Part 4. Perhatian Kecil yang Manis

Start from the beginning
                                    

"Kau yakin bisa melanjutkan" Alexander memandangku dengan kuatir.

"Aku akan baik-baik saja"

Aku berjalan meninggalkan meja mereka. Dan berjalan ke ruang kontrol yang agak jauh di sayap selatan mansion luas ini. Tiba-tiba kepalaku berputar pusing dan berat. Aku mencari pegangan ke dinding selasar.

"Kau kenapa ... "  Alexander menangkap lenganku. Kenapa dia disini. Dia mengikutiku ?

"Aku ... pusing... " Aku berpegangan ke tembok selasar.

"Aku antar kau kekamar. Kau harus segera beristirahat. "

"Ada tiga briefing lagi...aku harus lanjut sebentar lagi."

Alexander melepas lenganku . Aku goyah. Kepalaku  berat. Aku harus minum obat dan  minta para penyembuh mengurusku.

" Kau jelas tak bisa melanjutkan ... jangan membantah tubuhmu sendiri " Alexander kali ini  memegang lenganku lagi sambil menopang badanku. Tubuhnya dekat sekali. Aku bahkan bisa mencium aroma musk lembut dari parfumnya.

" Bisakah kau membantuku ke ruang penyembuhan. Di belokan sebelah kiri."

Alexander memandangku. Aku setengah tak menyadari apa yang terjadi, tiba-tiba dia sudah membopongku dan berjalan ke selasar perawatan. Sementara aku  berteriak kaget. 

" Alex ... turunkan aku." Aku memberontak , dan memukul dadanya dengan reflek,  aku takut jatuh , dengan erat aku berpegangan ke lehernya. 

"Diamlah dan buat ini lebih mudah!" dia sedikit mengerutu disamping telingaku. Aku melemas. Nafasnya menyapu pipiku. Aku melihat wajahnya, pandangannya lurus ke depan.

"Kenapa kau bisa disini, bukannya kau tadi di aula?"

" Aku hanya kebetulan lewat dan melihatmu"  jawaban yang meragukan, tapi sekarang aku sama sekali tak perduli karena kepalaku terlalu sakit.

Aku diam berpegangan. Kepalaku yang berat kusenderkan didekat lehernya,  nyaman sekali rasanya punya sandaran seperti ini. Adegan ini dengan cepat memompa darahku. Dan berkali-kali lipat lebih efektif dari kopi yang kuminum. 


Untunglah selasar ini sepi sehingga aku harus dilihat orang lain. Dia mendorong pintu bangsal perawatan dengan badannya dengan mudah , seorang dokter yang sedang berjaga langsung menghampiri.

"Alexa, kenapa kau ...!" Dokter Seina, dokter jaga seumuran denganku langsung menghampiri dengan kuatir. " Baringkan dia disini" dia memberi instruksi kepada Alexander.

" Seina, aku kelelahan tiga malam tidak tidur. Kepalaku berat. Tapi aku perlu bertahan 5 jam lagi. Ada yang harus kuselesaikan. Bisakah kau membantuku."

" Kau selalu memforsir dirimu Alexa!" Dia segera memegang kepalaku. Aliran energi penyembuh langsung membuatku rileks perlahan. Dalam 5 menit sakit kepalaku menghilang.

" Kau bisa melanjutkan. Aku akan memberikan suntikan vitamin. Sebelum kau tidur minumlah ini. Pastikan kau tidak melanggar lima jammu. Atau segera kau akan kolaps lagi. " Seina mempersiapkan suntikan dan segera aku merasakan sensasi sakit  menyengat dilenganku.

Aku segera turun dari bed pasien itu. "Terima kasih Seina, aku harus segera pergi" aku melihat jam, tinggal lima menit aku harus sampai ke ruang kontrol.

"Alexander , terima kasih. Aku pergi dulu, ada briefing dalam 5 menit." Aku segera berjalan cepat kembali ke ruang kontrol. Setengah berlari keluar dari bangsal mengejar waktu persiapan briefing.

Seina mengeleng-gelengkan kepalanya melihatku. "Jam satu pastikan kau istirahat!" aku mendengar Seina berteriak sebelum aku menghilang dibalik pintu.

ALEXA • Blood of LoveWhere stories live. Discover now