay Mak gue kemana-mana!" Balas Satya tak kalah sewot. Prilly mengedipkan matanya beberapa kali mencerna balasan Satya yang seperti,--- menimpali ucapan cowok tengil pemilik mobil lamborghini merah ini. Lho? Tunggu! Apa tadi? Menimpali? Seketika mata Prilly membulat sempurna. Please Satya, lo sama freak nya tahu gak sama dia_-

PLOK!

"Awwshhh! Sakit, Ra! Lo pikir jidat gue marwas main di tepak-tepak? Bukannya dukung gue kek, gue tuh lagi menjunjung tinggi nilai ke-lo guean dari cowok songong ini." Seru Satya kesal.

"Ngomong terus! Lo gue-lo gue! Lo tuh sama anehnya sama dia!" Ucap Prilly sambil menunjuk cowok yang masih betah menyembulkan kepalanya saja itu.

Gue marah, ya, beb kalo lo kena stif gara-gara nyembulin kepala doang gitu_-

"Wih telunjuk! Ngapain lo tunjuk-tunjuk? Lo pikir gue kertas buronan ditunjuk-tunjuk?" Tanyanya tak tak suka.

"Kenapa? Lo gak terima?" Ucap Prilly menantang. Dengan tak takutnya Prilly maju, berdiri dengan berani nya.

Perlahan tanpa disadari, senyum  miring tercetak jelas di bibir cowok tampan itu. Senyum yang mampu
membuat para cewek memekik histeris dan menggigit apa saja untuk menahan gemas. Tapi hal itu sama sekali tak berlaku bagi Prilly, senyum itu seakan membuat ia muak. Catat, muak!

"Ngapain maju-maju? Mundur lima meter atau gue sambit pala lo pake kunci inggris!" Prilly yang tadi melangkah menantang seketika menghentikan langkahnya dan memutar bola matanya malas. Hufftt, susah sekali mengajak cowok ini serius sedetik saja. Dasarnya selengean mau diajak serius susahnya naudzubillah.

Alfahreza Ganali. Ali, ya panggil saja begitu, sapaan akrab bagi orang-orang terdekatnya. Siapa yang tak kenal dengan dirinya, putra tunggal pewaris Alfa's Company, salah satu perusahaan berlian terbesar di Asia. Menjadi pewaris tunggal tentu saja membuat dirinya dilimpahi kemewahan yang begitu banyak. Kasih, sayang dan materi, komplit sudah ia dapatkan. Sejak kecil, Ali tak pernah merasakan apa itu susah, apa itu perjuangan hidup, dan bagaimana kerasnya dunia. Yang ia tahu hanyalah menikmati semuanya tanpa memikirkan besok jajan berapa. Tapi meskipun begitu, Ali tak pernah menujukkan kekayaannya secara terang-terangan didepan teman-temannya.

Soal mobil lamborghini dan acara ledek-meledek Prilly dan Satya, itu hanya candaannya semata. Mobil, i-Phone, debit, itu semua fasilitas paksaan dari Mami nya. Katanya, 'Gana itu jagoan Mami satu-satunya lho, masa kamu gak mau make ini semua? Papi sama Mami kerja, itu buat Gana juga. Mau, ya?' Begitulah sang Mami membujuk dan memberi petuah padanya. Alhasil, seiring berjalannya waktu, Ali pun menikmati apa yang diberikan kedua orang tuanya.

"Udah natepnya! Kalo jatuh cinta gue gak tanggung jawab, ya." Tegur Ali saat Prilly masih menatap dirinya jengah.

"Bacot!" Desis Prilly. Tak mau berlama-lama, Prilly melengos pergi dari sana. Kalau dipikir-pikir tak ada untungnya meladeni cowok seperti Ali. Selesai enggak, nambah panjang iya.

"Ra! Yahh gue ditinggal!" Seru Satya.

"Eh,--urusan kita belum selesai!" Peringat Satya pada Ali, sedangkan Ali yang mendengar peringatan itu mengangkat bahunya acuh lantas melajukan mobilnya memasuki basement setelah Satya berlalu memasuki gedung sekolah.




Yahuuuuu part 1 nih... gimana-gimanaaa? Suka gak? Semoga sukaa yaa huaa. Kalo suka bakal aku next, kalo gak suka bakal tetep next juga sih haha! Apa sih jayus bat akuu. Intinyaa selamat menikmati alur cerita PIL, semoga ada yg bisa dipetik yaa disetiap katanya. Cih ngarep😂

Segini dulu yaa part satunyaa, nantikan kelanjutannya!

VOTE AND COMMENT, ya...

See u in next part and good bye

Salam author

Powerpoint in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang