AA-1

45 1 0
                                    

°°°°

udara pagi ini menyejukkan, seperti memberi tanda tidak akan terjadi hal buruk yang akan mengganggu, tetapi drrrttttt jam beaker itu lagi-lagi mengusik ketenangan pagi milik perempuan yang kini sedang menungging di balik selimut lembut yang minta disematkan kembali ke seluruh tubuh, aina febyola, perempuan yang menyadari bahwa hari ini adalah hari pertama MOS di kampus barunya, padahal matanya masih ingin menutup untuk beberapa menit lagi saja akibat bergadang mempersiapkan peralatan MOS yang akan digunakan hari ini, tetapi setelah melihat jarum jam yang menunjukkan bahwa ia akan terlambat bila menurut pada suasana yang ada, aina segera beranjak dengan tubuh yang sangat berat untuk beranjak dari magnet paling berat di seluruh dunia saat ini, yaitu kasur!.

___

tiba di kampus barunya untuk pertama kali dengan sedikit terseok-seok akibat takut terlambat, aina segera bergabung bersama sekumpulan manusia yang telah berkumpul di depan aula yang telah di kelilingi oleh kakak kakak gemes dengan almamater kampus yang menempel di tubuh mereka, dan tidak lupa wajah garang yang dibuat-buat guna memperlihatkan kekuasaan dan senioritas. aina merasa bersyukur dengan MOS kali ini, karena apa yang mereka lakukan jelas dan tidak terlalu membuang waktu. pasalnya setelah sekitar setengah jam mendengarkan ketua panitia atau siapalah itu berbicara didepan podium seluruh mahasiswa baru di ajak untuk berkeliling kampus, memperkenalkan tempat-tempat yang ada di kampus yang cukup luas ini, mulai dari kantin, perpustakaan, ruang kelas, laboratorium, mushola, hingga kantor jurusan. dan itu lebih bermanfaat dibanding menunjukkan senioritas yang akan berakhir pada bullyan.

allahuakbar allahuakbar ...

azan zuhur berkumandang dan seluruh kegiatan diberhentikan, panitia memberitahukan untuk sholat terlebih dahulu, rasa kagum aina seketika muncul dengan kebijakan yang dibuat oleh panitia. sebagian besar telah beranjak pergi ke mushola, sementara aina memutuskan untuk duduk sebentar meluruskan kakinya yang sedari tadi terus saja berjalan tanpa istirahat, sementara itu pinggangnya ingin sekali berbaring, aina pun melakukan perenggangan ke kanan dan ke kiri. tapi tiba-tiba seseorang mengagetkannya dengan tumpukan buku di depan matanya yang hampir mengenai kepalanya.

"kamu kenapa belum pergi ke mushola?" tanya laki-laki dengan almamater hijau yang sepertinya panitia juga, tapi begitu asing karena aina belum pernah melihatnya sedari tadi.

"tadi encok kak, tapi ini mau berdiri kok" jawab aina yang belum tau jelas siapa dia, tapi karena memakai almamater kampus anggap saja ia adalah panitia. hhhhh

sulit di artikan, habib, nama laki-laki itu, ia tersenyum, tetapi senyuman itu menghina atau karena merasa lucu akan perkataan aina?. setelah itu habib pun segera berlalu tanpa menoleh ke belakang lagi, meninggalkan aina yang merasa terhina karena mengganggap habib mengejeknya, mungkin karena "encok" yang dilontarkan aina.

entah setan apa yang merasuki aina sehingga ia berniat memperlambat jalannya ke mushola, sedangkan sebagian teman-temannya yang lain sudah selesai lebih dulu, hingga akhirnya sampailah aina ke mushola dan segera bergegas mengambil air wudhu dan langsung mengambil mukena untuk solat, tetapi ada satu yang sangat mengganggu solat aina yang selama ini memang sangat susah untuk khusyu, suara seseorang yang sedang membaca alquran, memang terdengar sangat pelan, tetapi sangat merdu, hingga membuat aina lupa akan jumlah rakaat solatnya (astaghfirullah), hingga sampailah aina pada tahiyat akhir dan salam. alhamdulillah akhirnya zhuhur selesai juga, ucap hati aina. 

ingin rasanya melihat wajah orang yang membaca alquran tersebut, tapi sepertinya sia-sia karena ada pembatas yang menutupi antara wilayah laki-laki dan perempuan. teringat akan dirinya yang masih dalam kegiatan MOS, aina segera melipat mukena mushola yang dipinjamnya, lalu bergegas kembali bersama rombongan. 

seperti ada perasaan aneh yang menjadi pengganjal di hati aina, seperti perasaan iri, kepada sang empunya suara emas yang mampu membuat lalai, perasaan sedih karena ia tidak mampu membaca alquran seperti itu. perasaan memotivasi untuk bisa seperti orang itu. pada hal selama ini, aina memang bisa membaca alquran, tapi selalu merasa sekedar membaca tanpa bisa tersentuh. seperti yang dilakukan orang asing di mushola itu. 

