AA-2

48 1 0
                                    

°°°  

alarm membangunkan aina, tapi ada yang berbeda dari biasanya, pagi ini ia terbangun lebih awal dimana matahari belum menampakkan sinarnya sama sekali, bahkan azan subuh baru saja di kumandangkan dari arah barat, aina merasa aneh dengan suasana saat ini, bagaimana tidak, ia bangun sendiri tanpa dibangunkan oleh orang lain. segera ia meninggalkan selimut dan beranjak dari tempat tidur, mengambil air wudhu dan menghadap sang pemilik alam semesta. perasaan damai, tenang. tidak ada perasaan kantuk yang menyerang mungkin hal ini disebabkan karena faktor jam tidur yang tadi malam lebih cepat pula dari hari-hari sebelumnya. setelah itu ia memutuskan untuk mengambil kitab suci yang telah lama rasanya hanya menjadi pajangan di dinding kamar itu. ayat demi ayat ia telaah dengan baik, berharap sari dari ayat yang ia baca dapat masuk ke relung hatinya yang mulai bergetar semenjak mendengar suara lantunan laki-laki siang itu. ah lagi lagi mengusiknya..

pagi ini benar-benar produktif, setelah membersihkan tempat tidur, aina bergegas mandi karena pagi ini akan ada kuliah untuk yang pertama kalinya, dan euforia MABA masih sangat melekat, mungkin karena itu aina tidak ingin terlambat dan telah memilih pakaian yang dirasanya cocok untuk dikenakan sebagai mahasiswa di hari pertama.

"ma.. aina berangkat ya, assalamualaikum.." ucap aina sembari mencium tangan mamanya, karena terburu-buru takut terkena macet diperjalanan. kemarin malam ayahnya menawarkan untuk mengantar, namun sudah jam segini ayahnya masih baru saja selesai mandi, jika ditunggu maka alamat terlambat sudah aina memulai kelas pertamanya.

seperti yang sudah di duga, jalanan pada jam segini masih lancar jaya bak jalan tol, tanpa suara bising klakson, dan himpitan orang-orang yang memenuhi angkot. aina tersenyum karena tak harus melalui itu semua. 

tap. aina turun dari angkot, tapi, baru saja akan melangkah tangannya menepuk kepalanya sendiri. ia lupa akan sepatu habib yang kemarin ia pinjam, ralat, lebih tepatnya dipinjamkan, aina menepuk jidadnya berkali-kali menyesali betapa pikun ingatannya, bagaimana bisa ia lupa terhadap sesuatu yang penting seperti itu, padahal tadi pagi sebelum mandi, sepatu itu telah ia bungkus dengan baik dan siap untuk dibawa. tapi kenapa bisa ketinggalan. jika di ambil ke rumah lagi pasti tidak akan sempat karena sudah terlambat, jalanan pasti akan macet dan kelas pertamanya akan terlewat begitu saja. 

dengan sedikit mengacuhkan permasalahan sepatu, aina memantapkan kakinya untuk menuju ke ruangan kuliahnya. se-exited itu aina untuk mengikuti perkuliahan pagi itu.

subhanallah.. ucap aina tanpa sadar ketika memasuki kelasnya yang sedikit banyaknya sudah dipenuhi oleh teman-teman sekelasnya. bagaimana aina tidak berdecak kagum dengan apa yang dilihatnya pertama kali ketika memasuki kelas tersebut, ternyata laki-laki yang tengah berdiri didepan dengan buku ditangannya tersebut adalah dosen untuk mata kuliah pagi itu.

ketampanan wajah memang tidak dapat dibohongi, terpancar karena memang langsung disaksikan oleh kedua mata yang jelalatan ke berbagai arah. tapi aina tidak menampik bahwa bukan hanya dia yang terpesona dengan kebagusan tampang sang dosen muda yang telah memikat ribuan hati bahkan siswi perempuan lain ikut serta pula dan ini adalah untuk pertama kalinya sejak perkuliahan dimulai. 

firman anam, begitulah kiranya nama dosen muda yang saat ini menjadi pusat perhatian di kelas, dan tentu saja dengan embel-embel M.Si di belakang namanya yang menandakan bahwa ia adalah lulusan magister sains dulunya. dan juga PHD yang bertanda ia juga telah mengalungi gelar doktoral luar negri.

aina masih berdiri di pintu masuk, bingung antara meneruskan masuk ke dalam ruangan atau berdiri sambil terus memperhatikan dosen yang penuh kharisma itu.

