"Anne sudah lulus, kamu sudah menentukan pilihannya ? Bimbel saya siap menampung. Hehehe..." bisik Pak Fajar selaku Rektor.

"gampang itu boss, hehehe..."dengan memberikan hormat begitulah balasan Anne yang menganggap dosen sudah seperti kawan lama.

Karakter Anne yang mudah diterima oleh orang disekitarnya, bertolak belakang dengan dia yang tidak semudah itu menerima orang memasuki kehidupannya.

Lika menggandeng erat tangan sahabatnya itu menuruni anak tangga menuju gerbang kampus.

" gak terasa ya nek, sekarang kita udah sarjana. Udah bisa kerja"

Nek adalah panggilan akrab Lika kepada Anne

"iya bo, ntar lagi kita kerja, hahaa kita udah dewasa ternyata."

Dan bo adalah panggilan akrab Anne kepada Lika. Libo (Lika Kebo), Lika si tidur kebo.

Sepanjang delapan semester, hanya Lika yang berhasil menjadi sahabat untuk Anne. Lika, sosok yang ingin di dekati oleh sebagian besar mahasiswa, karena kartu yang dia pakai. "seorang anak dosen".

"gimana nek, jadi kita kesana ?"

"ish kau itu, nanti dulu lah, istirahat dulu, gak capek apa kau ?"

"gak terlalu sih, ya kalo kita udah kerja kan enak. Minggu depan Paman Musa acara nyunatin anaknya, kita disuruh kesana sekalian ngecek lokasi. Kesana kita yah ?" Lika memberikan tampang melasnya.

"hmm... iya lah"

Bukan Lika namanya kalau tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau dan bukan Anne namanya kalau tega melihat orang yang disayanginya merasakan sakit hati.

Perjalanan malam, dua belas jam sampai di desa yang terbilang terpenncil, Petapahan Kecamatan Kampar. Tempat yang lumayan ramai untuk ukuran desa terpencil.

"Anne Paman!" Anne menjulurkan tangan kanannya.

"Oh kau yang namanya Anne, cantik kau ya!"

Anne melotot menatap Lika, mengisyaratkan mata, bertanya apa maksudnya.

Lika hanya mengangkat bahu.

Paman Musa menutup matanya sejenak. "Aku sukak samamu Anne, kau boleh tinggal disini."

Apa lagi maksudnya ini ucap Anne dalam hati.

Rumah Paman Musa yang cukup aneh, diatas pintu masuk rumah itu menggantung lukisan seekor harimau yang menyeramkan.

Mata Anne tertuju pada gambar itu.

"Kalo orang punya niat jahat sama rumah ini, harimau itu menjelma keluar jadi asli, dan orang yang punya niat jahat itu jadi ketakutan seumur hidup." Ucap Paman Musa sambil menggoyang-goyangkan kepalanya keatas kebawah dan mata yang memandang Anne dengan tidak berkedip sedikit pun.

Perasaan Anne mulai tidak enak, ada yang aneh dengan keluarga ini, walau Lika sudah menceritakan sedikit tentang Paman Musa, tetap saja ada rasa takut yang menjalar disekujur tubuhnya.

Berpindah dari Paman Musa ke Paman Kadir, berkenalan dengan Paman Kadir tidak semisterius Paman Musa, tapi tetap saja rumah itu juga berasa aneh, ada satu ruangan tidak boleh ada yang masuk kecuali Paman Kadir. Ruangan tanpa jendela dan tanpa penerangan.

Ya Allah tempat apa ini ucap Anne dalam hati.

Melangkah menuju rumah yang akan Anne dan Lika tinggali, rumah yang cukup besar untuk mereka tinggali berdua. Rumah papan, dua kamar, kamar mandi yang luas, teras dan halaman yang juga luas. Rumah itu diapit oleh rumah Paman Musa dan Paman kadir.

Air Mata AnneDonde viven las historias. Descúbrelo ahora