sehingga di penghujung acara MOS, semua panitia memperkenalkan dirinya satu persatu, dan iya benar!, laki-laki yang tadi hampir menimpuk kepala aina adalah seorang panitia, seksi keagamaan, pantas saja dia menyuruh untuk segera ke mushola, ternyata anak keagamaan, desis aina dalam hati sembari mengagguk kepala kecil. dan namanya dwi al-habib. pasti anak kedua nih. tebak aina lagi dalam hati sembari tersenyum kecil, karena "dwi".

berniat segera pulang, tapi tiba-tiba azan asar berkumandang lagi, dan aina berada di antara keraguan, antara pulang saja lalu solat di rumah atau singgah sebentar di mushola dan melaksanakan solat dengan segera. dan setelah mempertimbangkan segala hal, setan yang ada di dalam diri aina kalah, dan aina segera menuju ke mushola. entah daya tarik apa yang membuatnya memilih melangkahkan kaki ke mushola dan bukannya langsung pulang. sepertinya tempat ini telah menarik hatinya sejak awal, tepatnya sejak lantunan suara itu terpatri di telinganya. 

tapi kali ini suara itu tidak terdengar lagi, terdapat sedikit kekecewaan karenanya. aina segera melipat mukena dan beranjak pulang, tapi ketika hendak mencari sepatu, aina hanya menemukan sebelah sepatunya dan sebelah lagi tidak terlihat, ia terus mencari ke sekeliling tapi tidak ada, betapa tidak beruntungnya, sungut aina dalam hati dengan perasaan kesal, ia bahkan menyalahkan dirinya dan menyesal karena memutuskan untuk sholat terlebih dahulu, jika tadi ia memilih untuk langsung pulang dan sholat di rumah pasti ini tidak akan terjadi. sudah hampir satu jam ia berkeliling mencari sebelah sepatunya yang menghilang entah kemana, air matanya ingin keluar, karena tubuh yang sangat lelah di tambah lagi dengan keadaan sial tentang sepatunya. lelah mencari aina pun duduk pasrah di tangga mushola, dengan menundukkan kepala ia mulai terisak pelan.

"kamu cari sepatu..?" suara seseorang mengganggu tangis aina. karena tidak ingin terlihat cengeng aina pun segera memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya, walaupun hal tersebut tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa ia baru saja menangis.

"iya.... kak" sahut aina setelah melihat orang yang bertanya disampingnya, ia adalah habib, meski kali ini tanpa almamater di tubuhnya.

"saya lihat kamu dari tadi keliling mushola, dan kamu cuma pakai sepatu sebelah.." ucap habib, lalu berlalu sebentar dan kembali dengan sepatu di tangannya.

"pakai ini saja, saya nggak tahu ini pas atau kebesaran, yang penting kamu nggak nyeker pulangnya.." ucap habib sembari meletakkan sepasang sepatu itu di depan aina.

"loh lalu kakak..?" tanya aina tercenggang, dengan perasaan tidak enak kepada habib.

"saya gampang, nanti bisa nyeker!, kan cowok, nggak apa-apa, kalo kamu kan cewek, kurang enak dilihat kalau nyeker.." ucapnya kemudian berlalu masuk ke dalam mushola kembali.

belum sempat aina mengucapkan rasa terima kasih, tapi rasa lelah sudah menguasai tubuh aina, sekarang yang ia butuhkan membersihkan tubuhnya dan istirahat, masalah berterima kasih dan mengembalikan sepatu ini akan ia pikirkan besok, yang penting sekarang  bagaimana caranya ia sampai ke rumah, di pakainya sepatu pemberian habib itu, memang sedikit kebesaran tapi masih bisa digunakan untuk berjalan. aina membawa sebelah sepatunya yang sebelahnya lagi entah hilang kemana.

___

di tempatkannya sepatu penyelamat itu dengan baik, dan berpikir bagaimana caranya mengembalikannya besok kepada habib. lalu bagaimana caranya habib pulang hari ini juga masih menjadi pertanyaan di pikiran aina, apakah dia benar-benar barefoot? dan lagi perasaan bersalah itu muncul kembali. aina menarik napas sedalam-dalamnya karena merenungkan semua yang telah terjadi di hari pertama dia memasuki kampus.

"baru juga hari pertama, gimana hari kedua, ketiga, keempat, kelima dan seterusnya.." huhhh. aina menghembuskan napas kasar dan segera memeluk gulingnya untuk beranjak memasuki alam mimpi.

__________________________

second part in first episode

terima kasih bagi yang sudah membaca :)

berharap sekali ada kritik dan saran yang membangun untuk keberlangsungan cerita ini kelak:)

and dont forget to give star and comment

because its mean a lot for me:)


Another AliWhere stories live. Discover now