03; sini!

7K 780 45
                                    

9.20㏘
solo, jawa tengah

Hujan turun dengan deras disertai angin yang berhembus kencang. Bahkan terdengar suara gemuruh, membuat Jimin sedikit takut. Ia menatap kaca jendela yang buram karena air hujan. Malam ini dia terjebak di rumah kontrakan Yoongi. Awalnya hanya ingin main sebentar, mengingat besok hari Sabtu. Tapi, malah hujan deras dan Jimin tak mau ambil resiko pulang dalam situasi seperti ini.

Jimin menengok ke arah Yoongi yang sedang sibuk menulis sesuatu di meja belajarnya. Karena tak mau menganggu, akhirnya dia tetap berdiam diri di dekat jendela. Tubuhnya sedikit tersentak mundur ketika cahaya kilat sekilas melintas. Udara dingin mulai Jimin rasakan lewat kulitnya.

"Ughh~dingin." Jimin mengusap kedua telapak tangannya.

Sedikit memejamkan mata, Jimin berusaha memeluk dirinya sendiri yang hanya memakai pakaian berbahan tipis.

"Jimin?" panggil Yoongi.

Jimin menoleh, "iya?"

"Sini!"

Jimin bangkit berjalan ke arah sang kekasih di sana. Ia terkejut ketika tiba-tiba Yoongi meraih kaki dan tengkuknya. Sontak dia mengalungkan kedua tangannya ke leher Yoongi. Rupanya Yoongi membawanya ke ranjang.

Yoongi membaringkan tubuh Jimin perlahan di atas ranjang. Lalu menyusul ikut berbaring di samping pemuda manis itu. Dipeluknya erat pinggang Jimin, mendekap sang kekasih. Jimin membalas pelukan Yoongi sambil menyenderkan kepalanya di dada lelaki itu.

"Masih dingin?" tanya Yoongi.

Jimin tersenyum, menggeleng.

Ah, ternyata Yoongi memeluknya agar Jimin tidak kedinginan.

"Aku nginep malam ini?"

"Iya, aku gak mau kamu sakit karena kehujanan."

Mendengar jawaban Yoongi, Jimin merasakan pipinya memanas. Kenapa Yoongi selalu berhasil membuatnya tersipu? Padahal Yoongi hanya bicara datar dengan raut wajahnya yang dingin. Tapi, Jimin selalu merasa bahwa Yoongi sangat mencintainya.

"Kamu jangan deket-deket Mingyu." ucap Yoongi tiba-tiba.

"Emang kenapa?" heran Jimin.

"Dia playboy."

Jimin diam sejenak, berpikir. Apa benar Mingyu playboy? Padahal Mingyu sangat baik dan perhatian padanya. Pria berkulit tan itu sering meminjaminya bolpen warna. Dan bahkan pernah membantunya saat penilaian pelajaran olahraga.

"Tapi, Mingyu baik kok. Aku gak boleh musuhin orang baik." bantah Jimin halus.

"Bukan musuhin, jauhin."

"Kalau gitu, yang minjemin bolpen warna lagi sia-"

"Besok beli." potong Yoongi dingin.

Sontak Jimin hanya mengangguk pelan. Ia sebenarnya tahu jika Yoongi sedang cemburu. Dalam hati Jimin tertawa, untuk apa Yoongi cemburu? Sudah pasti Jimin tidak akan meninggalkan Yoongi. Ia dan Mingyu hanya berteman, tidak lebih.

"Tidur, Jimin." suruh Yoongi.

Kedua mata Jimin langsung memejam. Di luar masih hujan, dan derasnya tidak berkurang. Suara rintik-rintik itu sedikit menganggu Jimin untuk tidur.

Beberapa menit kemudian, Jimin dapat merasakan dada Yoongi naik-turun dengan teratur. Pasti lelaki itu sudah berada di alam mimpi. Sedangkan Jimin tidak bisa tidur karena suara rintik-rintik hujan. Ya, Jimin tidak pernah bisa tidur ketika hujan turun. Berbeda dengan orang lain yang mungkin akan langsung mengantuk bila hujan turun.

"Ughh~" Jimin merengek kecil dan badannya sedikit bergerak. Ia benci hujan di malam hari!

"Tidur, Jimin." tegur Yoongi lagi yang ternyata belum tertidur.

"Gak bisa tidur, kak." ucap Jimin manja.

"Sini! Lebih deket!" Yoongi menarik pinggang Jimin lebih merapat pada tubuhnya.

Tangan kanan Yoongi mengelus lembut kepala Jimin. Sementara tangan kirinya menepuk-nepuk kecil pantat sintal kekasihnya itu. Suara gumaman bernada tersedangar dari bibir Yoongi. Yah, Yoongi sedang mencoba menidurkan Jimin.

Hati Jimin menghangat melihat sikap Yoongi yang bisa dibilang sangat manis. Siapa yang tahu jika lelaki dingin bisa bersikap manis seperti Yoongi? Sungguh, Jimin sangat bahagia. Setiap saat Yoongi selalu berhasil membuatnya semakin jantuh cinta. Akhirnya Jimin terlelap dengan seulas senyum terpatri di wajah manisnya.















•••

gue besok UTS:'(
mungkin bakal hiatus selama seminggu.

dingin tapi peka ✧ yoonminΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα