Bab 14. Faustin Diculik

2.3K 137 12
                                    

Perempuan berkulit merah itu melangkahkan kaki dengan sangat cepat. Dalam sekejap saja ia sudah berada tepat di hadapanku. Hidungnya lancip. Rambutnya pendek bermodel bob. Ia menjulurkan jarinya ke dahiku dan menutulnya. Seketika aku kehilangan kontrol atas tubuhku.  Pandanganku temaram, tubuhku terasa melayang-layang tak keruan. Aku tak tahu apa yang terjadi namun aku merasa berada di tempat antah-berantah. Sebuah ruangan terbuka dengan background gelap seperti luar angkasa berhias kabut warna-warni yang mengelilinginya. Kupikir memang tengah berada di luar angkasa. Aku terpana menatap ujung ke ujung tanpa batas.

Tiba-tiba aku mendengar suara seolah olah di tempat ini terdapat dinding tak kasat mata yang bisa berbicara.

"Namaku Yshtar.. "

Aku menoleh ke asal suara itu. Tidak tahu arah mana.  Suara itu menggema seolah olah berasal dari segala penjuru.  Seakan akan ia adalah tempat ini sendiri.

"Faustin sedang membutuhkan.."

"Kak, kak, kau dag kenapo napo kan kak? "

Aku terbangun begitu saja. Terdengar suara Ferdinan memanggil lamat-lamat. Di sekelilingku duduk keluarga Ferdinan dengan ekspresi cemas.

"Aku dag apo-apo, aku dag apo apo,"  kupijit pelipisku yang agak pening. Nyawaku terasa berceceran tak keruan. Sekilas aku teringat tentang mimpiku barusan. Segera saja kuedarkan pandanganku ke sekitar berharap bisa menemukan perempuan berkulit merah itu. Sia-sia. Ia tidak ada di mana mana.

"Minum dulu kak, minum, " Ferdinan menyuguhiku teh hangat untuk kuminum. Kuteguk sedikit demi sedikit.

"Kupanggilke tukang urut e," tukas adik Ferdinan.

"Dag usah de, dag usah, "

"Kalu kakak tu kecapekan."

"Iya. Dag apo apo, dek. Kaka ni cuma kurang istirahat be,"

"Bener dag mau kupanggilke tukang urut? "tanya adik Ferdinan sekali lagi.  Ia melirik ke kakaknya memastikan.

"Iyo, dag usah."

Bocah perempuan itu mengeloyong ke luar kamar.  Ferdinan tetap di sampingku tanpa mengatakan apa-apa. Mendadak suasana menjadi canggung selama beberapa menit.  Pikiranku masih sesak oleh mimpi barusan dan tak mampu melempar umpan pembicaraan sehingga Ferdinan hanya diam di tepi ranjang.

"Ng..  Anu..  " suaraku dan suara Ferdinan bertabrakan. Aku hendak bicara tetapi Ferdinan juga.

"Kaka saja dulu yang ngomong,"

"Kamu saja dulu, "

"Kakak saja.."

Aku garuk-garuk kepala.  Tak pernah kutemukan momentum semembingungkan ini. Entah mengapa akhir akhir ini Ferdinan jadi ikutan canggung dan tidak seperti biasanya.

"Beres beresnya sudah? "

"Sudah, kak. Tadi anak Wak linda datang pulok sekeluarga."

"Kak? "

"Iyo?"

"Makasih e, " tuturnya sembari tersenyum.

"Caknyo kakak lagi dag sehat, dari kemarin lah tejingok. Tapi makso nak ngantar aku," lanjutnya dengan logat Plembang yang kental.

"Isdah cak samo wong lain be kau nih."

Kami saling berpandangan. Kali ini dia yang memalingkan wajah. Sehingga aku merasa perlu melihat ekspresi yang ia sembunyikan.

"Kalu kakak butuh apo apo bilang be e," tuturnya sambil beranjak.

"Iyo, makasih de, "

"Tidurlah kak kalu masih pening.  Aku nak lanjut ketemu wong,"

Aku mengangguk. Ferdinan melewati pintu kamar dan menghilang. Aku menyilangkan lengan ke belakang kepala sambil menatap langit langit kamar. Terpikir mengenai arti mimpi barusan.

Yshtar...

Perempuan berkulit merah seperti Fauston dengan rambut model bob dan hidung mancung. Dia mengatakan sesuatu tentang Faustin, tetapi tak begitu jelas tertangkap pikiranku. Segalanya selalu datang tiba-tiba dan pergi secara tiba-tiba. Aku bahkan tak mengerti apa maksud semua ini. Minggu yang terlalu membingungkan bagiku. Kemunculan pria misterius yang memperingatkanku tentang iblis merah, dan sekarang iblis merah yang lain berjenis kelamin perempuan.

Apakah ia Faustin yang menyamar?

"Bukan.. "

Dari celah hampa mendadak muncul perempuam berkulit merah itu dan berjalan mendekat.

"Susah sekali rasanya memisahkanmu dengan cecunguk itu.."

"Cecunguk? "

"Lupakan. Aku punya berita penting. Faustin terkurung. Dia sedang membutuhkan pertolonganmu.."

"Tunggu, tunggu aku tidak mengerti soal ini.. Apa maksudmu Faustin terkurung? "

"Seseorang menculiknya. Faustin adalah Incubus dan aku Seccubus. Aku adalah adiknya. Seorang dukun menyekapnya untuk menjadi alat tenung.."

"Tunggu tunggu aku tidak mengerti.. "

"Kau pernah dengar ilmu pelet?"

"Ya, "

"Para dukun itu membutuhkan kekuatan Incubus dan Secubus untuk menghubungkan dua jiwa melalui mimpi basah.."

"Lalu, mengapa Faustin membutuhkan pertolonganku? "

"Para dukun itu akan mengekstrak Faustin ke dalam suatu jimat atau rajah. Mereka memeras kekuatan Faustin. Faustin akan terpenjara selama mantranya tidak dilepas.."

Aku hanya terpelongo mendengar perkataannya. Selama ini aku tak tahu apa-apa mengenai Faustin. Bapak tua misterius itu, jangan-jangan dia...

Faustian DateМесто, где живут истории. Откройте их для себя