"iya silahkan masuk" suara bariton itu menyapa keheningan dan membuyarkan semua aktivitas yang ada di pikiran aina. 

"haa.. iyaa.. kak..pak.." sebut aina terbata-bata karena perasaan setengah sadar antara memanggil kakak atau haruskah.. bapak?

entah mengapa waktu terasa sangat cepat berlalu, rasanya ingin memperpanjang jam untuk mata kuliah yang diajarkan pak firman anam ini, karena ini terasa sangat menarik, mata kuliahnya sekaligus dosen pengajarnya. pak firman beranjak keluar kelas karena memang jamnya telah habis 10 menit yang lalu. banyak mahasiswi yang menyayangkan kepergiannya. begitu juga dengan perempuan yang duduk disamping aina.

"hai, aku dinda" ia menyapa ketika aina mengalihkan pandangan ke arahnya.

"aina.." sembari menjulurkan tangan dan menyunggingkan senyum aina membalas perkenalan mereka. dan begitulah di hari pertama aina mendapatkan satu teman, dan semua itu di awali dengan topik mengenai pak firman anam yang memang sangat seru untuk dijadikan bahan obrolan. karena mulai di hari pertama itu ternyata mereka berdua telah menjadi 2 dari ribuan penggemar pak firman anam. dasar.

perkuliahan telah selesai untuk hari ini, tetapi karena waktu zuhur telah menyapa, maka mereka berdua, ya, dinda dan aina memutuskan untuk menunaikan sholat terlebih dulu, dan kali ini aina mengikat sepasang sepatunya dengan tali, karena trauma akan kejadian kemarin, sehingga jika menghilang pun akan hilang keduanya, itu akan lebih baik dibandingkan hanya sebelah yang ada dan sebelah lagi menghilang. dinda hanya tertawa sambil mengeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan aina.

lagi-lagi suara merdu yang melalaikan itu terdengar lagi kali ini, dan aina menikmatinya kembali, hingga suara itu perlahan dan benar-benar sudah hilang, baru aina beranjak dari duduknya dan mengajak dinda yang sudah lama menunggu aina di sudut ujung mushola untuk segera pulang ke rumah.

dan alhamdulillah.., sepatu aina masih ada dan dalam keadaan yang utuh tidak kurang suatu apapun. aina mengucap syukur karena kejadian semalam tidak terulang kembali. dan disaat yang sama, aina melihat habib melintas yang sepertinya ingin meninggalkan mushola.

"kak habib.." aina mendekat ke arah habib untuk memperpendek jarak.

habib mengerutkan kening, mencoba menginggat siapa perempuan yang memanggilnya tersebut.

"kak, sebelumnya aku terima kasih atas bantuan sepatunya kemarin, dan juga aku mau minta maaf karena sepatunya kelupaan, aku janji kak, besok sepatunya akan aku bawa kok, janji kak.." jawab aina penuh keyakinan berharap habib mengerti perkataannya.

"oh, iya iya santai aja" balas habib sembari kembali berlalu dan meninggalkan aina yang sepertinya belum selesai berbicara.

"naaa" suara perempuan itu menginggatkan aina jika tidak ke mushola sendirian, ia kelupaan dinda!!. segera ia menghampiri dinda dan beranjak pergi.

"kamu kenal kak habib?" tanya dinda

"kenal" jawab aina singkat sembari terus menuju perjalanan untuk pulang

"kamu dekat sama kak habib?" tanya dinda lagi dan kali ini disertai dengan pandangan yang sulit di artikan.

"enggak kok, kenal aja baru kemarin pas mos dan yang minjamin aku sepatu itu kak habib, cuma itu.." jawab aina menjelaskan.

dinda mengangguk tanda mengerti dan meneruskan obrolan mereka, yang ternyata aina baru mengetahui jika kak habib dan dinda dulunya adalah satu sekolah di masa SMA, dinda juga menceritakan mengenai pribadi kak habib, dan aina menarik kesimpulan bahwa dinda sangat sangat mengenal kak habib dengan baik. tentu saja kerena mereka adalah kakak kelas dan adik kelas.

tentu saja.

____________________

third part in second episode

enjoy read everyoneee :)





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Another AliWhere stories live. Discover now